Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Pantas Mbah Semi Tak Dapat Bantuan Meski Utang Beras Buat Makan, Dinsos Sebut Rumah Sudah Diperbaiki

Pantas Mbah Semi tidak dapat bantuan meski utang beras untuk makan, Dinsos sebut 'rumah sudah pernah diperbaiki'.

Penulis: Alga | Editor: Mujib Anwar
TRIBUNJATIM.COM/SOFYAN ARIF CANDRA SAKTI - KOMPAS.COM/SUKOCO
Pantas Mbah Semi tak dapat bantuan meski harus utang beras demi bisa makan 

TRIBUNJATIM.COM - Belakangan kisah Mbah Semi yang pilu mengaku tidak dapat bantuan beras 10 kg, jadi sorotan.

Terungkap alasan Mbah Semi tidak dapat bantuan meski ia mengaku harus utang beras buat bisa makan.

Pihak Dinsos menjawab jiwa Mbah Semi pernah dapat bantuan perbaikan rumah.

Seorang lansia berusia 90 tahun bernama Mbah Semi yang hidup sebatang kara, tengah mencuri perhatian publik.

Mbah Semi tinggal di rumah sederhananya berukuran 4x6 meter.

Tepatnya di Desa Gebyog, Kecamatan Karangrejo, Kabupaten Magetan, Jawa Timur.

Diketahui rumah yang dihuni Mbah Semi adalah bantuan pemerintah dari program rumah tidak layak huni di tahun 2018.

Anak laki-laki satu-satunya sudah meninggal lama, menyusul kemudian sang suami yang juga wafat.

"Ini tadi pulang dari membuat opak, upahnya seikhlasnya, kadang sehari Rp5.000 untuk beli beras," Mbah Semi mengawali ceritanya, Minggu (28/1/2024).

Di ruang tamu tidak ada meja kursi, hanya ada bekas sisa susunan batu dan sisa arang bekas pembakaran di lantas.

"Kadang masak di situ kalau hujan. Biasanya masak di depan pintu kalau tidak hujan," jelas Mbah Semi.

Di samping kiri rumah Mbah Semi, ada bekas reruntuhan dinding batu bata bangunan rumah lamanya yang sudah lama ambruk karena tua.

Terlihat sebagian dindingnya digunakan sebagai dinding dapur yang kondisinya sangat mengkhawatirkan karena atap dapur juga lapuk.

Sebagian gentengnya itu pun bahkan berjatuhan.

Baca juga: Dapat Upah Rp5000, Mbah Semi Utang Beras Demi Makan, Dinsos Sebut Hidupnya Sangat Tidak Kekurangan

Di ujung ruang, terdapat kamar mandi yang terlihat berantakan dengan kondisi lantai yang becek.

"Kalau mau ke belakang ada airnya, itu baru saya isi kebetulan Sanyo tetangga nyala."

"Kalau tidak nyala, ya mencari air di rumah tetangga," katanya, dilansir dari Kompas.com.

Mbah Semi tak jarang mendapatkan bantuan dari tetangga.

Namun ia juga mengatakan, terkadang sampai mengutang ke warung demi bisa makan.

Di meja kecil, tampak tempat nasi yang di dalamnya berisi nasi dingin.

Mbah Semi mengaku belum memasak karena tak memiliki uang untuk membeli beras.

"Itu nasi dikasih tetangga kemarin. Hari ini belum masak karena beras habis, mau ngutang ke toko di depan sana," kata dia.

Mbah Semi (KOMPAS.COM/SUKOCO)
Mbah Semi (KOMPAS.COM/SUKOCO)

Mbah Semi mengaku melihat beberapa hari ini para tetangganya menerima kertas kupon daftar sebagai penerima beras miskin 10 kilogram.

Bantuan tersebut akan diberikan dari bulan Januari hingga bulan Juni 2024 mendatang.

Namun sayangnya, nama Mbah Semi tidak tercantum di data Penyasaran Percepatan Penghapusan Kemiskinan Ekstrem (P3KE) sebagai salah satu penerima beras bagi warga miskin.

"Tetangga sudah menerima kupon, katanya mau dapat beras 10 kilogram. Nama saya juga tidak ada," ucapnya lirih.

Mbah Semi mengatakan, namanya tidak dimasukkan dari daftar penerima bantuan beras.

Diketahui selain bekerja sebagai pembuat kerupuk beras, ia juga mengharap bantuan tetangga untuk makan sehari-hari.

"Kadang kalau selamatan dikasih berkat, kalau tidak ya ngutang di toko yang ada di perempatan sana."

"Paling satu kilogram itu isinya tiga kaleng, bisa untuk makan beberapa hari," tutur Mbah Semi.

Baca juga: Warga Korban Bencana Kecewa Dijanjikan Pemerintah Bantuan Rp50 Juta, Cuma Dapat Uang Rp10 Juta

Terkait hal ini, Kepala Desa Gebyog, Suyanto menjelaskan soal sejumlah warganya yang renta dan hidup sebatang kara di desanya justru tidak masuk sebagai penerima bantuan beras.

Beberapa waktu lalu, Suyanto mengaku sempat menanyakan soal permasalahan dalam musyawarah rencana pembangunan daerah.

Akan tetapi dengan acuan data dari pusat, ia mengaku tidak bisa berbuat apa-apa.

"Kami tidak terlibat dalam pendataan, data ini katanya dari pusat, tapi saya pastikan yang digunakan ini data lama."

"Karena selain warga miskin tidak terdata, ada warga yang punya mobil dua malah masuk data penerima bantuan."

"Warga yang sudah meninggal juga masih ada datanya, masuk sebagai penerima bantuan beras," papar Suyanto.

Soal Mbah Semi yang tidak mendapatkan bantuan, Suyanto mengatakan, mengakomodasi melalui BLT Dana Desa, namun bantuan tersebut dilaksanakan secara bergiliran.

"Kita bantu melalui DD yang 25 persen, tetapi penerimanya bergantian menyesuaikan anggaran," ucapnya.

Mbah Semi mengaku sampai utang beras demi bisa makan
Mbah Semi mengaku sampai utang beras demi bisa makan (KOMPAS.COM/SUKOCO - TribunJatim.com/Rorry Nurmawati)

Sementara itu Kepala Dinas Sosial Kabupaten Magetan, Parminto Budi Utomo mengatakan, dari hasil kroscek dengan pendamping, Mbah Semi sudah menerima bantuan dari pemerintah berupa perbaikan rumah tidak layak huni.

Mbah Semi juga disebut menerima bantuan program Bunda Kasih dari pemerintah daerah.

Sebagai informasi, program Bunda Kasih merupakan program bantuan pangan senilai Rp300.000 yang dititipkan kepada sanak keluarga atau warung yang dekat dengan penerima bantuan yang diwujudkan dalam bentuk makanan, diberikan dua kali sehari.

"Mbah Semi memiliki keponakan yang bertanggung jawab dengan kehidupannya berada di satu wilayah beda RT."

"Sebenarnya Mbah Semi diminta tinggal di rumah keponakannya, namun tidak bersedia, hanya malam hari saja dijemput," kata dia.

"Kadang jalan sendiri untuk tidur di rumah keponakan karena takut jika hujan rumah bocor dan ada ular."

"Bantuan BPNT sejak 2021 terhenti, ter-cover Bunda Kasih dan permakanan," katanya.

Lebih lanjut, berdasarkan laporan pendamping yang diterima Dinas Sosial, Mbah Semi bekerja bukan untuk memenuhi kebutuhan makan, tetapi untuk mengisi kegiatan sehari-hari daripada menganggur.

"Mbah Semi sangat sehat untuk aktivitasnya membantu depan rumah di industri kerupuk. Bukan untuk mencari makan, tapi sebagai aktivitas biar tidak gabut bahasa kerennya," ucapnya.

"Memang mengeluh tidak dapat bantuan beras, hanya kepengin kok tetangganya dapat, tapi (dirinya) tidak, karena untuk makan dan kehidupan sangat tidak kekurangan," pungkas Parminto.

Baca juga: Pedagang Pasar Ngaku Ada Parpol Hendak Borong 100 Sak Beras SPHP di Malang, Diduga untuk Kampanye

Sebelumnya seorang nenek mengira dapat bantuan besar, sehabis difoto petugas malah diganti kresek kecil.

Ya, setelah difoto, pemberi bantuan justru mengambil kembali bantuan yang diberikan pada sang nenek.

Dengan teganya dia menukar dus besar yang diterima nenek tersebut dengan bungkusan kresek kecil.

Mengetahui kejadian viral tersebut pihak Dinas Sosial (Dinsos) buka suara.

Belakangan viral di media sosial video seorang nenek mendapatkan bantuan yang dibungkus dalam dus besar dari seorang pria.

Namun setelah difoto, pria tersebut dengan tega menukar dus besar tersebut menjadi bungkusan kresek kecil.

Momen saat pria tersebut memberi bantuan ke nenek itu diabadikan oleh tetangga korban.

Kini rekaman tersebut beredar luas di media sosial, salah satunya Instagram @kabarnegri.

Dalam keterangan unggahan disebutkan bahwa peristiwa tersebut terjadi di Salatiga, Jawa Tengah.

"Momen seorang pria mengabadikan foto seorang nenek-nenek sambil menunjukkan makanan yang sudah diserahkan.

Namun setelah selesai difoto, pria itu menukar kembali makanan yang telah diserahkan dengan ukuran yang lebih kecil," isi narasi dalam keterangan unggahan tersebut.

Dalam rekaman tersebut, terlihat nenek mengikuti permintaan pria.

Yakni untuk duduk di teras rumah sambil memegang dus besar berwarna putih yang berisi makanan.

Pria tersebut kemudian mengabadikan foto nenek dengan bantuan tersebut menggunakan ponselnya.

Nenek heran bantuan yang besar diganti lebih kecil usai difoto petugas
Nenek heran bantuan yang besar diganti lebih kecil usai difoto petugas (Instagram/kabarnegri)

Akan tetapi dus yang tadinya diberikan ke si nenek ternyata diambil kembali oleh pria tersebut.

Selanjutnya pria tersebut mengambil kresek kecil dan memberikannya kepada nenek.

Sambil samar-samar, pria tersebut menjelaskan bahwa tindakan tersebut dilakukan untuk keperluan laporan.

Nenek tersebut segera meletakkan bungkusan kresek kecil tersebut di tanah.

Sementara pria yang memberi bantuan kemudian berjalan menuju motornya.

Namun si nenek tersebut terus bertanya karena masih penasaran mengapa dus yang awalnya diberikan diambil kembali.

Pria tersebut lantas menjelaskan bahwa itu hanya untuk keperluan laporan.

"Mboten niki, niki kangge laporan (Tidak yang ini, ini untuk laporan). Niki damel foto tok, damel laporan (ini hanya untuk foto, buat laporan)" kata pria tersebut.

Baca juga: Anak Panti Asuhan Nangis Sumbangan Malah Dibawa Pulang Lagi Sama Donatur, Pengurus Kaget & Marah

Setelah itu pria tersebut meninggalkan rumah si nenek.

Perekam video turut mengekspresikan kekesalannya terhadap kejadian tersebut, "Waduh foto besar diganti kecil."

Diketahui bahwa bantuan makanan berasal dari Kecamatan, meski pemilik video tidak memberikan informasi lebih lanjut tentang kecamatan mana yang dimaksudkan.

Tak hanya perekam, netizen yang menyaksikan video viral tersebut juga turut menyayangkan aksi tak terpuji si pria.

"Wajahnya sangat jelas, selamat anda viral,, kasian simbahnya, di kadalin," tulis @cholifahnajwa7.

"Yaa inii wkwk banyak guntingan setiap level dan nyampe nya cuma sedikit . Yg penting di foto sesuaii yg di suruhhh," tulis @mo.li4731.

"Ga bakalan diproses yg bgini mah, udah tlalu banyak kasus model bgini, logika pun ribuan.... Dr tingkat pusat sampe RT banyak penjahatnya....," tulis @rezasilmy.

"Yo harus di sidak secara langsung iku biar pada tahu belang nya kek gimana,maaf ne bukan mau nutup jalan rezeki orang tapi ga dengan cara seperti itu sama aja dengan nutup jalan rezeki orang juga," tulis @nining_maidah.

Beredar video bantuan ke nenek diganti lebih kecil setelah difoto, Dinsos Kabupaten Semarang sudah tegur petugas
Beredar video bantuan ke nenek diganti lebih kecil setelah difoto, Dinsos Kabupaten Semarang sudah tegur petugas (via KOMPAS.com)

Kini kabar tersebut mulai menampakkan titik terang.

Pertama kejadian tersebut tak berlangsung di Kota Salatiga seperti disebutkan dalam keterangan yang tertulis di media sosial.

Setelah dilakukan penelusuran, ternyata kejadian ini terjadi di Kabupaten Semarang.

Kepala Dinas Sosial Kabupaten Semarang, Istichomah, saat dikonfirmasi membenarkan hal tersebut.

"Sudah saya telusuri, betul terjadi di Kabupaten Semarang. Hanya ceritanya tidak seperti yang tertulis dan dikomentari orang-orang," kata Istichomah, saat dihubungi, Senin (4/12/2023) malam.

"Kejadian di wilayah Tengaran, tapi saya tidak mau matur (bilang) ceritanya dulu. Kalau belum ketemu, nanti malah salah persepsi," ungkap Istichomah.

Dia menegaskan bahwa secara regulasi tidak menyalahi aturan.

"Tidak ada kecurangan, hanya mekanismenya yang seolah-olah ada kecurangan. Petugas yang bertanggung jawab sudah saya tegur," ujar dia.

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved