Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Jatim

Sikapi Lonjakan DBD di Jawa Timur, DPRD Jatim Soroti 3 Aspek Prioritas Penanganan

Jumlah penderita demam berdarah dengue (DBD) di Jawa Timur menjadi keprihatinan tersendiri bagi DPRD Jatim.

TribunJatim.com/Yusron Naufal
Anggota Komisi E DPRD Jatim soroti penanganan DBD di Jawa Timur 

Laporan Wartawan TribunJatim.com, Yusron Naufal Putra 

TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Jumlah penderita demam berdarah dengue (DBD) di Jawa Timur menjadi keprihatinan tersendiri bagi DPRD Jatim.

Pasalnya, jumlah penderita DBD di Jawa Timur mengalami lonjakan pada awal tahun ini. Tercatat ada 3.638 kasus yang terjadi per pekan ketiga Februari 2024.

Anggota Komisi E DPRD Jatim Deni Wicaksono mengungkapkan, tak hanya prihatin, dewan juga mendorong agar hal ini menjadi atensi serius Pemprov Jawa Timur.

"Khususnya Dinas Kesehatan dalam pengelolaan kejadian tertentu yang menimbulkan banyak korban,” ujar Deni, Minggu (19/5/2024). 

Deni menyoroti tiga aspek prioritas yang harus dipastikan berjalan dengan baik dalam penanganan DBD. Kemampuan mengelola aspek-aspek penting ini menjadi tolok ukur ketahanan sebuah daerah dalam menghadapi situasi kejadian luar biasa terkait penyakit. 

Baca juga: Demam Berdarah di Pacitan Mengganas, Naik Drastis Tiga Kali Lipat, Kini Tembus 219 Kasus

Alumnus Universitas Airlangga Surabaya tersebut itu merinci, aspek pertama yang perlu diperhatikan adalah manajemen informasi sebagai bagian dari mitigasi risiko.

Deni menyebut Pemprov Jatim kurang memiliki manajemen informasi yang baik dalam mengantisipasi lonjakan DBD. 

Padahal, ada beberapa risiko yang semestinya bisa diantisipasi untuk memperkecil lonjakan DBD, di antaranya risiko sebagai negara tropis yang memudahkan penyebaran penyakit infeksi hingga perubahan iklim yang menimbulkan hujan ekstrem di sejumlah daerah. 

Perubahan iklim dijelaskan dapat mempengaruhi pola penyakit infeksi sehingga risiko penularan akan meningkat. Sudah banyak riset yang menunjukkan bahwa curah hujan memiliki korelasi terhadap lonjakan penyakit DBD. 

Baca juga: Kasus Demam Berdarah di Lumajang Lagi Genting, Ratusan Orang Terserang dan 6 Warga Meninggal

Menurut Deni, jika memiliki manajemen informasi yang baik dengan menggandeng para pakar dan stakeholder termasuk BMKG, Pemprov Jatim semestinya bisa mendapat gambaran yang lebih presisi untuk mitigasi risiko lonjakan DBD.

Antisipasi dini seharusnya dilakukan dengan menggerakkan seluruh kabupaten/kota beserta masyarakatnya untuk memitigasi risiko DBD ini. 

Selain itu, manajemen informasi yang baik diungkapkan juga perlu dilakukan untuk memberi edukasi secara tepat kepada warga agar tak salah dalam penanganan DBD.

Salah satunya, jangan sampai warga terlambat ke fasilitas kesehatan bila mengalami gejala demam tinggi tiga hari dengan bintik-bintik merah atau gusi berdarah. 

Aspek kedua, menurut Deni adalah kesiapan infrastruktur layanan kesehatan, termasuk dari segi obat-obatan. Deni berharap Pemprov Jatim terus memonitor kesiapan layanan dalam menangani lonjakan kasus DBD. Kemudian segera menempuh langkah yang diperlukan bila ada kasus ketidaksiapan infrastruktur layanan di sebuah daerah. 

Baca juga: Antisipasi Demam Berdarah, Pelaksanaan Fogging sampai ke Sekolah

Sumber: Tribun Jatim
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved