Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Dampak Kemarau Panjang, Warga Terpaksa Minum Air dari Batang Pisang: Tidak Ada Uang untuk Beli

Untuk sekadar menenggak segelas air minum akibat alami kemarau panjang, mereka sampai mencari di batang pohon pisang.

Penulis: Alga | Editor: Mujib Anwar
TRIBUNFLORES.COM/ARNOLD WELIANTO
Yoseph Rizal warga Dusun Klotong, Desa Bura Bekor, Kecamatan Bola, NTT, membelah batang pisang untuk mendapatkan air 

TRIBUNJATIM.COM - Dampak buruk kemarau panjang dialami ratusan warga Nusa Tenggara Timur (NTT) yang kini susah cari air minum.

Ya, mereka kesulitan bahkan untuk sekadar menenggak segelas air minum akibat alami kemarau panjang.

Mereka pun terpaksa minum dari batang pohon pisang untuk mendapatkan air berish.

Lantas bagaimana kejadian selengkapnya?

Baca juga: Tradisi Tiban, Ritual Warga Banyuwangi Meminta Hujan saat Kemarau, Petarung Saling Cambuk

Dampak kemarau musim kemarau panjang membuat warga NTT memutar otak bagaimana untuk mendapatkan air bersih.

Ratusan warga di RT 013/RW 006 Dusun Klotong, Desa Bura Bekor, Kecamatan Bola, Kabupaten Sikka, NTT, terpaksa mengkonsumsi air dari batang pisang.

Warga setempat Yoseph Rizal mengaku, dalam sehari ia menebang empat sampai lima pohon pisang untuk bisa mndapatkan air pisang.

Air dari perasan batang pohon pisang tersebut bisa sampai dua hingga dua setengah liter air.

"Kalau tebang pisang dan koreka sore hari, besok pagi baru datang gayung," ujarnya Rabu (4/10/2023), melansir Tribun Flores.

"Paling satu pohon pisang itu hanya dapatkan air dua sampai dua setengah liter," imbuhnya.

Air tersebut kemudian dibawa ke rumah untuk dimasak dan dikonsumsi bersama 11 penghuni lainnya.

Sebagai kepala keluarga, ia mengaku harus berjuang keras untuk memenuhi kebutuhan air untuk kelangsungan hidupnya.

Kondisi tersebut terpaksa dilakukan karena tidak mampu membeli air tangki karena harganya sangat mahal.

"Sebagai petani, kami tidak ada uang lagi untuk beli air, kami terpaksa gunakan air pisang," kata Yoseph.

Dijelaskannya, sebagian warga di wilayah Dusun Klotong menggunakan air pisang karena air hujan yang ditampung di bak sudah habis.

"Sejak bulan delapan kami konsumsi air dari batang pisang karena air tangki yang kami beli sudah habis."

"Dan tampungan di bak juga sudah habis," kata Yoseph Rizal saat ditemui Tribun Flores, Selasa, 3 Oktober 2023.

Menurut Yoseph, warga di Dusun Klotong, Desa Bura Bekor, hanya mengandalkan air hujan untuk menampung air guna memenuhi kebutuhan air pada musim kemarau.

Minimnya curah hujan tahun ini menyebabkan warga di desa terpaksa mengeruk air dari batang pohon pisang.

Mereka melakukannya untuk memenuhi kebutuhan air guna kebutuhan rumah tangga.

"Air yang diambil untuk memenuhi kebutuhan minum, masak, mandi dan kelebihannya untuk minum ternak," katanya.

Baca juga: Malam Dingin tapi Indonesia Dilanda Suhu Panas, Ada Fenomena Apa Sebenarnya? Simak Penjelasan BMKG

Yoseph mengatakan, sebenarnya masih ada satu sumber mata air di desa tersebut.

Namun jaraknya dari rumah penduduk mencapai delapan kilometer (km).

Akibatnya, warga kesulitan untuk mengambil air di mata air tersebut.

Sementara itu untuk membeli air tangki warga harus merogoh kocek hingga Rp250 ribu untuk mendapatkan satu tangki air ukuran lima ribu liter.

Ia berharap ke pemerintah untuk membantu menditribusikan air minum bersih, sebab saat ini warga sangat kesulitan mendapatkan air minum bersih.

Yoseph Rizal warga Dusun Klotong, Desa Bura Bekor, Kecamatan Bola, membelah batang pisang untuk mendapatkan air, Selasa, 3 Oktober 2023
Yoseph Rizal warga Dusun Klotong, Desa Bura Bekor, Kecamatan Bola, membelah batang pisang untuk mendapatkan air, Selasa, 3 Oktober 2023 (TRIBUNFLORES.COM/ARNOLD WELIANTO)

Sementara itu Regina Dua Buka mengatakan, kondisi tersebut membuat warga harus menghemat air.

Dijelaskannya, setiap pagi anak-anak sekolah hanya mencuci muka ketika akan berangkat ke sekolah.

Ia mengaku, selama menggunakan air pisang, tidak ada penyakit yang dideritanya.

"Airnya segar, selama ini kami minum tapi tidak ada rasa apa-apa," ujarnya.

Baca juga: Penyebab Cuaca Panas Terik di Jatim hingga 35 Derajat, BMKG Prediksi Berlangsung sampai Oktober 2023

Untuk mendapatkan air dari batang pisang secukupnya, warga menebang beberapa pohon pisang di kebun dekat pekarangan rumah.

Pohon-pohon pisang tersebut ditebang lalu dibuatkan lubang pada pangkal pisang agar dapat menmapung air pisang.

Batang pisang yang sudah dilubangi ditutup kembali dengan kulit pisang dan daun pisang hingga satu hari lamanya.

Hingga air dalam batang pisang yang sudah dilubangi tertampung penuh air.

Lalu air tersebut digayung dan diisi dalam ember, kemudian dibawah pulang ke rumah untuk dimasak dan dikonsumsi.

"Pohon dibuat lubang untuk ambil pada sore hari, sehingga paginya airnya bisa diambil untuk dimanfaatkan," kata Yoseph.

Kisah ratusan warga Nusa Tenggara Timur (NTT) terpaksa meminum air dari batang pohon pisang imbas kekeringan
Kisah ratusan warga Nusa Tenggara Timur (NTT) terpaksa meminum air dari batang pohon pisang imbas kekeringan (BuzzOnEarth.com)

Sementara itu warga di Desa Reroroja, Kecamatan Magepanda, Kabupaten Sikka, NTT, harus menggali dasar sungai yang mengering untuk mendapatkan sisa-sisa air di dalam tanah.

Untuk mendapatkan air minum bersih, setiap hari warga harus berjalan kaki sejauh 100 meter menuju sungai untuk mengambilnya.

Sesampai di kali, baik ibu-ibu maupun anak-anak harus membuat lubang kecil di pinggir kali dengan kedalaman 50 cm agar lubang galian dapat mengeluarkan air.

Usai mengali lubang kecil, air dalam lubang galian dibiarkan selama 10 menit agar kotoran dalam lubangan galian meresap.

Lalu diletakkan dengan bak plastik yang sudah dihubungkan agar benar-benar mendapatkan air bersih untuk dikonsumsi.

Pantauan Tribun Flores, di sungai Desa Reroroja, sekelompok anak-anak datang ke sungai untuk mandi.

Sebelum mandi, mereka menggali lubang-lubang kecil di pinggir sungai untuk mendapatkan air minum bersih, untuk bisa dibawa ke rumah.

Tangan-tangan kecil ini dengan telaten membuat lubang di pinggir kali agar bisa mendapatkan air bersih untuk bisa dibawah ke rumah.

Warga Desa Reroroja, Maria Alexa mengaku, setiap hari ia bersama teman-teman dan orang tua datang ke sungai untuk mengambil air dengan membuat lubang kecil.

"Setiap hari kami harus mencari sisa air itu di sungai yang mengering," ujarnya pada Sabtu, 2 September 2023.

"Dari lubang resapan kami bergantian mengambil air bersih dengan pelan. Sebab jika tak hati-hati, dapatnya air keruh," imbuhnya.

Ia mengatakan, di saat musim kemarau, air di wilayahnya tidak keluar sehingga warga mengambil air di sungai dengan membuat lubang kecil.

Warga Desa Reroroja, Kecamatan Magepanda, Kabupaten Sikka, NTT, harus menggali dasar sungai yang mengering untuk mendapatkan sisa-sisa air di dalam tanah, Sabtu, 2 September 2023.
Warga Desa Reroroja, Kecamatan Magepanda, Kabupaten Sikka, NTT, harus menggali dasar sungai yang mengering untuk mendapatkan sisa-sisa air di dalam tanah, Sabtu, 2 September 2023. (TRIBUNFLORES.COM/ARNOLDUS WELIANTO)
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved