Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Blitar

Pesanan Meningkat saat Ramadan, Produsen Jenang di Blitar Dilema Kala Ketan Langka dan Harga Naik

Pesanan Meningkat saat Ramadan, Produsen Jenang di Blitar Dilema Kala Ketan Langka dan Harga Naik. Bagaimana tidak, permintaan jajanan jenang meningka

Penulis: Samsul Hadi | Editor: Ndaru Wijayanto
TRIBUNJATIM.COM/Samsul Hadi
Pekerja sedang membuat jajanan olahan jenang menggunakan klobot atau kulit jagung di Omah Jenang milik Hendri Kristiawan di Desa Plosorejo, Kecamatan Kademangan, Kabupaten Blitar, Senin (18/3/2024) 

Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Samsul Hadi

TRIBUNJATIM.COM, BLITAR - Momen Ramadan 2024 kali ini menjadi kondisi sulit bagi produsen jajanan olahan jenang di Kabupaten Blitar.

Bagaimana tidak, permintaan jajanan jenang meningkat banyak di tengah kelangkaan dan mahalnya harga bahan baku ketan. Akibatnya, produksi jenang tidak bisa maksimal.

Seperti dialami, Hendri Kristiawan, produsen jenang Omah Jenang di Desa Plosorejo, Kecamatan Kademangan, Kabupaten Blitar ini.

Hendri mengatakan, produsen jenang menghadapi kondisi dilema pada Ramadan tahun ini.

Permintaan atau pesanan jajanan olahan jenang mengalami banyak peningkatan pada momen Ramadan ini.

Tetapi, Ramadan kali ini, produsen jajanan olahan jenang mengalami kendala bahan baku untuk produksi.

"Khususnya di Kabupaten Blitar, ada kelangkaan ketan, sebagai bahan baku jenang. Selain itu harganya naik signifikan. Harga gula juga mengalami kenaikan," kata Hendri Kristiawan atau yang akrab dipanggil Sinyo, Senin (18/3/2024).

Baca juga: Arus Balik Lebaran 2023, Pemudik Berburu Oleh-oleh khas Gresik, Pudak dan Jenang Jadi Primadona

Karena ada kendala itu, Hendri akhirnya memutuskan mengurangi jumlah produksi jajanan jenang dari target biasanya pada Ramadan tahun ini.

Biasanya, di momen Ramadan, Hendri rata-rata memproduksi 5 kuintal jajanan olahan jenang, madumongso dan wajik kletik per hari.

Ramadan tahun ini, ia hanya memproduksi kisaran 3 kuintal jenang, madumongso dan wajik kletik per hari.

Tapi, produksi itu sudah meningkat dibandingkan hari biasa. Hari biasa, ia hanya memproduksi sekitar 1,5 kuintal sampai 2 kuintal jenang, madumongso dan wajik kletik per hari.

"Biasanya, untuk kebutuhan Ramadan dan Lebaran, kami mulai produksi sebulan sebelum Ramadan, tapi tahun ini, kami baru mulai produksi H-3 Ramadan," ujarnya.

Menurut Hendri, bahan baku ketan mengalami kelangkaan dalam sebulan terakhir ini. Akibatnya, harga ketan di pasaran naik drastis.

Baca juga: Kecipratan Berkah Ramadan, Perajin Cincau Hitam Magetan Kebanjiran Pesanan, Sehari Produksi 120 Kg

Harga ketan yang awalnya Rp 14.000-Rp 15.000 per kilogram, kini naik menjadi Rp 23.000-Rp 28.000 per kilogram.

"Sekarang kebalik, harga ketan putih lebih mahal dari harga ketan hitam. Harga ketan hitam masih kisaran Rp 17.000 per kilogram. Sedang harga ketan putih mencapai Rp 23.000-Rp 28.000 per kilogram," katanya.

Selain ketan, harga gula merah juga mengalami kenaikan. Sekarang harga gula merah kisaran Rp 14.000 per kilogram sampai Rp 15.000 per kilogram.

"Untuk gula mengalami kenaikan sekitar 30 sampai 40 persen, tapi kalau ketan putih kebaikannya dua kali lipat," ujarnya.

Hendri juga belum berani menaikkan terlalu banyak harga jual jenang kepada pelanggan. Ia hanya menaikkan harga jual jenang sekitar 5-10 persen pada Ramadan ini.

"Khusus untuk harga jenang naik 5-10 persen. Misalnya, awalnya Rp 40.000 per kilogram naik menjadi Rp 45.000 per kilogram. Kalau harga jenang, madumongso dan wajik kletik mulai dari Rp 15.000 per kilogram sampai Rp 90.000 per kilogram," katanya.

Baca juga: Produsen Opak Gambir di Kota Blitar Kecipratan Berkah Ramadan, Mulai Kewalahan Layani Pesanan

Hendri melayani pesanan dari sejumlah toko pusat oleh-oleh di Jawa Timur, Yogyakarta dan Jawa Tengah.

Dari tiga varian yang diproduksi, yaitu jenang, madumongso wajik kletik memiliki pasar sendiri-sendiri.

Untuk wilayah Blitar, jenang paling banyak peminatnya. Tapi, di luar Blitar, wajik kletik dan madumongso paling tinggi peminatnya.

"Kenaikan produksi olahan jenang biasnya terjadi menjelang liburan sekolah, Natal dan Lebaran. Di luar momen itu, standar produksinya. Justru pada Juni-September biasanya terjadi penurunan produksi," ujarnya.

Hendri sendiri mulai menekuni usaha jajanan olahan jenang sejak 2003. Usaha itu sebenarnya turun dari orang tuanya, H Nyoto.

Sekarang, Hendri bersama dua saudaranya menekuni usaha olahan jenang yang merupakan warisan dari orang tuanya.

Hendri khusus memproduksi jenang untuk dipasarkan di pusat oleh-oleh dan juga membuka tempat edukasi olahan jenang Omah Jenang.

Sedang kakaknya, memproduksi jenang lebih banyak dipasarkan untuk acara hajatan. Lalu adiknya membuka toko online Ratu Jajanan khusus untuk menjual jajanan olahan jenang

Baca juga: Berkah Ramadan 2024, Pesanan Kue Kering Produksi Pasutri Asal Blitar Naik 4 Kali Lipat

Sumber: Tribun Jatim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved