Berita Jatim
Nasib TKW Asal Tulungagung, Kembali seusai Hilang 10 Tahun di Malaysia, Keluarga Ingin Gaji Balik
Giarti (39) akhirnya bisa dipulangkan setelah dinyatakan hilang selama 10 tahun di Malaysia.
Penulis: David Yohanes | Editor: Januar
Laporan wartawan Tribun Jatim Network, David Yohanes
TRIBUNJATIM.COM, TULUNGAGUNG - Giarti (39) akhirnya bisa dipulangkan setelah dinyatakan hilang selama 10 tahun di Malaysia.
Kepulangannya di Desa Kaliwungu, Kecamatan Ngunut, Kabupaten Tulungagung disambut tangis haru keluarga dan para tetangga, Sabtu (23/9/2023) pukul 18.18 WIB.
Ayahnya, Bibit tidak kuasa menumpahkan kerinduan dengan menangis sejadi-jadinya.
Ia memeluk Giarti sambil duduk di tepi ranjang karena menderita stroke.
Kakak tertuanya, Ismiatin (41), mengaku sangat bahagia karena adiknya bisa ditemukan lagi.
“Air mata saya sampai habis, sudah tidak bisa menangis lagi. Bahagia sekali rasanya,”ujar Ismiatin sambil tersenyum lebar.
Baca juga: Ditinggal Istri Jadi TKW, Ayah Tendang Anak Gegara Kesal Dimintai Uang, Sengaja Rekam sampai Viral
Menurutnya, keluarga seperti sudah putus asa karena 10 tahun lebih putus hubungan sama sekali dengan Giarti.
Bahkan ibunya meninggal dunia dalam keadaan merindukan kepulangan Giarti.
Sang ibu jatuh sakit karena menahan kangen kepada Giarti.
“Bapak juga akhirnya kena stroke karena banyak pikiran,” ungkapnya.
Pertama kali komunikasi setelah 10 tahun berpisah, terjadi pada 20 Juni 2023 lalu.
Pendamping Giarti di Malaysia membuka website Desa Kaliwungu dan menemukan nomor telepon yang bisa dihubungi.
Dari kominukasi antara pendamping dan Pemdes Kaliwungu, akhirnya keluarga bisa video call dengan Giarti.
Kini setelah pulang, Ismiatin berharap gaji Giarti selama bekerja di Malaysia bisa dikembalikan.
Uang itu sangat penting untuk kebutuhan hidupnya ke depan.
“Kasihan dia sekarang kurus dan sakit-sakitan. Padahal dulu berangkat kondisinya gemuk,” ungkap Ismiatin.
Giarti memang pulang dengan membawa sejumlah obat yang harus dikonsumsinya.
Kepala Desa Kaliwungu, Undiono, mengaku turut senang karena Giarti bisa selamat sampai rumah.
Undiono mengaku terus berkomunikasi dengan pekerja migran yang menjadi pendamping Giarti di Malaysia.
“Kami terus berkomunikasi bagaimana caranya untuk memulangkan Giarti. Alhamdulillah, sekarang sudah tiba di rumah,” ujarnya, Sabtu malam.
Sekitar 10 tahun lalu Giarti pergi ke Malaysia karena diajak tetangganya WT, dengan janji dipekerjakan sebagai pembantu dengan upah Rp 2.000.000 per bulan.
Keluarga sebenarnya keberatan karena kondisi Giarti yang mengalami keterbelakangan mental.
Namun di tengah kemiskinan akhirnya tawaran itu diterima dan Giarti diterbangkan ke Malaysia.
Sejak kepergian itu Giarti putus kontak dengan keluarganya di Tulungagung.
Sedangkan WT yang sering pulang kampung selalu bilang sudah hilang kontak dengan Giarti karena mendapatkan majikan baru.
Giarti akhirnya ditemukan pekerja migran asal Jember tengah sakit di sebuah panti jompo di Johor Malaysia.
Majikan baru Giarti, pemilik toko yang mempekerjakannya juga membantu untuk berusaha memulangkan ke Tulungagung.
Mereka berhasil menghubungi keluarga melalui kontak yang adai situs Desa Kaliwungu.
Dari percakapan Giarti dengan keluarga terungkap, jika selama ini uang hasilnya bekerja selalu diminta WT untuk dikirim ke Tulungagung.
Namun selama itu pula keluarga tidak pernah menerima kiriman uang.
Akibat memikirkan anaknya yang hilang di Malaysia, ibu Giarti sakit dan meninggal dunia, sedangkan ayahnya mengalami stroke.
Kisah serupa juga pernah terjadi di tempat lain, beberapa waktu lalu.
Sosok Aas Binti Sajam, TKW Arab Saudi yang diminta majikan makan sampah membuat publik bersimpati.
Aas si Tenaga Kerja Wanita atau TKW Arab Saudi diketahui meminta tolong kepada Presiden Jokowi agar bisa dipulangkan ke Indonesia.
Keluarga Aas mengungkap perlakuan yang didapat wanita asal Kabupaten Bekasi, Jawa Barat itu, selain diminta makan dari sampah.
Kini, Pemkab Bekasi pun bertindak.
Aas Binti Sajam, warga Kampung Pulo Rengas, Desa Sindangmulya, Kabupaten Bekasi mengaku mendapatkan perlakukan kasar hingga diminta makan sampah oleh majikannya.
Video pengakuann itu viral di media sosial.
Mukti Ali (54), salah satu perwakilan keluarga menuturkan, Aas berangkat ke Arab Saudi untuk menjadi TKW sejak Maret 2023.
Aas berangkat ke Arab Saudi menggunakan visa turis oleh sponsor yang tinggal di Jakarta Timur.
"Jadi Aas berangkat ke Saudi pada Ramadan kemarin dengan diimingi gaji besar dan enak pekerjaannya," kata Mukti, pada Sabtu (29/7/2023), melansir dari TribunBekasi ( grup TribunJatim.com ).
Akan tetapi dalam satu bulan terakhir ini, kata Mukti, Aas menghubungi keluarga secara diam-diam kondisi yang dialaminya.
Kepada keluarga, Aas diperlakukan kasar dan tidak manusiawi oleh majikannya di Arab Saudi selama bekerja.
"Perlakuan kasar tidak manusiawi, kalau boleh diceritakan itu makan dari sampah sampai ada penyakitnya, itu yang dialami Aas. Yang dikeluhkan Aas ke keluarga seperti kekerasan fisik, tidak manusiawi, perlakukan majikannya kurang baik," ujarnya.
Pihak keluarga, saat ini sedang mengupayakan kepulangan Aas ke Indonesia.
Namun upaya itu masih terganjal oleh beberapa persyaratan yang harus dipenuhi.
Salahnya adanya kontrak dua tahun, sementara Aa bekerja hanya baru beberapa bulan saja.
"Maka harus ada ganti rugi, ini sedang kita urus, kita tidak sendiri. Ada pihak-pihak terkait yang membantu. Kalau komunikasi keluarga dengan Aas sampai saat ini masih ada," katanya.
Selain makan sampah, Aas juga mengurus rumah majikannya yang besar sendirian.
Hal itu disampaikan Kepala Desa Sindangjaya, Ruslan Abdul Gani.
Ia mengungkap bahwa Pemerintah Desa juga sudah menjalin komunikasi dengan pihak terkait, baik itu Dinas Tenaga Kerja hingga agen yang memberangkatkan Aas ke Arab Saudi.
Bahkan, ia bersama pihak keluarga juga telah meminta bantuan kedutaan untuk membantu kepulangan Aas.
"Semoga saja ini kita terus lakukan upaya, dan komunikasi terus dengan pemerintah daerah," katanya.
Dia menjelaskan, dari keterangan keluarga Aas berangkat ke Arab Saudi untuk menjadi TKW sejak Maret 2023 menggunakan visa turis.
Awalnya, ia diiming-imingi gaji besar, akan tetapi pekerjaannya sangat berat dan mendapatkan perlakukan kasar.
“Tempat kerja Aas kondisinya sangat luas dan pembantu hanya satu. Sehingga kerjanya terlalu diporsir," katanya.
Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com
hilang selama 10 tahun
Malaysia
Tulungagung
pekerja migran
Tribun Jatim
TribunJatim.com
berita Jatim terkini
Apa Itu Pisang Cavendish? Bisa Buat Bayar PBB di Bringinan Ponorogo, Kades Barno: Tidak Hanya Nagih |
![]() |
---|
Sosok Eron Ariodito Adik Wagub Jatim Emil Dardak Merantau ke Swedia, Kerja Sebagai AI Engineer |
![]() |
---|
Sosok Kades di Jombang Diduga Lecehkan Istri Orang, Awalnya Ngaku Khilaf Kini Merasa Dirinya Korban |
![]() |
---|
Sosok Memed Thomas Alva Edhi Sound Horeg Viral, Dunia Sound System Sudah Jadi Passionnya Sejak Kecil |
![]() |
---|
Pemerintah Diminta MUI Jangan Biarkan Sound Horeg Gegara Persoalan Ekonomi, Kini Ada Fatwa Haramnya |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.