Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Kebakaran Rumah di Surabaya

Ganasnya Kebakaran Rumah di Surabaya, 2 Lansia Tewas Terpanggang, Sekuriti Ungkap Pertemuan Terakhir

Terungkap keseharian kedua orang lanjut usia (lansia) kakak beradik yang tewas terpanggang dalam kebakaran rumah di Jalan Kertajaya Indah Timur IX, Ma

Penulis: Luhur Pambudi | Editor: Ndaru Wijayanto
TRIBUNJATIM/istimewa
Suasana pasca kebakaran yang akibatkan 2 lansia tewas terpanggang di Jalan Kertajaya Indah Timur IX, Manyar Sabrangan, Mulyorejo, Kota Surabaya, pada Selasa (14/11/2023) dini hari. 

Laporan Wartawan TribunJatim.com, Luhur Pambudi

TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Terungkap keseharian kedua orang lanjut usia (lansia) kakak beradik yang tewas terpanggang dalam kebakaran rumah di Jalan Kertajaya Indah Timur IX, Manyar Sabrangan, Mulyorejo, Kota Surabaya, pada Selasa (14/11/2023) dini hari. 

Berdasarkan hasil olah TKP dan penyelidikan oleh Anggota Polsek Mulyorejo Polrestabes Surabaya, dan Tim Inafis Polrestabes Surabaya. Korban, diketahui berinisial

Korban tewas itu, sang kakak berinisial FAD (60) berjenis kelamin perempuan. Sedangkan, sang adik, berinisial FIS (57) berjenis kelamin laki-laki. 

Sejumlah tetangga menyebutkan bahwa keduanya memiliki kepribadian yang tertutup. Bahkan nyaris tak pernah bersosialisasi dengan para tetangga. 

Guna memenuhi kebutuhan sehari-harinya, beberapa tetangga mendapati bahwa kedua kakak beradik itu terkadang berbelanja sayur atau kebutuhan bahan makanan dari pedagang sayur 'melijo' yang berkeliling di sekitar. 

Namun, tak jarang, sejumlah warga mendapati kedua kakak adik tersebut bergantian berbelanja ke minimarket terdekat permukiman tersebut. 

Baca juga: BREAKING NEWS - Kebakaran Rumah di Surabaya, Dua Lansia Kakak Beradik Tewas Terpanggang

Tetangga korban Misnadi mengantakan, tetangganya itu kerap berbelanja di minimarket terdekat permukiman mereka dengan berjalan kaki. 

Bahkan tak jarang ia pernah mengetahui mereka berbelanja kebutuhan pokok ke salah satu mal terbesar di kawasan kecamatan tersebut. 

Sebelum Pandemi Covid-19, pada sekitar medio 2020-2021, sang kakak perempuan yang biasa berbelanja ke minimarket atau mal tersebut dengan berjalan kaki. 

Namun, mulai sekitar tahun 2022 hingga terakhir kali, berbelanja pada Senin (13/11/2023) kemarin, tugas untuk berbelanja kebutuhan pokok itu, dilakukan oleh sang adik. 

Aktivitas berbelanja yang dilakukan oleh keluarga kecil tersebut tidak dilakukan setiap hari. Melainkan, dua hari sekali. 

Saat berjalan kaki keluar rumah, biasanya warga akan sangat mafhum dan menghafal sosok si adik yang mengenakan tas ransel warna hitam untuk mewadahi barang belanjaan yang dibelinya. 

Baca juga: Ingin Makan Mi Berujung Petaka, Wanita di Ponorogo Tewas Terpanggang, Ayah Tak Berdaya Selamatkan

"Dia belanjanya di superindo. Jalan kaki. Ke mana mana jalan kaki. 2 hari sekali. Si laki-laki itu. Dulu si cewek, kayaknya sakit setelah covid. Pakai tas ransel," ujarnya saat ditemui TribunJatim.com di warung kopi (warkop) miliknya, samping berjarak dua rumah dari rumah korban. 

Kalau tiba-tiba berpapasan dengan warga lain atau para tetangga. Misnadi mengungkapkan, si adik bakal menyapa warga dengan cara yang dingin. Yakni mengangguk pelan seraya tetap menundukkan kepala. 

"Ya cuma nyapa aja kalau ketemu. Kalau nyapa menunduk. Awal tahun, saya pernah dimintai tolong oleh pihak pemkot, untuk panggil mereka," jelasnya. 

Kemudian, hal senada juga disampaikan oleh seorang sekuriti perumahan Suatman. Pria bertopi warna biru itu mengaku, memahami kedua kakak adik itu sebagai warga yang cenderung pendiam. 

Kendati demikian, keduanya terbilang sebagai warga yang baik, mematuhi aturan ketertiban perumahan, dan tentunya tidak pernah menimbulkan permasalahan. 

Baca juga: Diklat di Gunung Argopuro Berujung Maut, Mahasiswi Unej Meninggal Dunia, Keluarga Tolak Autopsi

Saat petugas pemadam kebakaran DPKP Surabaya berjibaku memadamkan kebakaran
Saat petugas pemadam kebakaran DPKP Surabaya berjibaku memadamkan kebakaran kawasan Jalan Kertajaya Indah Timur IX, Manyar Sabrangan, Mulyorejo, Kota Surabaya, pada Selasa (14/11/2023) dini hari.

Bahkan, Suatman mengaku, dirinya sempat berpapasan dengan si adik korban yang sedang berjalan kaki untuk berbelanja, sekitar pukul 09.00 WIB, pada Senin (13/11/2023). 

Ia tak menyangka, bahwa pertemuannya dengan si adik korban pada pagi hari itu, menjadi pertemuan terakhir kali, karena pada dini harinya, si adik dan kakaknya tewas dalam kebakaran rumah

"Kemarin ya sehat ketemu saya menyapa. Hari senin kemarin, waktu belanja jam 09.00 WIB. Iya pertemuan terakhir, menyapa. Enggak pernah curhat. Kalau menyapa ya sudah; mari pak, iya belanja," ungkap kakek tiga cucu itu, saat ditemui TribunJatim.com disela bertugas dekat lokasi. 

Ia tak menampik, kedua warga itu hampir tidak pernah mengikuti kegiatan sosial lingkungan permukiman tersebut. 

Namun, keduanya selalu membayar iuran keamanan, kebersihan, atau kegiatan sosial warga secara tepat waktu, bahkan tak segan memberikan dalam jumlah berlebih. 

"Kalau kegiatan warga, jarang. Gak ada. Gak pernah keluar. Tapi kalau ada tagihan iuran keamanan, beliau balik. Apapun peraturan di sini selalu ikut. Kalau iuran tetap memberi, baik juga. Tiap bulan 300 ribu. Iya secara lingkungan sosial keorganisasian, tetap berpartisipasi," pungkasnya. 

Kemudian, tetangga korban yang lain Ridwan Tendean mengatakan, kedua kakak adik itu selama tinggal bertahun-tahun di rumah tersebut dan bertetangga dengannya tidak pernah membuat masalah atau mengganggu warga lain. 

Namun, ia tak menampik, cara hidup kedua tetangganya itu, terbilang aneh. Bahkan Ridwan sempat mengkategorikan sebagai cara hidup seorang yang memiliki kecenderungan psikologis introvert. 

"Orangnya introvert, tapi orangnya tidak pernah bikin masalah. Kita gak bisa berhubungan. Intinya dia tidak mengganggu tetangga," ujar pria berkemeja motif kotak-kotak warna putih itu. 

Sementara itu, Kapolsek Mulyorejo Polrestabes Surabaya Kompol Sugeng Rianto mengatakan, kedua korban diketahui memiliki sikap dan perilaku jarang untuk bersosialisasi dengan para tetangga. 

Saking jarangnya berkomunikasi, ketua RT, RW dan aparat keamanan perumahan setempat, tidak mengetahui identitas keduanya. 

"Memang mereka jarang bersosialisasi dengan tetangga. Bahkan ada tetangganya itu, yang mengira, kalau suara berisik kebakaran itu dianggap sebagai hujan," ujarnya saat ditemui TribunJatim.com di ruangan kerjanya. 

Bahkan, gegara tertutupnya kedua korban dari kehidupan sosial membuat Pemkot Surabaya tidak bisa memberi fasilitas penunjang kehidupan sebagai lansia. 

"Sepertinya mereka ini tertutup, jadi susah. Diajak komunikasi susah. Mungkin kalau mereka welcome, bisa diajak komunikasi, mungkin ada bantuan dari Pemkot Surabaya. Karena usia lanjut kan pemkot selalu memberikan bantuan, karena pemkot punya program khusus," pungkas mantan Kapolsek Wonocolo itu. 

Sumber: Tribun Jatim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved