Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Larisnya Bisnis Air Bersih di IKN, Eko dari Tulungagung Bisa Raup Rp100 Juta: Ya Miliaran Tiap Bulan

Bisnis penyediaan air bersih menjadi bisnis yang paling diminati di IKN dan wilayah sekitarnya.

Penulis: Alga | Editor: Mujib Anwar
TRIBUNKALTIM.CO/SETYA KRISNA SUMARGO
Bisnis air bersih di IKN raup cuan miliaran rupiah 

"Alhamdulillah lumayan, sehari itu bisa sampai 10 tandon yang pesan," ujar Udin, seorang penjual air keliling di Sepaku.

Ia menggunakan mobil pikap yang sudah dipasangi tangki dan pompa.

Udin menjelaskan, air yang dijualnya dibeli dari pemilik sumur bor seharga Rp20 atau 25 ribu per tandon berkapasitas 1.200 hingga 1.500 liter.

Air tersebut kemudian dimuat pakai mobil pick up dan dijual kepada pelanggan dengan harga yang bervariasi tergantung jarak dan lokasi pengantaran.

"Kita beli juga Rp25.000 satu tandon begini. Tergantung jarak, kalau dekat di sekitaran Sepaku atau dekat arah Titik Nol IKN itu Rp80.000 satu tandon, tapi kalau ke atas lagi itu bisa Rp100.000," jelasnya.

Udin menambahkan, pelanggan terbanyak berasal dari rumah-rumah kontrakan, kos-kosan, penginapan, atau guest house yang tumbuh bak cendawan di sekitar proyek IKN.

"Sehari itu mereka bisa pesan tiga sampai lima tandon karena tamu penginapan mereka penuh jadi otomatis kebutuhan air juga banyak," ungkapnya.

Baca juga: Nasib Cak Muklasin Penjual Pentol usai Viral Naiki Motor Yamaha 1970 ke IKN, Cuma Bawa Rp 2,5 Juta

Ketiadaan jaringan PDAM di Sepaku membuat warga harus mencari alternatif lain untuk memenuhi kebutuhan air bersih.

Hingga jaringan PDAM masuk, solusi ini menjadi andalan bagi warga Sepaku dalam menghadapi keterbatasan air bersih.

Sementara untuk kawasan inti IKN, pasokan air sebagian mulai dialirkan dari fasilitas penjernihan di Bendungan Sepaku Semoi, berjarak lebih kurang 30 kilometer dari Titik Nol IKN.

Pemerintah juga telah mendesain kolam-kolam retensi dan embung-embung di sekitar kawasan inti IKN yang diharapkan total bisa sampai berjumlah 60 titik.

Kolam retensi dan embung ini diharapkan juga bisa jadi sumber air baku skala kecil memenuhi kebutuhan air bersih IKN.

"Kita tengah menyiapkan kolam retensi dan embung yang jumlahnya sampai 60 lokasi di kawasan ini, sebagai upaya pemenuhan kebutuhan air di IKN," kata Plt Wakil Kepala Badan Otorita IKN, Raja Juli Antoni.

Plt Wakil Kepala Badan Otorita IKN, Raja Juli Antoni (kanan), Minggu (18/8/2024), di IKN, Kalimantan Timur
Plt Wakil Kepala Badan Otorita IKN, Raja Juli Antoni (kanan), Minggu (18/8/2024), di IKN, Kalimantan Timur (TRIBUNKALTIM.CO/ZAINUL)

Kebutuhan air bersih juga terancam di Balikpapan.

Sebelum ada IKN pun, Balikpapan sudah sering mengalami krisis air.

Kini dengan adanya lonjakan jumlah penduduk, defisit air bersih di Balikpapan terus meningkat.

Pemerintah Kota Balikpapan pun berencana melakukan desalinasi air payau di kawasan Balikpapan Barat.

Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Penelitan dan Pengembangan (Bappeda Litbang) Balikpapan, Murni mengatakan, langkah tersebut diambil untuk mengatasi krisis air baku di Balikpapan.

Selain itu, mengingat semakin besarnya jumlah defisit air, terutama setelah perpindahan ibu kota nusantara (IKN) di Kaltim.

"Itu membuat lonjakan penduduk cukup tajam di Balikpapan, sehingga membuat kebutuhan air juga meningkat," ujar Murni, Senin (24/6/2024).

Ia membeberkan, defisit air mulai terasa dalam kurun waktu tiga tahun terakhir.

Dengan adanya jumlah pendatang yang semakin besar, tumbuhnya kebutuhan hunian membuat kebutuhan air turut meningkat.

Murni menyampaikan bahwa pada tahun 2022 lalu, defisit air masih berkisar sekitar 600 liter per detik, kemudian menjadi 800 liter per detik pada 2023.

Adapun kini defisit air baku mencapai 900 liter per detik.

"Untuk menutupi kebutuhan ini sama saja seperti perlu membangun Waduk Manggar yang memiliki kapasitas 1.100 liter per detik," tandasnya.

Murni menambahkan, pada 2030 mendatang defisit air bahkan diperkirakan mencapai 1.600 liter per detik.

Hal itu berdasarkan proyeksi jumlah penduduk yang dilakukan perumda tirta manuntung Balikpapan (PTMB).

Demikian dengan Embung Aji Raden yang kini masih dalam proses pembebasan lahan yang membutuhkan waktu tidak sebentar.

Mengingat proses ini melibatkan lahan orang lain. 

Dalam artian, pemerintah daerah harus melakukan tahap pembebasan lahan terlebih dahulu, yang memakan waktu cukup lama hingga benar-benar rampung.

"Karena tidak berurusan hanya dengan satu keluarga, ada juga dengan pewaris lain dan lainnya," tambah Murni.

Halaman 4 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved