Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Surabaya

Drama Kolosal Bakal Warnai Peringatan Hari Juang Polri di Surabaya

Tanggal 21 Agustus 2024 bakal menjadi hari paling sakral institusi berseragam warna cokelat berjuluk Koprs Bhayangkara karena diperingati sebagai 'Ha

Penulis: Luhur Pambudi | Editor: Ndaru Wijayanto
TRIBUNJATIM/LUHUR PAMBUDI
Saat latihan drama kolosal di dekat Monumen Polisi Istimewa, Tegalsari, Surabaya, Senin (19/8/2024) 

Selama kurun waktu 10 bulan menjabat sebagai Kapolda Jatim dan kurang dari setahun ini, pensiun sebagai anggota Perwira Tinggi Polri. Toni Harmanto mengakui, dirinya baru pertama kali memasuki bangunan gedung bersejarah bagi Polri itu. 

Pernyataan serupa juga sempat dilontarkannya kepada seluruh anak buahnya atau seluruh kapolres se-Jatim yang datang pada siang hari itu. 

Ternyata, hampir sebagian besar para kapolres itu, mengacungkan tangan kanannya, sebagai tanda penegas kesamaan pengalaman dengan sang atasan. 

Halaman teras depan bangunan Gedung Graha Wismilak disebut Toni sebagai tempat terpenting yang menjadi momen Komjen Pol (Purn) M Jasin merampas senjata para tentara Jepang untuk melakukan perlawanan dalam menjaga kemerdekaan Republik Indonesia. 

Melalui aksi heroik tersebut, ia berharap anggota Polri saat ini, dapat memaknainya sebagai peneguh semangat dalam melaksanakan tugas pengabdian dan pengayoman masyarakat. 

"Kita berharap dengan cerita sejarah dan perjalanan sejarah yang dilakukan oleh Jenderal M Jasin ini menjadi penyemangat dan motivasi kita, untuk memiliki juga motivasi yang sama seperti beliau. Artinya, kalau beliau bisa merampas tentara jepang saat itu, kita juga melakukan hal hal yang bisa terus memberi warna bagi kepolisian kita," kata Toni dalam sambutannya. 

Menurut Sejarawan Universtas Negeri Surabaya (Unesa) M Sumarno, bangunan Gedung Graha Wismilak merupakan bangunan yang sangat monumental bagi Polri dalam masa Kemerdekaan RI yang dipelopori oleh Komjen Pol (Purn) M Jasin. 

Lokasi tersebut dulunya merupakan Kantor Kepolisian Jepang. Setelah Jepang menyerah tanpa sarat, momen tersebut dimanfaatkan oleh pasukan Polisi Istimewa Surabaya yang dikomandoi oleh Komjen Pol (Purn) M Jasin merampas senjata para pasukan Jepang.

"Artinya apa, Pak Jasin sangat tahu persis kekuatan kami ini yang bisa membentengi republik ini dari segi kekuatan senjata. Karena masih pegang senjata, oleh Jepang tidak diambil alih. Kalau yang lain Heiho dan sebagainya sudah diambil alih, saat tanggal 15 Jepang menyatakan kalah," ujar Sumarno.

Guna meneguhkan semangat juang mempertahankan kemerdekaan RI kala itu, M Sumarno menambahkan, M Jasin sampai memproklamirkan diri bahwa Polisi Istimewa Surabaya menjadi Polisi Republik Indonesia.

Isi dari proklamasi tersebut, sebagai berikut ‘untuk bersatu dengan rakyat dalam perjuangan mempertahankan Proklamasi 17 Agustus 1945, dengan ini menyatakan bahwa Polisi sebagai Polisi Republik Indonesia’.

Proklamasi yang dilakukan oleh Komjen Pol (Purn) M Jasin itu kelak menginspirasi keberanian ‘arek-arek Suroboyo’ merebut Gudang Senjata Don Bosco, St Louis, dan momen perobekkan bendera Belanda di Hotel Yamato, yang kini bernama Hotel Majapahit.

"Intinya Pak Jasin sangat monumental memiliki peristiwa di gedung ini. Polisi Istimewa menjadi pelopor pertama karena yang memegang senjata otomatis berat, lebih dulu, yang kemudian diikuti oleh seluruh arek-arek Surabaya," pungkasnya.

Kemudian, menurut Pakar Cagar Budaya Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Surabaya Handinoto, Gedung Graha Wismilak tersebut sudah berkali-kali pindah kepemilikan sejak medio zaman kolonial sampai kemerdekaan.

Hingga akhirnya diketahui sempat menjadi Kantor Kepolisian Jepang, lalu berpindah tangan lagi menjadi milik Anggota Polisi Istimewa Surabaya yang dipelopori oleh Komjen Pol (Purn) M Jasin.

Sumber: Tribun Jatim
Halaman 3 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved