Berita Viral
Sosok Moeldoko yang Sebut Tapera Tidak untuk Biayai Makan Siang Gratis, Lahir dari Keluarga Miskin
Moeldoko menyatakan Tabungan Perumahan Rakyat (Tapera) tidak akan digunakan untuk membiayai makan siang gratis maupun pembangunan Ibu Kota Nusantara.
TRIBUNJATIM.COM - Berikut ini sosok Moeldoko yang menjadi sorotan soal Tapera.
Moeldoko sebut Tapera bukan untuk membiayai program makan siang gratis dan IKN.
Tapera diketahui meresahkan rakyat Indonesia dan kebanyakan menolak adanya Tapera tersebut.
Kepala Staf Presiden Moeldoko menyatakan Tabungan Perumahan Rakyat (Tapera) tidak akan digunakan untuk membiayai makan siang gratis maupun pembangunan Ibu Kota Nusantara.
Ia menuturkan, Tapera bertujuan untuk memudahkan masyarakat memiliki rumah pertama, mengingat jumlah kenaikan gaji dan tingkat inflasi tidak seimbang.
"Tapera ini tidak ada hubungannya dengan APBN, tidak ada upaya pemerintah untuk membiayai makan siang gratis apalagi untuk IKN. Semuanya sudah ada anggarannya," kata Moeldoko di Kantor Staf Presiden, Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Jumat (31/5/2024).
Ia menuturkan, Tapera akan diawasi oleh Komite Tapera untuk mencegah korupsi seperti yang terjadi di sejumlah lembaga asuransi pemerintah, termasuk PT Asabri (Persero).
Ia menyebut, komite itu akan diketuai oleh Menteri PUPR. Adapun anggotanya yaitu, Menteri Keuangan, Menteri Ketenagakerjaan, Komisioner Otoritas Jasa Keuangan, hingga profesional.
"Transparansi ada komite dipimpin Menteri PUPR, anggotanya Menteri Keuangan, Menteri Tenaga Kerja, OJK, dan badan profesional," tuturnya.
Baca juga: Tanggapan Ketum PBNU Gus Soal Kebijakan Izin Tambang ke Ormas : Terimakasih Presiden Jokowi
Dia menyebut, komite Tapera akan membangun sistem pengawasan untuk menjamin dana dikelola dengan baik, akuntabel, dan transparan.
Dengan begitu ia berharap BP Tapera tidak akan bernasib sama seperti PT Asabri (Persero).
Diketahui saat ia menjabat sebagai Panglima TNI, Moeldoko tidak bisa mengawasi Asabri secara seksama, padahal lembaga itu menyimpan iuran dana dari para prajurit.
"Jangan sampai terjadi seperti Asabri. Ini uang prajurit saya masa saya enggak tahu, gimana sih ini, bayangkan. Panglima TNI punya anggota 500.000 prajurit enggak boleh nyentuh Asabri. Akhirnya kejadian (korupsi) seperti kemarin, kita enggak ngerti, gitu," ungkap Moeldoko.
Sebelumnya diberitakan, Presiden Joko Widodo menerbitkan aturan terkait iuran untuk Tabungan Perumahan Rakyat (Tapera) untuk Aparatur Sipil Negara (ASN) hingga pegawai swasta.
Aturan itu tertuang dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 21 Tahun 2024 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2020 tentang Penyelenggaraan Tabungan Perumahan Rakyat.
Besaran simpanan peserta ditetapkan sebesar 3 persen dari gaji atau upah untuk peserta pekerja. Besaran itu dibayarkan 0,5 persen oleh pemberi kerja dan 2,5 persen ditanggung oleh pekerja.
Sementara untuk peserta pekerja mandiri, besaran iuran yang harus dibayarkan disesuaikan dengan penghasilan yang dilaporkan. Ini sebagaimana diatur di pasal 15 ayat 5a PP Nomor 21 Tahun 2024.
Ketentuan mengenai besaran potongan Tapera bagi peserta pekerja sebenarnya sudah diatur dan tidak berubah dari PP Nomor 25 Tahun 2020.
Kepala Negara menuturkan, pembuat kebijakan telah menghitung secara matang sebelum meneken aturan tersebut. Meski ia tidak memungkiri, akan ada pro dan kontra dari setiap kebijakan yang baru keluar.
Hal serupa juga pernah terjadi ketika pemerintah memutuskan peserta BPJS Kesehatan non Penerima Bantuan Iuran (PBI) mendaftar, sedangkan iuran warga miskin ditanggung dengan prinsip gotong royong.
"Iya semua (sudah) dihitung, lah. Biasa, dalam kebijakan yang baru itu pasti masyarakat juga ikut berhitung, mampu atau enggak mampu, berat atau enggak berat," kata Jokowi seusai hadir dalam acara Inaugurasi Menuju Ansor Masa Depan di Istora Senayan, Jakarta Pusat, Senin (27/5/2024).
Baca juga: SPSI Jember Sebut Program Tapera Jokowi Aneh, Tak Jelas Kegunaannya dan Bisa Rugikan Masyarakat
Sosok Moeldoko Lahir dari Keluarga Miskin

Moeldoko dikenal orang sebagai Kepala Staf Presiden (KSP) di Kabinet Indonesia Maju alias kabinet jilid kedua Presiden Joko Widodo (Jokowi). Sebelumnya, di karier militer, dia menapaki posisi puncak dengan menjadi Panglima TNI.
Namun, ditarik jauh ke belakang, Moeldoko terlahir dari keluarga dan lingkungan miskin. Setidaknya, ini menurut pengakuannya sendiri.
Moeldoko lahir dari keluarga miskin. Dia anak bungsu dari 12 bersaudara.
Namun, bersama dirinya hanya delapan anak yang pernah dia lihat. Mereka terdiri atas lima laki-laki dan tiga perempuan.
“Kamu terakhir, tinggal kuretan-nya,” ujar Moeldoko menirukan sang ibu tentang kelahiran dan keberadaannya di keluarga.
Baca juga: Kadin Surabaya Minta Pemerintah Kaji Ulang Program Tapera, Memberatkan dan Rentan Diselewengkan
Sang ayah, Moestaman, adalah petani. Adapun sang ibu, Masfuah, adalah ibu rumah tangga.
Empat saudara Moeldoko meninggal dunia saat ia masih kecil. Delapan bersaudara yang masih dia jumpai terdiri dari lima laki-laki dan tiga perempuan.
Selain bertani, sang ayah juga menjadi Jagabaya alias perangkat keamanan di desanya, yaitu Desa Pesing, Kecamatan Purwoasri, Kediri, Jawa Timur.
Meski begitu, kebutuhan hidup keluarga dengan 12 anak itu tetap tak tercukupi dengan pendapatan dari dua sumber penghidupan tersebut.
Dalam situasi paling sulit, isi buah mangga—pelok, dalam bahasa Jawa—pun jadi santapan pengganti nasi.
“Diambil dalamnya mangga, dijemur, terus enggak tahulah diapain lagi, itu urusan orangtua kita dulu. Tapi itu realita saya dulu,” kenang Moeldoko.
Baca juga: Pekerja Sudah Punya Rumah atau KPR Tetap Kena Potongan Tapera? 4 Hal ini Bisa Batalkan Kepesertaan
Sama seperti bocah-bocah desa pada umumnya, Moeldoko sejak kecil diminta membantu kerja di sawah, sebisanya, sepulang sekolah.
Namun, bukan berarti tak ada cerita gembira di masa kecilnya. Kelayapan di kebun tebu bersama teman-teman atau bermain di sungai adalah kegembiraan.
Sungai yang mengalir melintasi desa mereka adalah taman bermain. Saat arus sedang deras, mereka berlomba berenang melawan arus.
Saat adzan maghrib berkumandang, Moeldoko merapat ke mushala dekat rumah. Selain menegakkan shalat, di sini dia belajar mengaji dan berlatih silat. Tak jarang dia ketiduran sampai pagi di mushala.
“Mungkin karena anaknya banyak, ibu saya juga enggak pernah nyariin kalau malam,” kata Moeldoko.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com
Berita Viral dan Berita Jatim lainnya
Informasi lengkap dan menarik lainnya di GoogleNews TribunJatim.com
TribunJatim.com
Moeldoko
Tapera
Tribun Jatim
Jokowi
makan siang gratis
TribunEvergreen
Prabowo
Kabinet Indonesia Maju
jatim.tribunnews.com
Guru Honorer Butuh 28 Tahun Mengajar Tanpa Libur Agar Gaji Samai Tunjangan Bulanan Anggota DPR |
![]() |
---|
Sosok & Rekam Jejak Ahmad Sahroni, Nafa Urbach, Eko Patrio, Uya Kuya yang Dinonaktifkan dari DPR RI |
![]() |
---|
Eko Patrio dan Uya Kuya Dinonaktifkan PAN dari Anggota DPR RI |
![]() |
---|
Didesak Mundur usai Insiden Ojol Affan, Kapolri Listyo Sigit Siap Jika Diperintah Presiden |
![]() |
---|
Temui Warga Tanpa Dikawal, Sri Sultan HB X Beri Pesan Menohok ke Pejabat soal Etika 'Empan Papan' |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.