Berita Viral
SOSOK AH Nasution, Jenderal Besar TNI yang Selamat dari G30S/PKI, Pernah Jadi Guru di Bengkulu
Inilah sosok AH Nasution yang selamat dari sasaran penculikan dalam peristiwa G30S/PKI. Abdul Haris Nasution ternyata pernah jadi guru di Bengkulu.
TRIBUNJATIM.COM - G30S/PKI menjadi salah satu peristiwa yang terjadi pada 1965 silam dan diingat oleh hampir seluruh rakyat Indonesia.
Dalam peristiwa G30S/PKI, banyak para jendewal menjadi korban.
Salah satu Jenderal Besar yang menjadi satu-satunya jenderal TNI yang lolos dari sasaran penculikan dan pembunuhan adalah Abdul Haris Nasuiton atau AH Nasution.
Banyak hal yang terjadi saat AH Nasution berada dalam peristiwa G30S/PKI.
Termasuk upaya melarikan diri yang tidak mudah.
AH Nasution harus bersembunyi dari kejaran pasukan Cakrabirawa yang memburunya.
Meski selamat, jenderal bintang lima TNI Angkatan Darat itu harus kehilangan putri kecilnya yang bernama Ade Irma Suryani Nasution.
Ade Irma Nasution tewas tertembak.
Lantas seperti apakah sosok AH Nasution?
Sosok bernama lengkap Abdul Haris Nasution ini lahir pada 3 Desember 1918 di Huta Pungut, Kecamatan Kotanopan, Tapanuli Selatan.
AH Nasution adalah anak kedua dari pasangan H. Abdul Halim Nasution dan Zahara Lubis.
AH Nasution menyelesaikan studinya di Hollandsche Inlandsche School (HIS), Kotanopan pada 1932.
Dia lalu melanjutkan studinya di Sekolah Raja Hoofden School atau sekolah pamong praja di Bukit Tinggi.
Pada 1935, AH Nasution meneruskan pendidikannya di Hollandsche lnlandsche Kweekschool (HIK), yakni Sekolah Guru Menengah di Bandung.
Selanjutnya, ia mengikuti ujian Algemene Middelbaare School B (AMS) di Jakarta, dan memperoleh dua ijazah sekaligus pada 1938.
Setelah merampungkan studinya, AH Nasution kemudian menjadi guru di Bengkulu dan Palembang.
Namun ternyata profesi guru kurang cocok baginya.
Akhirnya AH Nasution tertarik di bidang militer dan pada 1940-1942 mengikuti pendidikan Corps Opleiding Reserve Officieren (CORO) KNIL atau Korps Pendidikan Perwira Cadangan di Bandung.
Kesaksian AH Nasution pada peristiwa G30S/PKI
Peristiwa penculikan itu bermula pada 1 Oktober 1965 pukul 4.00 pagi.
Saat itu, rumah AH Nasution yang berlokasi di Teuku Umar No. 40, Menteng, Jakarta Pusat didatangi sekitar 15 tentara yang dipimpin oleh Letnan Doel Arief.
Pasukan yang bernama Pasopati itu mengetuk pintu rumah tersebut saat keluarga Nasution tengah tertidur lelap.
Namun, ternyata Nasution masih terjaga bersama dengan istrinya, Johanna Suniarti.
Dilansir dari Kompas.com (2022), Suniarti sempat memeriksa pintu yang dibuka secara paksa itu.
Namun, dia segera menutupnya begitu melihat tentara Cakrabirawa berdiri di ambang pintu sembari mengarahkan senjata apinya.
Melihat perlawanan Suniarti, Pasukan Cakrabirawa membombardir pintu dan tembok kamar.
Nasution bersama dengan sang istri berusaha kabur melalui pintu lain dan menyusuri koridor pintu samping rumah.
Saat itu, beberapa peluru ditembakkan dan membangunkan ibu serta adik Nasution, Mardiah.
Mardiah berlari menyelamatkan diri sambil membawa putri Nasution, Ade Irma Suryani yang masih berusia 5 tahun.
Nahas, Ade Irma Suryani terkena tembakan sebanyak tiga kali di bagian punggungnya dan meninggal dunia usai dirawat lima hari di rumah sakit.
Bersembunyi di halaman Kedubes Irak
Dikutip dari Museum Nusantara, Nasution dan keluarganya berhasil lolos setelah memanjat pagar menuju halaman Kedubes Irak.
Berdasarkan kesaksian Nasution pada media, dia dan keluarganya yang sedang terluka bersembunyi di balik tumpukan drum bekas di halaman Kedubes Irak.
Dia sempat hendak kembali masuk ke rumahnya ketika putrinya, Ade Irma Suryani tertembak.
Namun, upaya itu dicegah oleh istrinya yang memohon agar Nasution menyelamatkan diri.
Dalam persembunyiannya itu, Nasution sempat mendengar salah seorang berteriak, "....seseorang melarikan diri di samping."
Saat subuh, pasukan Pasopati membubarkan diri, pada saat itulah Nasution mulai berlarian mencari pertolongan untuk keluarganya.
Hingga pada 2 Oktober 1965, G30S berhasil diatasi.
Namun, Nasution kehilangan sosok ajudannya, Lettu Pierre Tendean yang turut berperan menyelamatkannya dengan menyamar sebagai dirinya.
Pierre Tendean gugur di tangan pasukan Cakrabirawa setelah menghadap dan dieksekusi oleh pasukan itu.
Nasution menjadi saksi sejarah mencekam peristiwa G30S/PKI di Indonesia. Dia tutup usia pada 6 September 2000 di RSPAD Gatot Soebroto Jakarta.
Sebelum tutup usia, tepatnya pada 1997, AH Nasution mendapat gelar kehormatan Jenderal Besar.
Hanya ada dua perwira lain yang mendapatkan gelar tersebut, yaitu Jenderal Soedirman dan Soeharto.
Sosok AH Nasution
Adul Haris Nasution atau AH Nasution merupakan jendral Angkatan Darat saat G30S/PKI mengincarnya.
Ia merupakan anak pertama dari H. Abdul Nasution dan Hj. Zahrah Lubis yang lahir pada 3 Desember 1918 di Katanopan, Tapanuli Selatan
Lahir di antara keluarga guru membuat Nasution bekerja sebagai guru sebelum akhirnya mendaftar ke pendidikan militer.
Ayahnya merupakan pedagang dan guru pesantren, sementara sang kakek adalah guru silat yang dihormati di kampungnya.
Nilai akademik Nasution juga menonjol kala itu.
Nasution kecil kala itu berhasil diterima di sekolah dasar unggulan yang didirikan Belanda, Hollandse Inlandse School (HIS).
Naik ke jenjang sekolah menengah, ia melanjutkan ke Holandsche Indische Kweekschool (HIK) di Bandung.
Kala itu, ia bertemu dengan Van der Werf, guru Belanda yan gjuga pemimpin partai Katolik di Bandung.
Sejak itulah ia tertarik dengan dunia politik dan militer.
Usai lulus dari HIK, ia pergi ke Algemeene Middlebare School (AMS).
Ia berhasil lulus ujian AMS B di Jakarta dan diterima menjadi guru di daerah Bengkulu.

Di situ ia bertemu dengan Soekarno. Setelah berkali-kali bertukar sapa, Soekarno menyarankan Nasution untuk bergabung dengan organisasi pemuda bernama Indonesia Muda.
Namun, tidak lama kemudian ia dipindahkan ke Palembang, Sumatera Selatan untuk menjadi kepala sekolah.
Kendati demikian, AH Nasution masih menyimpan mimpinya untuk bergabung di militer.
Ia lantas memutuskan untuk keluar dari pekerjaannya sebagai guru dan lanjut menempuh pendidikan militer di Jawa, tepatnya di Corps Opleiding Reserve Officieren (CORO).
Prestasi Nasution di militer terbilang gemilang. Beberapa bulan sejak masuk CORO, Nastuion diangkat menjadi kopral dan naik pangkat ke sersan usai tiga bulang berselang.
Karier AH Nasution di militer semakin naik seiring berjalannya waktu. Belum setahun setelah Proklamasi Kemerdekaan, tepatnya pada Maret 1946 AH Nasution diangkat menjadi Panglima Divisi III/Priangan.
Tak lama kemudian, ia kembali diangkat sebagai Panglima Regional Divisi Siliwangi yang bertugas di Provinsi Jawa Barat. Selama menjabat ia banyak terlibat dengan peristiwa perang pasca-kemerdekaan.
AH Nasution melepas masa lajangnya satu tahun kemudian. Ia bertemu dengan Johana Sunarti, seorang mahasiswi Universitas Gajah Mada (UGM). Ia merupakan putri dari R.P. Gondokusumo, seorang tokoh pergerakan sekaligus petinggi Sarekat Islam.
Ia merupakan tokoh yang disegani kala itu, termasuk oleh Belanda dan dijuluki sebagai 'Jago Tua'. Pernikahan antara Sunarti dan AH Nasution berlangsung di Ciwidey, Jawa Barat pada 30 Mei 1947.
Dari pernikahan tersebut, ia dikaruniai dua orang anak. Anak pertamanya bernama Hendrianti Shara Nasution, sedangkan anak kedua adalah Ade Irma Nasution.
Nasution menjadi saksi sejarah mencekam peristiwa G30S/PKI di Indonesia. Dia tutup usia pada 6 September 2000 di RSPAD Gatot Soebroto Jakarta.
Sebelum tutup usia, tepatnya pada 1997, AH Nasution mendapat gelar kehormatan Jenderal Besar.
Hanya ada dua perwira lain yang mendapatkan gelar tersebut, yaitu Jenderal Soedirman dan Soeharto.
Sebagian artikel ini telah tayang di Kompas.com dan TribunMadura.com
Berita Jatim lainnya
Informasi lengkap dan menarik lainnya di GoogleNews TribunJatim.com
Abdul Haris Nasution
AH Nasution
G30S/PKI
kesaksian AH Nasution
Tribun Jatim
TribunJatim.com
jatim.tribunnews.com
berita viral
Ade Irma Surayani
Pierre Tendean
sosok AH Nasution
Kedubes Irak
Brigjen TNI Minta Maaf usai Prajurit Hajar Ojol Sampai Patah Hidung Cuma Karena Diklakson |
![]() |
---|
Telanjur Tak Bawa Bekal, Siswa TK Menahan Lapar Dibanding Makan Ayam Menu MBG yang Bau Tak Sedap |
![]() |
---|
Oknum TNI Hajar Pengemudi Ojol Ngaku Khilaf & Tanggung Biaya Pengobatan, Keluarga Korban Tolak Damai |
![]() |
---|
Demi Biayai Anak Sekolah di UGM, Nunung Rela Jadi Driver Ojol, Tiap Bulan Bayar Cicilan Rp2,4 Juta |
![]() |
---|
Asrudin Rugi Rp10 Juta Jadi Korban Penipuan Penyediaan MBG, Diajak Kerja Sama Malah Modal Digondol |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.