Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Jamaah Islamiyah Bubarkan Diri

Jarang Berselancar di Dunia Maya, Sabarno Berkomunikasi Pakai Kurir Demi Hindari Kejaran Densus

Sorot matanya tetap tampak tajam walau suasana menjelang wawancara rileks.Senyumnya tipis, nada kata-katanya pelan tapi terasa lugas.

Editor: Sudarma Adi
Tribunnews.com
Rumah kosong di Kampung Kepuh Sari, Mojosongo, di selatan Kawasan TPA Putri Cempo, jadi saksi bisu jejak berdarah-darah yang ditinggalkan orang-orang yang dibesarkan JI pada masanya 

TRIBUNJATIM.COM, SOLO – Sorot matanya tetap tampak tajam walau suasana menjelang wawancara rileks.

Senyumnya tipis, nada kata-katanya pelan tapi terasa lugas.

Sabarno alias Pak Sabar alias Amali adalah kader Jamaah Islamiyah selama bertahun-tahun. Posisi terakhirnya 10 tahun lalu adalah ketua toliah JI wilayah timur.

Toliah ini seperti divisi atau bagian khusus logistik dan persenjataan. Pembagian wilayah ini sesuai pusat atau ‘ibu kota’ gerakan JI yang ada di Solo.

Jadi wilayah operasi Sabarno adalah dari Solo ke timur arah Jawa Timur. Sedangkan toliah wilayah barat meliputi semua wilayah di sebelah barat Solo.

Jadi 10 tahun lalu Densus 88 Antiteror membongkar keberadaan toliah JI di wilayah Solo Raya, dan menangkapi anak buah Sabarno.

Baca juga: Sejarah Panjang Jamaah Islamiyah dari Abdullah Sungkar hingga Resmi Bubarkan Diri

Bahan peledak dan senjata api turut disita. Penangkapan ini membawa informasi struktur lapangan JI dan siapa pemimpin toliah timur JI.

Nama Sabarno muncul. Sabarno mengendus kemungkinan dirinya bakal dikejar. Ia melepas jabatan ketua toliah, lalu menyelamatkan diri.

Itulah awal dari pelarian panjang Sabarno, yang membawa serta keluarganya. Anak-anaknya masih kecil saat itu.

Sabarno lahir dari keluarga taat agama di Madiun. Ayahnya memberi ilham, memantik ghiroh, dan membentuk militansinya sebagai jamaah.

Saat kecil, ia senang membaca kisah-kisah heroiknya mujahidin Afghanistan, dari buku-buku yang dimiliki ayahnya.

Teman-teman ayahnya juga satu lingkungan, dan menjadi bagian dari jamaah yang gairahnya besar terkait amalan jihad.

Beranjak besar, Sabarno dikirim ke pesantren, dan ia masuk ke Pondok Pesantren Darusy Syahadah, Simo, Boyolali, Jateng.

Dia masuk angkatan kedua di pesantren yang didirikan guru dan alumni Ponpes Al Mukmin Ngruki, Cemani, Sukoharjo.

Dalam perjalanan ke Ponpes Darusy Syahadah, Simo, Boyolali, Sabarno cukup banyak bercerita tentang sepenggal kisah pelariannya.

Halaman
1234
Sumber: Tribunnews.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved