Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Dulu Foya-foya, Kakek Kini Sudah 15 Tahun Jadi Gelandangan karena Judi, Hidup Miris di Gubuk

Sang kakek kini hidup sengsara di gubuk karena judi, padahal dulu hidup mewah dan enak.

Penulis: Alga | Editor: Mujib Anwar
YouTube/Oriental Pearl
Kakek di Jepang 15 tahun jadi gelandangan, padahal dulu hidup foya-foya 

TRIBUNJATIM.COM - Dulu hidup foya-foya, seorang kakek kini jadi gelandangan selama 15 tahun.

Sang kakek kini hidup sengsara karena judi, padahal dulu hidup mewah dan enak.

Kisah tersebut seorang kakek di Jepang bernama Abe-san.

Tunawisma memang selalu ada hampir di setiap negara di dunia.

Tak terkecuali di Jepang yang kerap dianggap sebagai negara maju.

Para tunawisma di Jepang salah satunya berada di sekitaran bantaran Sungai Tama.

Sungai Tama ini diketahui merupakan sebuah sungai besar di antara Prefektur Yamanashi, Kanagawa, dan Tokyo, di Honshu.

Di sana mereka tak begitu terlihat karena membangun tempat tinggal di tengah rimbunnya pepohonan dan di kolong jembatan.

Mereka membangun gubuk ala kadarnya menggunakan barang-barang bekas yang mereka kumpulkan seperti kayu hingga kain terpal.

Kondisinya pun mengkhawatirkan, karena barang-barang bekas yang mereka kumpulkan tapi tak digunakan dibiarkan bertumpuk.

Sehingga di sekitar gubuk mereka terlihat seperti banyak tumpukan sampah

Untuk memenuhi kebutuhan listrik, tunawisma di Jepang sudah menggunakan solar panel.

Para gelandangan ini biasa mencuci, mandi, hingga menyikat gigi di Sungai Tama.

Namun tempat gubuk mereka tinggal ini cukup berbahaya untuk ditinggali, khususnya di saat topan dan musim dingin datang.

Baca juga: Jualan Onigiri Cita Rasa Keringat dari Ketiak Basah Cewek Jepang Jadi Sorotan, Harganya Rp150 Ribu

Salah satu dari mereka ada yang dipanggil Abe-san, seorang kakek yang tinggal di sebuah gubuk bersama tiga ekor kucing.

Kondisi pria tunawisma yang sudah berambut putih ini diabadikan dalam video yang dibuat oleh kanal YouTube Oriental Pearl yang ditayangkan pada Rabu, 29 Mei 2024.

Si pembuat video tampak memberikan sejumlah sumbangan sembako kepada si kakek yang dipanggil Abe-san ini.

Ketika itu, si pembuat video ini sedikit berbincang dengan si kakek.

Si kakek Abe-san ini memberikan pengakuan mengejutkan ketika menceritakan masa mudanya.

"Sudah 15 tahunan (tinggal di gubuk). Aku yang pertama di sini, nomor 1," ungkap Abe-san.

Penampakan kakek Jepang sudah 15 tahun menjadi gelandangan hidup dalam gubuk usai uang pensiunannya habis karena judi online
Penampakan kakek Jepang sudah 15 tahun menjadi gelandangan hidup dalam gubuk usai uang pensiunannya habis karena judi online (YouTube/Oriental Pearl)

Dia mengatakan bahwa di sekitar gubuknya juga ada gubuk-gubuk tunawisma yang lain.

Namun sekarang jumlahnya berkurang dibanding dulu.

Abe-san menceritakan bahwa ketika dia masih muda, dia kerap main ke Shinjuku.

Dia mengaku dulu sudah menjadi kebiasaanya menikmati dunia malam.

"Saya biasa keluar semalaman, di hari Sabtu," terang Abe-san.

Abe-san mengaku bahwa ketika masih muda, dia bekerja di pabrik otomotif Nissan.

Namun suatu waktu, salah satu pabrik otomotif besar di Jepang ini produksinya menurun dan satu demi satu staf di-PHK.

Abe-san dan temannya kemudian pensiun dini.

Sebelum akhirnya pabrik Nissan tempatnya bekerja tersebut tutup.

"Iya (dulu kerja di pabrik Nissan), pabriknya tutup," ujarnya, mengutip TribunnewsBogor.com.

Baca juga: Keliling Rumah Warga Jualan Pisang, Perjuangan Kakek Renta Cuma Dapat Untung Rp5 Ribu Jadi Sorotan

Setelah keluar dari perusahaan otomotif Nissan, Abe-san mendapat uang pensiun dini yang jumlahnya 2,5 kali lipat dari gajinya setahun di sana.

Setelah mendapat uang yang begitu banyak, dia gunakan uang tersebut untuk berlibur dan foya-foya.

"Uang itu saya pakai untuk pergi ke Amerika. Saya pernah ke Amerika, West Coast, San Fransisco, Los Angeles, Seattle, Vancouver, Kanada. Saya pergi bareng teman, teman di perusahaan," katanya.

Abe-san mengaku bahwa saat dia berlibur ke San Fransisco, dia melihat banyak tunawisma yang mengemis minta uang ke mobil-mobil.

Karena banyak uang dan juga kasihan, dia pun tak segan untuk memberi mereka uang.

"Ketika saya ke San Fransisko, saat nyetir mobil di stopan lampu merah, saya buka jendela mobil dan uang saya kasih-kasih (ke tunawisma)," kata Abe-san.

Namun dia tidak menyangka bahwa hidupnya akan berubah 180 derajat menjadi tunawisma seperti yang dia temui, setelah dia berlibur ke Las Vegas.

Ketika berlibur ke Las Vegas, dia tergoda untuk mencoba bermain judi di sana.

Entah apa yang dipikirkan Abe-san muda saat itu, dia menggunakan uang pensiunannya untuk bermain judi.

"Saya main judi di Las Vegas, dan 'bom !' habis. Karena itulah saya jadi tunawisma. Uang pensiunan habis," kata Abe-san.

Berbeda dari Abe-san, seorang kakek malah jadi gelandangan rela makan dari sampah padahal dirinya miliarder.

Sang miliarder sendiri padahal kaya raya punya delapan rumah dan dua apartemen mewah.

Siapa sosok miliarder kaya yang diketahui berusia 80 tahun tersebut?

Kakek gelandangan yang juga miliarder tersebut diketahui berasal dari Jerman.

Sang kakek miliarder tersebut bernama Heinz B.

Ia memiliki 10 properti yang terdiri atas delapan rumah dan dua apartemen.

Kendati begitu, ia justru memilih bertahan hidup dari makanan dan barang yang ditemukan di tempat sampah.

Gaya hidup tersebut membuatnya dijuluki sebagai jutawan paling hemat di dunia.

Lalu mengapa Heinz B memilih hidup seperti tunawismawan meski dia seorang miliarder?

Heinz B mengaku tidak terlalu memerlukan uang dan menyukai hidup dari jalanan.

Dikutip dari Kompas.com, Heinz B menjalani hidupnya dengan makan makanan dan memakai barang-barang yang ditemukan dari mengorek tempat sampah.

Dikutip dari Oddity Central pada 21 Februari 2024, Heinz B menghabiskan sebagian besar waktunya menimbun barang-barang yang dibuang orang lain.

Dia akan mengayuh sepedanya berkeliling Daarmstadt, kota di barat daya Jerman, untuk mengumpulkan sampah.

Selain mengambil barang-barang yang dibuang orang lain, dia juga mengambil sisa-sisa makanan yang ditemukannya dari tempat sampah.

Baca juga: Punya Utang Rp80 Ribu, Mbah Yatin Jadi Tukang Servis Payung Meski Kesakitan, Pulang Langsung Pingsan

Sebelum pensiun, Heinz B sendiri bekerja sebagai pejabat senior sekaligus insinyur kelistrikan di kantor telekomunikasi.

Melansir Kompas.com, Heinz B memang suka mengumpulkan barang yang dia temukan di jalan.

Namun barang tersebut hanya yang bisa dibawa dengan sepeda sebagai alat transportasi utamanya.

Dia memungut sisa makanan dari tempat sampah karena melihat banyak orang yang boros dan suka membuang makanan.

Menurutnya, orang-orang tersebut justru membuang uang yang bisa digunakan memberi makan sekeluarga.

"Saya hidup hemat, begitulah saya tumbuh dewasa!" serunya, dikutip dari The Sun (14/2/2024).

Heinz B menjelaskan, dia hidup hemat karena tidak terlalu butuh uang untuk bertahan hidup.

Dia senang hidup dari makanan yang ditemukan di tempat sampah dan menimbun barang yang dibuang orang lain.

Selain makan dari sampah, tetangga sekitar rumahnya sering menggantungkan makanan yang sudah dibuang dan kedaluwarsa di pagar rumah Heinz B.

Sebagai imbalan, si kakek akan memberi mereka barang-barang yang kualitasnya masih bagus dari timbunan sampah di kebun rumahnya.

Heinz B memilih hidup seperti tunawismawan meski dia seorang miliarder (The Sun)
Heinz B memilih hidup seperti tunawismawan meski dia seorang miliarder (The Sun)

Kini hidup dari sampah, Heinz B mengaku mungkin memakai uang hanya untuk berbelanja minyak goreng atau semacamnya jika habis.

Dia juga mengklaim hanya menghabiskan uang 5 Euro atau Rp84.493 dalam sebulan.

Heinz B diketahui hanya memiliki 15 euro atau sekitar Rp253.479 dalam rekeningnya per 2024.

Namun rekening tersebut kosong karena dia baru membeli rumah sebagai properti ke-10 atas namanya.

Pria tersebut menarik 700.000 euro atau Rp11.829.020.448 dari rekening untuk beli rumah.

Lalu uang 100.000 euro atau Rp1.689.860.064 ditransfer ke deposito berjangka untuk menghasilkan bunga.

Meski tampak miskin, Heinz B tahu cara menambah kekayaannya.

Dia juga punya tujuh rumah dan dua apartemen yang sebagian disewakan.

Kesepuluh properti yang Heinz B miliki berada di sekitar daerahnya.

Hal ini membuat dia hanya tinggal pergi ke properti tersebut dengan sepeda jika perlu perbaikan.

Uniknya, dia tidak mau membayar orang untuk memperbaiki kerusakan di properti tersebut dan memilih melakukannya sendiri.

Heinz B tidak mau membayar 55 euro (Rp930.000) hanya untuk perbaikan yang hanya memakan waktu setengah jam.

Sebagian besar rumahnya bahkan tidak disewakan karena biaya sewa tidak dapat menutupi biaya pemeliharaannya.

Dia juga tidak butuh uang tambahan dari penyewaan properti yang dimilikinya.

Walau tidak disewakan, Heinz B sengaja menggunakan uangnya ke bisnis real estate.

Lantaran ia menilai kerugian inflasi di bidang tersebut paling rendah.

Salah satu properti milik Heinz B
Salah satu properti milik Heinz B (The Sun)

Selain menyewakan properti, mantan pekerja listrik tersebut mendapat uang pensiunan 3.600 euro atau lebih dari Rp 60juta, ditambah dana lain 156 euro atau Rp2,6 juta.

Namun dia hanya memakai uang tersebut untuk membayar laptop dan kuota internet.

Dia tidak memakai ponsel karena akan mengeluarkan biaya tambahan 10 euro (Rp170.000).

Kini setelah berusia lanjut, Heinz B mengaku tidak punya rencana akan mewariskan properti-properti tersebut kepada siapa. 

"Saya punya beberapa sepupu jauh, tapi mereka tidak bisa membayar pajak warisan," ujar dia.

Karena tidak memiliki orang yang bisa diajak berbagi, dia mempertimbangkan akan memberikan rumah kepada penyewanya.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved