Hikmah Ramadan
Berpuasa Digital, Meraih Kesehatan Mental
Berpuasa di bulan Ramadan merupakan perintah wajib agama.Bagi setiap mukmin yang sudah memenuhi syarat menjadi sebuah keharusan berpuasa sebulan.
Oleh :
M Sururi Arrumbani
(Ketua Komisi Infokom MUI Jawa Timur)
TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Berpuasa di bulan Ramadan merupakan perintah wajib agama.
Bagi setiap mukmin yang sudah memenuhi syarat menjadi sebuah keharusan berpuasa selama sebulan penuh.
Perintah Allah swt. ini, apalagi yang wajib sifatnya, tentu menyimpan banyak rahasianya. Manfaat atau faedah yang didapatkan menjalankan perintah wajib tersebut akan banyak sekali didapat oleh siapa saja yang menjalankan.
Meski mereka hanya menjalankan puasa dengan kapasitas minimal, Allah pasti tetap memberikan faedah bagi pelakunya. Misalnya hanya mampu menahan makan dan minum selama sehari dengan berbaring atau mager istilahnya, Allah tetap memberikan pahala. Bahkan mereka yang seperti itu sudah mendapatkan manfaat dengan tidak melakukan aktivitas yang menjurus dosa atau maksiat.
Dalam konsep taqwa, menjauhi larangan Allah, sebenarnya kekuatan yang dibutuhkan adalah “meninggalkan sesuatu”, artinya dengan tidur orang tidak akan berbuat macam-macam. Sungguh luar biasa agama Islam ini mengarahkan perbuatan manusia ke arah yang lebih baik.
Baca juga: Hukum Tidur Sepanjang Hari saat Puasa Ramadan 2024, Apakah Tetap Sah? Berikut Penjelasannya
Sementara bagi mereka yang memiliki energi berlebih atau ghirah berpuasa besar, maka dia akan mampu meraih kesunahan selama bulan Ramadan. Banyak orang mampu berpuasa di siang harinya, solawat, tarawih, tadarus, tahajud dan lainnya di malam hari. Aktivitas tidurnya jauh sekali berkurang dibanding dengan hari-hari biasa.
Mereka yang demikian tentu akan mendapatkan manfaat lebih banyak. Mereka meninggalkan perbuatan dosa dan masksiat melalui aktivitas sunah yang banyak. Mereka tidak diam atau tidur saja.
Seseorang bisa menentukan pilihannya masing-masing dalam menjalani ibadah puasa selama Ramadan. Apakah mau memilih yang “minimalis” atau “maksimal”. Kesadaran atas potensi energi ibadah yang dimilikinya menjadi dasar untuk memilihnya. Islam tidak membuat umatnya menjalani ibadah dengan sulit apalagi mempersulit.
Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda, “Berpuasalah niscaya kalian akan sehat.” (HR. Ath Thabrani dalam Mu’jam al Awsath). Hadis ini memberi informasi kepada kita bahwa berpuasa adalah cara untuk mendapatkan kesehatan.
Setiap hari, apalagi bagi yang mengalami sakit, anugrah sehat selalu diminta, bahkan banyak orang mau melakukan apa saja untuk hidup sehat. Uang ratusan juta rupiah bisa dibayarkan untuk membeli sehat. Allah swt. telah menyediakan metode berpuasa sebagai salah satu cara untuk mendapatkan hidup sehat. Tentu ini plus dengan nilai ibadah yang sangat tinggi. Ibarat orang dagang, untungnya berlipat-lipat. Sudah untung di dunia, untung pula di akhirat. Siapa yang tidak mau untuk berlipat seperti itu?
Aktivitas sehari-hari manusia saat ini mayoritas bergelut dengan dunia digital, dunia internet. Ada yang sejak membuka mata, bangun tidur yang dicari handphone, mengecek status media sosial.
Manusia sudah menjalankannya seperti robat. Sudah dikendalikan oleh media sosial dari bangun tidur sampai tidur lagi. Dunia digital menjadi dunia ketiga, selain dunia ini dan akhirat kelak. Ada dunia nyata, dunia ghaib dan dunia maya.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.