Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Viral

Bukan Membunuh Warga, Ini Sebenarnya TUGAS Paspampres Menurut Perpu, Komandan Beri Pernyataan Tegas

Bukan malah membunuh warga, sebenarnya inilah tugas Paspampres menurut Perpu, awal muncul di tahun 1946.

Penulis: Ignatia | Editor: Mujib Anwar
Kompas TV
Tugas Paspampres menurut Perpu ternyata berbeda jauh dengan apa yang dilakukan Praka RM tersangka pembunuhan terhadap warga sipil di Aceh. 

Dia menggambarkan kekacauan yang dilakukan para tentara NICA di Jakarta. Teror dan saling serang terjadi antara tentara sekutu dan para pemuda di Jakarta.

Tercatat pada 20 Desember 1945 pukul 12 siang, rumah Perdana Menteri Sjahrir diobrak-abrik tujuh anggota NICA.

Baca juga: Ibu Pemuda Aceh Tewas Dianiaya Paspampres Ngadu ke Jokowi, Nyawa Anak Dirampas: Apa Salah Anak Saya

Tak menemukan Sjahrir di rumahnya, para tentara tersebut mencegatnya di jalanan. Kala itu, Sjahrir yang tak punya pengawal, menyetir sendiri mobilnya.

Siang itu, tiba-tiba lima serdadu menyetop dan melepaskan tembakan ke arahnya. Beruntung, tembakan itu hanya mengenai kap mobil. Sjahrir pun terus melaju ke rumahnya di Jalan Jawa no.61. 

Sehari sebelumnya, mobil profesor Soepomo yang ada di halaman rumahnya, digedor-gedor serdadu Belanda pada tengah malam. 

Kemudian wartawati Herawati Diah ditangkap dan diperiksa, tapi kemudian dilepas kembali.

Pada 28 Desember 1945, Belanda menembaki mobil Menteri Penerangan Amir Sjarifuddin. Tidak hanya itu, pada akhir tahun 1945 itu, semua instansi yang mengurus layanan umum seperti listrik, air minum dan dan telepon, diambil alih NICA. 

Bahkan, pada 29 Desember, kepolisian Indonesia di Jakarta dibubarkan dan dibentuk korps baru bernama Civilian Police (CV) yang anggotanya terdiri dari warga pribumi, Belanda, dan Inggris.

Baca juga: Hotman Paris Yakin Bantu Ortu Korban Dugaan Penganiayaan Paspampres ke Pemuda, Langsung Kebaca

"Keadaan makin hari makin sesak rasanya. Pertanyaan timbul di kepala para pemimpin Indonesia, apakah Belanda mau menyingkirkan pemimpin-pemimpin Republik supaya dapat menancapkan kekuasaan penjajahannya?" tanya wartawan Rosihan Anwar dalam bukunya, Kisah-Kisah Jakarta setelah Proklamasi.

Adalah Tan Malaka yang mengadakan pertemuan dengan Soekarno. Dia menyarankan Soekarno dan Hatta segera pindah, sebab berbahaya bila mereka tetap di Jakarta. 

Nah, kepindahan Soekarno dan Hatta ke Yogyakarta dirahasiakan dan dikawal ketat. 

Dalam suasana diliputi rahasia, Soekarno dan Hatta pun berangkat meninggalkan Jakarta pada Kamis malam, 3 Januari 1946.

Dalam misi ini, ada delapan pemuda yang sejak Indonesia merdeka mengajukan diri sebagai pengawal Bung Karno, langsung menyiapkan segala sesuatunya.

Baca juga: Yuni Nangis Peluk Peti Imam Masykur yang Dibunuh Paspampres, Begitu Cepat Sayang, Mohon Keadilan

Delapan pengawal inilah yang kemudian berjasa dalam keberhasilan operasi senyap itu, hingga bisa membawa Presiden Soekarno tiba di Yogyakarta dengan selamat pada 4 Januari 1946.

Menurut catatan Rosihan Anwar, kereta api yang membawa Soekarno dan Hatta berhenti di belakang rumah presiden di Jalan Pegangsaan Timur 56. Setelah rombongan naik, kereta bergerak ke Yogyakarta.

Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved