Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Jember

Ironi Petani di Jember Dilanda Kekeringan saat Musim Tanam, Andalkan Mesin Pompa untuk Pengairan

Para petani di Desa Sumberejo Kecamatan Ambulu Jember, di landa kekeringan dimasa musim tanam padi, akibat curah hujan rendah pada awal 2024.

Penulis: Imam Nawawi | Editor: Ndaru Wijayanto
tribunjatim.com/Imam Nawawi
Petani di Desa Sumberejo Ambulu Jember mengairi sawahnya yang tanahnya mulai retak-retak 

Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Imam Nawawi

TRIBUNJATIM.COM, JEMBER- Para petani di Desa Sumberejo Kecamatan Ambulu Jember, dilanda kekeringan saat masa musim tanam padi, akibat curah hujan rendah pada awal 2024.

Hal tersebut membuat aliran irigasi di kawasan Jember Selatan tersebut tidak lancar. Sehingga para petani hanya mengandalkan mesin pompa air untuk mengairi sawahnya,Senin (22/1/2024)

Selain itu, para petani harus mengelurkan biaya besar untuk beli Bahan Bakar Minyak (BBM) demi kebutuhan mesin pompa air. Agar lahan tanaman padi mereka tetap basah.

Terlihat, sawah yang sudah ditanami padi di daerah Dusun Krajan Lor Desa Sumberejo tanahnnya kering bahkan sudah retak-retak, meski dua hari lalu sudah dialiri air mengunakan mesin pompa air.

Sementara saluran irigasi yang berada di area persawahan disana. Tampak tidak ada airnya setetes pun.

Ngateno, Petani di Desa Sumberejo mengatakan kekeringan saat ini jauh lebih lama, bila dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Sehingga kondisi ini sangat mengkhawatirkan keberlangsungan hidup tanaman padi.

Baca juga: Ironi Petani di Sampang Madura, Sulit Dapat Pupuk Bersubsidi saat Musim Tanam Padi

"Sebelum sebelumnya, pernah ada kekeringan. Tetapi tidak parah, baru tahun ini kekeringannya paling parah," ujarnya.

Menurutnya, para petani cuma bisa mengandalkan mesin pompa air tenaga diesel. Karena hanya cara tersebut yang dapat dilakukan dalam kondisi kekeringan seperti ini.

"Meskipun tidak semua sumur sumbernya lancar, karena yang punya sumber kuat itu sebagian saja sumurnya," kata Ngateno.

Biaya pengairan selama proses bajak sawah ukuran satu hektar. Ngateno mengungkapkan harus membeli BBM jenis Pertalite sabanyak 50 liter untuk kebutuhan mesin pompa air.

"Itu untuk pembukaan lahan saja. 50 liter itu kekuatanya untuk Pompa air, yang dinyalakan sejak pagi hingga pukul 15.00 WIB, kadang bisa sampai Rp 14.00 WIB," katanya.

Setelah sawah tersebut ditanami padi. Katanya, para petani harus beli BBM Pompa Air terus, untuk pengairan rutin terhadap tanamannya.

Baca juga: Dulunya Nunggak SPP Tak Bisa Bayar, Anak Petani Kenang Nasib Ortu, Kini Dibalas Profesi Mentereng

"Kalau untuk pengairan rutin, ukuran sawah setengah hektar butuh 20 liter. Kalau sawahnya satu hektar, berarti ada 40 liter," tuturnya.

Penggunaan pompa air untuk proses irigasi tanaman padi di Jember Selatan . Kata Ngateno, akan dilakukan petani hingga datang hujan lebat yang bisa menggenangi lahan pertanian.

"Kalau hujan turun dalam waktu dekat, kemungkinan petani tidak akan rugi. Tetapi kalau kekeringan masih panjang, pasti petani rugi besar, karena hasil penen tidak sepadan dengan biasa beli BBMnya," katanya.

Dia mengungkapkan hujan turun di Bumi Pandalungan daerah Selatan, pada pekan lalu. Itu pun hanya sebentar dan belum bisa menolong krisis air tanaman padi petani.

"Terakhir hujan itu satu minggu lalu, tapi yang cuma sebentar, tidak lama. Sehingga tetap saja kekeringan kayak gini," kata Ngateno.

Daman, Petani lain yang ditemui TribunJatim-Timur.com. dia mengaku harus rela antre sumur dengan petani lain, untuk pemanfaatan mesin pompa air.

"Soalnya tidak semua sumur disini, sumbernya kuat. Sehingga kami harus gantian sumurnya, dengan petani lainnya saat mengunakan deisel, karena tidak semua sumur, punya sumber air yang kuat," imbuhnya.

Sebelumnya, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jember Widodo Julianto mengatakan, hal tersebut akibat dampak dari El Nino. Sehingga membuat curah hujan di Bumi Pandalungan bersifat zonasi.

"Jadi hujannya masih spot-spot. Penjelasan BMKG, bahwa hal itu dampak dari El Nino yang diperkirakan akan berakhir hingga Februari 2024," ujarnya.

Menurutnya, intensitas hujan rata-rata masih berada di kawasan Alun-alun Kabupaten Jember, alias kawasan pusat perkotaan saja. Sementara di kecamatan lain masih kering.

"Selain tidak merata, hujannya juga masih sebentar. Seperti kemarin sore, hujan deras di kota. Saat itu di Kecamatan Ajung dan juga Mangli masih kering sekali," tutur Widodo

Sumber: Tribun Jatim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved