Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Surabaya

Bedah Buku KH Hasyim Asyari, Ketua ISNU Jatim: NU Sebagai Legacy Hadratussyeikh Harus Dijaga

Nahdlatul Ulama (NU) sebagai organisasi sosial-agama harus dijaga. Menjaga NU dipandang penting karena organisasi Islam terbesar di Indonesia tersebut

Editor: Ndaru Wijayanto
istimewa
Ketua PW ISNU Jawa Timur Prof M Mas'ud Said, Ph.D dalam acara bedah buku 'Mengenal Sosok Hadratussyeikh KH Hasyim Asy’ari di hotel Khas Surabaya, Selasa (16/7/2024). 

TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA- Nahdlatul Ulama (NU) sebagai organisasi sosial-agama harus dijaga. Menjaga NU dipandang penting karena organisasi Islam terbesar di Indonesia tersebut merupakan legacy Hadratussyeikh KH Hasyim Asyari.

Hal itu disampaikan oleh Ketua PW ISNU Jawa Timur Prof M Mas'ud Said, Ph.D dalam acara bedah buku 'Mengenal Sosok Hadratussyeikh KH Hasyim Asy’ari, Pemersatu Umat Islam Indonesia- Percik Pemikiran Refleksi Socio-Religious KH Abdul Halim Mahfduz' yang digelar oleh Lembaga kajian Strategis Pemikiran (LKSP) KH Hasyim Asari di hotel Khas Surabaya, Selasa (16/7/2024).

Menurutnya, pengaruh Hadratussyeikh KH Hasyim Asyari sangat besar, baik dalam keagamaan atau kehidupan sosial. "Selain Pesantren Tebuireng, NU sebagai legacy Hadratussyeikh yang harus dijaga," ujarnya.

Hadir dalam acara tersebut pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng K.H. Abdul Hakim Mahfudz, mantan wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak, Ketua Umum Presnas Ikatan Keluarga Alumni Pesantren Tebuireng (Ikapete) Prof. Dr. H. Maskuri Bakri, M.Si beserta pengurus PC Ikapete, Sekretaris PW Muhammadiyah Jawa Timur Prof. Dr. H. Biyanto, M.Ag, Gus Yusuf Hidayat sebagai ketua pelaksana, dan para alumni Pondok Pesantren Tebuireng.

Baca juga: Hari Santri 2024, ISNU Jatim Siapkan Penulisan Antologi Buku dan Simposium, Dipusatkan di Ponorogo

Prof. Dr. H. Maskuri Bakri, M.Si mengatakan, Hadratussyeikh KH Hasyim Asy'ari sebagai ulama pemersatu Indonesia, bahkan dunia. Hal itu dibuktikan dengan usulan Hadratussyeikh KH Hasyim Asy'ari agar Arab Saudi tidak hanya menggunakan satu madzhab.

"Beliau pemersatu, pemersatu kebangsaan, keagamaan, persatuan untuk barmadzhab," ujarnya.

Mantan rektor Unisma ini menegaskan, Hadratussyeikh KH Hasyim Asy'ari melakukan pekerjaan besar dalam mengangkat derajat kemanusiaan di tengah masyarakat yang banyak melakukan kemaksiatan dan premanisme.

Pendirian Pondok Pesantren menjadi bukti bahwa KH Hasyim memiliki peran dalam mengentaskan masyarakat dari berbagai keterbelangguan saat itu.

Baca juga: 5 Sosok Tokoh NU yang Temui Presiden Israel, Dianggap Sengaja Langgar Konstitusi, ‘Harus Minta Maaf’

"Maka hadirnya beliau untuk mendirikan pesantren, bukan untuk gagah-gagahan, tapi beliau punya misi kekholifahan. Kebesaran beliau dalam konteks sosiologis saat itu, serba keterbatasan dari sisi ekonomi, transportasi, politik. Semuanya mengalami keterbatasan saat itu, terapi beliau bisa melakukan sesuatu yang luar biasa," ungkapnya.

Prof Maskuri menegaskan, berdirinya Pesantren Tebuireng bertujuan untuk misi mengangkat derajat kemanusiaan. KH Hasyim Asy'ari juga menyentuh ekonomi masyarakat agar bisa berdaya. Karena jika ekonomi disentuh, maka persoalan yang lain akan ikut tersentuh.

"Premanisame mulai tekikis. Hadratutussyaikh memberikan pendampingan, demikian juga soal agama. Ekonomi menjadi pilar penting menyelesaikan persoalan yang lain," terangnya.

Prof Biyanto mengapresiasi hadirnya buku 'Mengenal Sosok Hadratussyeikh KH Hasyim Asy’ari, Pemersatu Umat Islam Indonesia- Percik Pemikiran Refleksi Socio-Religious KH Abdul Halim Mahfduz'. Buku tersebut jauh dari kesan klenik dan magic.

Baca juga: Para Tokoh Muda NU yang Temui Presiden Israel Dikritik Keras MUI & PBNU, Pose Penuh Senyum

"Tidak pernah diceritakan KH. Hasyim Asy'ari bisa hilang, jalan di atas air, tidak pernah sama sekali. KH. Hasyim ketika belajar seperti pada umumnya, beliau mendapat ilmu dengan belajar, tidak ada laduni, ini sangat manusiawi dan laur biasa," jelasnya.

Prof Biyanto mengungkapkan, banyak tokoh Muhammadiyah alumni Tebuireng. Seperti KH Abdurrohim Nur (Mantan Ketua PW Muhammadiyah Jatim) KH Abdurrahman, ahli hadist juga alumni Tebuireng.

"Jadi ini bisa kerjsama dengan Muhammadiyah, bagaimana proses alumni Tebuireng menjadi Muhammadiyah bisa ditulis menjadi buku ini," kelakarnya.

Sumber: Tribun Jatim
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved