Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Viral Internasional

Pengakuan Israel Bunuh Jurnalis di Jalur Gaza, Tuding Sebagai Anggota Hamas, Tuai Kecaman

Jurnalis Al-Jazeera, Ismail Al-Ghoul, tewas di jalur Gaza. Penyerangan Ismail diakui langsung oleh Israel.

Editor: Olga Mardianita
AFP/Omar Al Qattaa
Ilustrasi lingkungan Gaza yang diserang - Warga Palestina membawa beberapa barang yang diselamatkan ketika mereka meninggalkan kamp pengungsi Jabalia di Jalur Gaza utara setelah mereka kembali sebentar untuk memeriksa rumah mereka pada tanggal 30 Mei 2024, di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok militan Hamas. 

TRIBUNJATIM.COM - Israel kembali menuai kecaman usai membunuh jurnalis Al-Jazeera, Ismail Al-Ghoul, jalur Gaza.

Penyerangan terhadap Ismail bahkan diakui langsung oleh Israel.

Menurut Israel, Ismail merupakan seorang anggota Hamas.

Namun, Al-Jazeera menolak keras tudingan itu.

Informasi berita menarik lainnya di Google News TribunJatim.com

Baca juga: Sosok Fuad Shukr, Petinggi Hizbullah yang Jadi Sasaran saat Israel Menyerang Beirut, Lebanon

Militer Israel pada Kamis (1/8/2024) mengonfirmasi telah membunuh jurnalis Al Jazeera, Ismail Al-Ghoul, dalam sebuah serangan udara di Jalur Gaza.

Mereka menuding Ismail sebagai seorang anggota Hamas yang ikut serta dalam serangan 7 Oktober terhadap Israel.

Al-Jazeera pun mengecam pembunuhan tersebut dan menyebut tuduhan Israel tak berdasar.

Menurut Kantor Al Jazeera, Israel melakukan tudingan semacam itu untuk membenarkan pembunuhan yang disengaja terhadap para wartawan.

"Jaringan ini mengutuk tuduhan terhadap korespondennya Ismail Al-Ghoul, tanpa memberikan bukti, dokumentasi, atau video," kata Al Jazeera dalam sebuah pernyataan.

Al Jazeera menegaskan ,pihaknya berhak untuk mengambil tindakan hukum terhadap mereka yang bertanggung jawab.

Sebelumnya, lembaga penyiaran yang berbasis di Qatar itu pada Rabu (31/7/2024) mengatakan, Al-Ghoul dan juru kamera Ramy El Rify tewas dalam serangan Israel di Kota Gaza ketika sedang melakukan tugas pengambilan gambar di dekat rumah Ismail Haniyeh, pemimpin Hamas yang terbunuh di Iran.

Militer Israel mengatakan, Al-Ghoul adalah anggota unit elite Nukhba yang ikut serta dalam serangan 7 Oktober dan menginstruksikan para anggota Hamas tentang cara merekam operasi, serta dikatakan ia terlibat dalam merekam dan memublikasikan serangan terhadap pasukan Israel.

"Kegiatannya di lapangan merupakan bagian penting dari aktivitas militer Hamas," tuding Israel tak berdasar.

Baca juga: Serobot Wawancara, Pria Tua Israel Malah Marah saat Pemuda Teriak Free Palestine, Aksi Dihujat

Al-Jazeera mengatakan, Al-Ghoul telah bekerja untuk mereka sejak November 2023 dan satu-satunya profesi adalah sebagai jurnalis.

Dikatakan, ia sempat ditangkap dan ditahan di Rumah Sakit Al-Shifa di Jalur Gaza utara ketika direbut oleh pasukan Israel pada Maret sebelum dibebaskan.

Pemerintah Israel sendiri telah melarang Al Jazeera untuk beroperasi di Israel, menuduhnya sebagai ancaman terhadap keamanan nasional.

Al Jazeera, yang sangat kritis terhadap kampanye Israel di Gaza, membantah telah menghasut kekerasan.

Kantor media pemerintah Gaza yang dikelola Hamas mengatakan, kematian dua kru Al Jazeera menambah jumlah jurnalis Palestina yang terbunuh oleh tembakan Israel sejak 7 Oktober lalu menjadi 165 orang.

Beirut digempur Israel, Kemenlu imbau WNI keluar dari Lebanon

Beirut, ibu kota Lebanon digempur negeri zionis, Israel pada Selasa (30/7/2024).

Gempuran yang digencarkan Israel sebagai bentuk balasan serangan roket Lebanon di Majdal Shams, Dataran Tinggi Golan, Israel.

Serangan dari rezim Tel Aviv yang menargetkan area sekitar Dewan Shura Hizbullah di Haret Hreik, menewaskan satu orang komandan senior Hizbullah, Fuad Shukr dan 5 orang lainnya serta melukai setidaknya 80 orang.

Atas kondisi eskalasi keamanan ini, Kementerian Luar Negeri (Kemlu) RI mengimbau kepada para WNI yang berada di Lebanon untuk segera lapor diri ke KBRI Beirut, dan mempertimbangkan untuk keluar dari Lebanon sementara waktu secara mandiri selama layanan penerbangan komersial masih dibuka.

“Untuk itu, kami mengimbau seluruh WNI di Lebanon untuk memastikan sudah memproses Lapor Diri kepada KBRI Beirut dan mempertimbangkan untuk dapat keluar dari Lebanon untuk sementara waktu secara mandiri selama layanan penerbangan komersial masih tersedia.,” kata Direktur Perlindungan WNI (PWNI) Kemlu RI, Judha Nugraha kepada wartawan, Kamis (1/8/2024), dikutip dari Tribunnews.

Kemlu RI juga mengimbau kepada WNI yang punya rencana pergi ke Lebanon untuk menunda perjalanannya sampai kondisi membaik.

Baca juga: Anak Tewas dalam Perang, Orangtua Israel Ingin Ambil Sperma Sang Putra demi Punya Cucu, ‘Misi Hidup’

“Kami juga mengimbau Warga Negara Indonesia yang memiliki rencana untuk melakukan perjalanan ke Lebanon untuk menunda perjalanan hingga kondisi keamanan telah membaik,” ungkap Judha.

Berdasarkan data lapor diri KBRI Beirut, ada 203 WNI yang menetap di Lebanon serta 1.232 personel TNI yang 

Kemudian ada 14 WNI yang menetap di wilayah Lebanon Selatan dan memutuskan tetap tinggal di rumah masing-masing lantaran merasa situasi masih relatif aman.

Jika dihadapkan pada situasi darurat para WNI diminta segera menghubungi hotline KBRI Beirut +961 7081 7310.

----

Artikel ini telah tayang di Kompas.com

Berita Jatim dan viral internasional lainnya.

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved