Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Arti Kata

Arti Kata Politik Adu Domba yang Mulai Dikenal di Era Kolonial Belanda, Simak Contohnya di Indonesia

Berikut ini penjelasan arti kata politik adu domba atau devide et impera yang mulai dikenal masyarakata Indonesia di era kolonial Belanda.

Editor: Elma Gloria Stevani
Wikimedia Commons
Lukisan penyerahan diri Pangeran Diponegoro kepada Jenderal de Kock pada 1830, yang menandai akhir Perang Diponegoro. 

4.  Ordal

Anies Baswedan menyinggung fenomena orang dalam alias ordal yang semakin menjadi-jadi di Indonesia.

Ia menyebut di setiap aspek kini butuh ordal agar seorang bisa diterima bekerja.

"Fenomena Ordal ini menyebalkan, di seluruh Indonesia kita menghadapi fenomena ordal (orang dalam). Mau ikut kesebelasan ada oradalnya, mau jadi guru ordal, mau masuk sekolah ada ordal, mau dapat tiket konser ada ordal, ada ordal dimana-mana yang membuat meritokrasi enggak berjalan, yang membuat etika luntur," ucap Anies dalam debat capres tersebut.

5.  Kita Bukan Anak Kecil

Prabowo menggunakan istilah itu saat menjawab pertanyaan Anies.

Dalam debat itu, Anies  menanyakan perasaan Prabowo perihal putusan MK soal syarat pencalonan presiden-wakil presiden bermasalah secara etik.

Atas pertanyaan itu, Prabowo mengatakan telah berdiskusi dengan tim dan pakar hukum yang ada di timnya. Mereka memberi masukan bahwa dari segi hukum tidak ada masalah. ”Yang dianggap pelanggaran etika sudah diambil tindakan dan keputusan. Dan tindakan itu sampai sekarang masih diperdebatkan. Tapi intinya, keputusan final dan saya laksanakan,” ujarnya.

”Kita ini bukan anak kecil, Mas Anies, Anda juga paham. Sekarang begini, intinya rakyat yang memutuskan, rakyat yang menilai, kalau gak suka dengan Prabowo-Gibran, ya gak usah pilih kami," ujarnya.

6.  Mas Anies... Mas Anies.....

Prabowo menanggapi  pernyataan Anies  mengenai demokrasi di Indonesia.

Dia menilai pandangan Anies terlalu berlebihan.

"Mas Anies.. Mas Anies,....Saya berpendapat Mas Anies ini agak berlebihan. Mas Anies mengeluh tentang Demokrasi ini dan itu dan ini Mas Anies di pilih jadi Gubernur DKI menghadapi pemeritnah yang berkuasa. Saya yang musuh bapak kalo Demokrasi kita tidak berjalan, tidak mungkin anda jadi Gubernur," ungkap Prabowo dalam debat itu.

Penggunaan Diksi

Harian Kompas menulis soal penggunaan diksi dalam debat capres perdana itu.

Dijelaskan bahwa dari tiga sesi awal, dengan tidak menghitung kata keterangan dan kata sambung serta kata ganti, maka kata hukum menjadi yang paling banyak disebut oleh Anies, yakni 20 kali. Berikutnya, kata negara muncul sebanyak 19 kali, politik sebanyak 12 kali, dan kekuasaan 10 kali.

Hal ini menunjukkan Anies yang fokus dengan tema besar yang diusung dalam debat.

Sementara untuk menekankan kata kunci keadilan sebagai semangatnya dalam visi dan misi, Anies menyebut kekerasan (9), keadilan (8), rakyat (8), dan oposisi (8). Secara total Anies melontarkan 1.618 kata di tiga sesi ini.

Dengan model perhitungan yang sama, Prabowo mengeluarkan total 1.005 kata dalam tiga sesi awal.

Rakyat menjadi kata yang paling sering muncul, sebanyak 14 kali. Kata tersebut diikuti Anies sebanyak 10 kali, korupsi 8 kali, Papua 8 kali, Indonesia sebanyak 7 kali, serta hukum 5 kali.

Korupsi dan hukum tampak menjadi tema yang ditekankan oleh Prabowo.

Menarik pula ketika Anies disebut terbanyak kedua dalam tiga segmen awal. Selama debat, Prabowo kerap memberikan sapaan lawan debatnya sebagai gimik untuk mencairkan situasi.

Sementara Ganjar Pranowo di sepanjang tiga sesi awal memproduksi 1.307 kata.

Dari total jumlah kata itu, kata masyarakat dan politik menjadi yang paling sering diulang, masing-masing sebanyak 7 kali.

Berikutnya, Ganjar menyebut kata agama dan bapak 6 kali, ibu 5 kali, dan rakyat 5 kali.

Ganjar tampak memberikan narasi dengan retorika yang lebih cair, dengan sejumlah gagasan yang tersebar dalam tiga segmen pertama.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dan Tribunnews.com

Berita tentang arti kata lainnya

Informasi lengkap dan menarik lainnya di GoogleNews TribunJatim.com

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved