Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Perang Hamas Lawan Israel

Sosok Hadiya Nassar, Nenek Simbol Perjuangan Palestina Tewas Ditembak Israel, Selalu Beri Semangat

Hadiya Nassar meninggal dunia setelah ditembak tentara Israel, sosoknya jadi simbol perjuangan Palestina.

Penulis: Alga | Editor: Mujib Anwar
Twitter - jordan pulse
Sosok Hadiya Nassar, nenek simbol perjuangan Palestina 

TRIBUNJATIM.COM - Sosok nenek bernama Hadiya Nassar yang viral menjadi simbol perjuangan Palestina kini telah tewas.

Diketahui sang nenek sempat viral gegara mengatakan dirinya yang 'lebih tua dari Israel'.

Kini Hadiya Nassar telah meninggal dunia setelah ditembak oleh tentara Israel.

Semasa hidup, semangat Hadiya Nassar menginspirasi pembebasan Palestina.

Dilansir dari Al Arabiya, Hadiya Nassar tewas ditembak di depan rumahnya di usia 79 tahun, pada Sabtu (9/12/2023).

Hadiya Nassar sendiri lahir pada tahun 1944 atau empat tahun sebelum tragedi Nakba.

Sebagai informasi, Nakba merupakan istilah bahasa Arab untuk menyebut bencana yang merujuk pada perang tahun 1948 silam.

Tragedi Nakba inilah yang memicu berdirinya negara Israel dan perpindahan massal ratusan ribu warga Palestina.

Awal mula kisah hidup Hadiya Nassar berhasil mencuri perhatian publik setelah ia tampil dalam video yang di-posting jurnalis Palestina, Saleh Al-Jaafrawi.

Ia menerima kunjungan jurnalis tersebut setelah terluka akibat serangan udara tentara Israel.

Dalam video yang beredar di platform X, terlihat Hadiya Nassar sedang duduk di sebuah ranjang rumah sakit.

Tampak sang nenek berbicara dalam bahasa Arab dengan jurnalis Palestina, Saleh Al-Jaafrawi.

Keduanya juga terlihat tertawa bersama setelah Al-Jaafrawi bercanda menggoda Hadiya Nassar.

Dalam pertemuan tersebut, Al-Jaafrawi terkejut saat melihat akta kelahiran resmi wanita tersebut.

Baca juga: Foto Iklan ZARA Bak Sindir Situasi Genosida di Palestina Picu Kontroversi, Ramai Seruan Boikot

Dia tak menyangka Hadiya Nassar lahir pada tahun 1944.

"Anda lebih tua dari Israel!" kata Al-Jaafrawi.

"Tentu saja, tentu saja," jawab Hadiya Nassar.

"Saya berpegang teguh pada tanah (Palestina)," tambahnya.

Sejak saat itu, Hadiya Nassar dijadikan simbol perjuangan Palestina.

Setelah pulih dari luka-lukanya, wanita tersebut menolak pindah dan memilih kembali ke rumahnya di Jalur Gaza.

Dikutip dari Al Jazeera, sang nenek kini tewas ditembak oleh sniper di depan pintu rumahnya.

Hal itu diungkap sepupu Aljafarawi yang tidak lain adalah tetangga Hadiya Nassar.

Kepergian nenek Hadiya Nassar tentu menyisakan duka bagi warga Palestina.

Salah satu pejuang mereka kini gugur di tangan Israel.

Meski hidupnya berakhir tragis, semangat Hadiya Nassar tetap hidup dalam video yang menjadikannya simbol perjuangan Palestina.

Ketangguhannya, ditambah dengan kedekatannya dengan Tanah Airnya, telah membuatnya sebagai wajah perjuangan Palestina.

Nenek Hadiya Nassar yang lebih tua dari Israel dijadikan simbol perjuangan Palestina
Nenek Hadiya Nassar yang lebih tua dari Israel dijadikan simbol perjuangan Palestina (via TribunStyle.com)

Di sisi lain, sosok remaja perempuan asal Palestina bernama Zeina Abdo jadi sorotan karena menceritakan kekejaman Israel saat dijadikan tahanan dan dikurung di sel penjara IDF, dalam dua tahun terakhir.

Sebagai informasi, remaja berumur 18 tahun ini merupakan salah satu sandera yang dibebaskan oleh Israel di mana merupakan bagian dari kesepakatan gencatan senjata Israel dan Hamas di Gaza.

Dalam pengakuannya kepada Aljazeera, Zeina Abdo mengatakan, dalam dua tahun terakhir menjadi masa terburuk dalam hidupnya.

Hal itu lantaran selama dipenjara, dia kerap mendapat penyiksaan hampir tiap hari.

Zeina Abdo pun menceritakan salah satu cara militer Israel menyiksa para tahanan termasuk dirinya adalah dengan menyemprotkan gas air mata.

"Mereka (militer Israel) mengepung kami dan menyemprotkan gas air mata kepada kami. Mereka pukuli dan habisi perempuan, anak perempuan."

"Maksud saya, kami itu anak perempuan. Kami juga hanya anak-anak."

"Bagaimana kalian (militer Israel) menyiksa kami?" ujar Abdo, dikutip dari Tribunnews.com, pada Kamis (30/11/2023).

Raghad Fan (kanan), seorang tahanan Palestina yang ditahan di penjara Israel disambut oleh keluarganya saat dia dibebaskan berdasarkan kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hamas dengan imbalan sandera yang ditahan di Gaza, di Baytunia, di Tepi Barat, yang diduduki pada 24 November 2023
Raghad Fan (kanan), seorang tahanan Palestina yang ditahan di penjara Israel disambut oleh keluarganya saat dia dibebaskan berdasarkan kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hamas dengan imbalan sandera yang ditahan di Gaza, di Baytunia, di Tepi Barat, yang diduduki pada 24 November 2023 (AFP/AHMAD GHARABLI)

Tak hanya disiksa secara fisik, Zeina Abdo mengungkapkan petugas sipir juga kerap menyerangnya secara verbal dan non verbal.

Hal itu, sambungnya, juga dialami oleh anak-anak Palestina yang lain.

Selain itu Zeina Abdo mengatakan, dia dan tahanan anak-anak Palestina lainnya juga kerap tidak diberi makan dan minum.

Bahkan Zeina Abdo sendiri mengaku sempat tidak tidur selama beberapa hari di penjara akibat tidak diberi alas.

"Mereka (aparat Israel) memukuli kami, bersumpah serapah terhadap kami, dan menyiksa kami."

"Saya menghabiskan enam hari di penjara tanpa tidur, tidak ada makanan, dan tanpa air minum bersama empat personel militer menyiksa saya," ujar Zeina Abdo.

Ancaman lain pun turut diterima Zeina Abdo yaitu diancam oleh sipir penjara dengan menyetrumnya hingga mati.

"Mereka mengancam akan membunuh saya dengan menyetrum saya sampai mati. Mereka menargetkan kepala saya," ceritanya.

Sekedar informasi, Zeina Abdo menjadi tahanan Israel sejak tahun 2021, saat ia masih berumur 16 tahun.

Dirinya didakwa oleh Pengadilan Israel lantaran dinilai melakukan penghasutan melalui media sosial dengan mengunggah foto bendera Palestina.

"Saya mengunggah foto-foto bendera Palestina sama seperti warga Palestina pada umumnya. Ini adalah tanah air kami dan di hari akhir pun ini tetap menjadi tanah kami."

"Mereka mengunggah bendera Israel dan menganggapnya itu adalah hal normal," kata Abdo menjelaskan dakwaannya.

Bahkan, katanya, unggahan fotonya tersebut dianggap oleh hakim sebagai perencanaan untuk melakukan perlawanan terhadap Israel.

"Mereka menganggap unggahan saya melanggar hukum atau saya disebut merencanakan (perlawanan) atau melakukan sesuatu. Mereka memunculkan tuduhan yang tidak pernah didengar sebelumnya," katanya.

Zeina Abdo mengaku masa remajanya telah dirampas oleh Israel lantaran hanya dihabiskan di penjara dan upaya penjajahan.

Di sisi lain, Israel disebut telah menahan lebih dari 12 ribu anak-anak Palestina selama 20 tahun terakhir.

Selama ditahan, mereka kerap disiksa secara fisik dan kerap menerima serangan psikologis.

Sementara per tahun, Israel disinyalir menahan 500-700 anak-anak Palestina.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved