Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Ponorogo

Hampir Setahun di Pengungsian, Korban Terdampak Tanah Retak di Ponorogo Kini Bisa Tempati Huntara

Hampir setahun tinggal di pengungsian, korban terdampak tanah retak di Ponorogo kini bisa menempati Huntara.

Penulis: Pramita Kusumaningrum | Editor: Dwi Prastika
Tribun Jatim Network/Pramita Kusumaningrum
Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, meresmikan Huntara untuk warga Desa Tumpuk, Kecamatan Sawoo, dan warga Desa Bekiring, Kecamatan Pulung, Ponorogo, yang terdampak tanah retak, Rabu (17/1/2024) sore. 

Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Pramita Kusumaningrum

TRIBUNJATIM.COM, PONOROGO - 42 keluarga terdampak tanah retak di Desa Tumpuk, Kecamatan Sawoo, Kabupaten Ponorogo, kini bisa menempati Huntara (hunian sementara).

Setelah sebelumnya, mereka nyaris tinggal di pengungsian selama setahun, karena rumah mereka terdampak tanah retak.

Hal itu karena pembangunan Huntara memerlukan waktu kurang lebih satu tahun.

Tidak hanya 42 keluarga di Desa Tumpuk, ada juga 14 keluarga dari Desa Bekiring, Kecamatan Pulung, Kabupaten Ponorogo, yang terdampak tanah retak, dan akan menghuni Huntara.

Huntara yang akan mereka tempati diresmikan oleh Gubernur Jawa Timur (Jatim), Khofifah Indar Parawansa, Rabu (17/1/2024) sore.

Di tengah hujan rintik-rintik, orang nomor satu di Jatim ini meresmikan Huntara untuk korban terdampak tanah retak.

Khofifah mengucapkan terima kasih kepada Tenaga Kesejahteraan Sosial (Tagana), Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan Dinas Sosial (Dinsos).

“Semua luar biasa. Kawan-kawan tetap semangat, insyaallah menjadi ladang pahala, jadi tidak ada yang sia-sia jika kita baik terhadap masyarakat, insyaallah kebaikan akan kembali ke kita,” ujar Khofifah.

Dia berharap warga yang menempati Huntara di Desa Tumpuk maupun Desa Bekiring betah.

Di Huntara ini, warga akan memulai kehidupan baru. 

Baca juga: Curhat Anak di Ponorogo Terdampak Tanah Retak, Tetap Belajar dan Main Meski Tinggal di Pengungsian

“Ini merupakan miqot memulai kehidupan baru. Di sini tanah Allah, di sana juga tanah Allah, keberkahannya sama,” terangnya.

Khofifah berharap, setelah ini, lokasi Huntara bisa dijadikan desa wisata.

“Bisa dibantu tim pemkab apa kebutuhan sebagai sumber ekonomi,” paparnya.

Dia lalu berkisah saat menjabat sebagai Menteri Sosial (Mensos), proses pembangunan hunian tetap (Huntap) ada yang lebih rumit dibanding di Desa Tumpuk maupun Desa Bekiring.

“Pada saat itu, untuk menembus desa yang akan dijadikan hunian tetap, TNI harus manggul batu karena tidak bisa dilewati mobil. Batu demi batu ditata, akhirnya kemudian sampai ke titik membangun hunian tetap dilakukan, ini misi besar,”  jelasnya.

Perempuan yang juga menjabat sebagai Ketua Umum PP Muslimat itu, mengaku berkali-kali ke Huntap tersebut.

Mulai akses jalan yang masih berbatu-batu sampai kemudian membangun kelengkapan bangunan.

“Sampai saya ke sana lagi sudah banyak pertokoan. Pada saat itu, saya lihat pemandangan sangat indah, tapi ini berkabut, pelan-pelan kabut menghilang indahnya makin tampak,” tegasnya.

Sehingga, untuk lokasi Huntara di Desa Tumpuk maupun Desa Bekiring, dia sudah bertanya ke Bupati Ponorogo, Sugiri Sancoko, bagaimana jika dijadikan desa wisata.

“Wisata apa? Apakah bisa wisata glamping (Glamorous Camping). Entah di Desa Tumpuk maupun Bekiring. Monggo (silakan) pak lurah koordinasi dengan pak bupati,” pungkas Khofifah.

Sumber: Tribun Jatim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved