Larisnya Bisnis Air Bersih di IKN, Eko dari Tulungagung Bisa Raup Rp100 Juta: Ya Miliaran Tiap Bulan
Bisnis penyediaan air bersih menjadi bisnis yang paling diminati di IKN dan wilayah sekitarnya.
Penulis: Alga | Editor: Mujib Anwar
TRIBUNJATIM.COM - Kini bisnis penyediaan air bersih menjadi bisnis yang paling diminati di Ibu Kota Nusantara (IKN) dan wilayah sekitarnya.
Mengingat kehadiran ribuan pendatang termasuk ribuan pekerja konstruksi IKN di wilayah Sepaku, Penajam Paser Utara, dan Kalimantan Timur.
Bisnis penyediaan air bersih di IKN bahkan bisa memutar miliaran uang setiap bulannya.
Hal itu yang dirasakan warga asal Tulungagung, Jawa Timur, Eko Hadi.
Ia mengaku enam bulan lalu datang di Sepaku dan kini telah mempekerjakan 12 orang di depo penyedia air bersih yang dibukanya.
"Jika dirata-rata, sebulan ya seratusan juta omzetnya. Depo kami hanya satu dari puluhan depo penyuplai air bersih," ungkap Eko Hadi pada Minggu (18/8/2024).
Ia sebelumnya berbisnis di Palembang, Sumsel.
Jika dirata-rata, tiap depo atau pangkalan bisa omzet Rp100 juta per bulan.
Maka bisa dihitung jika minimal saja ada 10 depo, sudah berapa miliar perputaran uangnya.
"Ya bisa dihitung miliaran muternya tiap bulan," tutur Eko.
Ia setengah tahun lalu datang ke Sepaku karena penasaran peluang bisnis apa yang bisa dioptimalkan.
Mula-mula ia melihat peluang ada di sektor kos-kosan atau kontrakan karena kebutuhan tempat tinggal pekerja sangat besar.
Ia lalu mencari lahan untuk disewa dan rencana akan ia bangun semacam kos, kontrakan, atau bedeng untuk disewakan.
Alat berat ia datangkan dari Palembang, karena harga sewa di Sepaku terbilang mahal.
Baca juga: Bantah Tangkap 14 Aktivis Bentang Banner Indonesia is Not For Sale di IKN, Polisi: Makan-makan
Ternyata rencana tersebut tinggal rencana.
Eko justru melihat ada peluang bisnis yang cepat diputar modalnya, penyediaan air bersih.
Air memang menjadi problem besar di wilayah IKN hingga saat ini.
Pemerintah telah membangun Bendungan Sepaku Semoi sebagai calon air baku, tapi diproyeksikan untuk memenuhi kebutuhan di IKN.
Sementara saat ini ribuan pekerja konstruksi, kantor kontraktor, unit logistik, dan penyedia sarana prasarana proyek berada di luar kawasan inti yang sedang dikebut pembangunannya.
"Akhirnya saya tunda dulu rencana bikin kos atau kontrakan, saya putar haluan siapkan sarana penjernihan air dan siap memasok ke siapa saja," bener Eko Hadi.
Keputusannya tidak keliru.
Bisnis air mengalir tidak putus-putusnya, harga jual cukup ramah dan minim persoalan karena umumnya pembayaran juga sangat mudah.

Mengambil air baku dari Sungai Sepaku yang keruh, anak buah Eko Hadi membuat dua kolam penampungan sekaligus penjernihan.
Air yang sudah dijernihkan menggunakan bahan kimia aluminium sulfat ditampung di kolam kedua.
Dari kolam kedua, air disedot ke bak penampungan di depo tepi Jalan Sepaku 2.
Lalu langsung bisa diisikan ke mobil-mobil pembawa tandon atau tangki air yang datang dan pergi hampir tanpa putus.
Rata-rata satu tandon atau tangki air berkapasitas 1.200 liter dan ada yang 5.000 liter.
Satu tangki 1.200 liter harga bayarnya hanya Rp20.000 dari depo.
Tangki volume 5.000 liter bayarnya Rp100.000 di depo.
Distribusi air bersih di mobil tangki tersebut kemudian juga jadi bisnis baru bagi warga Sepaku.
Mereka berkeliling mengirim ke pembeli rumahan maupun ke perusahaan dengan harga lebih tinggi.
Jika dihitung termasuk penjualan eceran di tingkat pengedar air bersih, nilai putaran uang di bisnis air bersih di kawasan IKN ini bisa berlipat-lipat miliaran rupiah.
Baca juga: Kecewanya Katno 2500 Porsi Bakso Batal Dipesan Jokowi untuk Perayaan HUT RI di IKN: Sudah Siap
Air bersih sudah jadi masalah sejak sebelum proyek IKN dimulai.
Sebelum ada IKN, warga relatif tidak punya masalah dengan ketersediaan air bersih.
Jaringan PDAM juga belum ada di wilayah Sepaku, jika terjadi krisis, warga akhirnya membeli.
Masyarakat pun sangat tergantung sumber air sungai yang melimpah di musim hujan, tapi mengering di saat kemarau.
Sumber air sumur juga sangat terbatas, karena umumnya air mengandung zat besi yang cukup parah.
Maka selain memenuhi kebutuhan proyek IKN berikut ribuan pekerja konstruksi di dalamnya, air bersih ini juga dibeli warga masyarakat biasa di Sepaku.
Riko warga Desa Bumi Harapan di Sepaku mengatakan, sejak proyek IKN dimulai, sumber air cepat mengering karena memenuhi kebutuhan yang meningkat berkali lipat.
"Ya, karena belum masuk sampai sini jaringan PDAM, jadi air kita beli di luar," ujar Riko, warga Bumi Harapan di Kecamatan Sepaku.
Di tingkat konsumen atau warga, air bersih dari luar dibeli seharga Rp80.000 sampai Rp100.000 per tandon dengan kapasitas 1.200 liter.
Bisa dihitung berapa selisih harga dari depo hingga ke tingkat konsumen.

Selain membeli air dari luar, sebagian warga juga memiliki sumur sendiri yang digali di samping rumah.
Namun, saat musim hujan tiba, air sumur sering kali menjadi kotor dan memaksa warga untuk kembali membeli air dari luar.
"Ada sumur sendiri, tapi kalau hujan deras berhari-hari itu kita pesan dari luar, karena air sumurnya kotor kemasukan lumpur tanah," timpal Hasna, warga lain Desa Bumi Harapan.
"Alhamdulillah lumayan, sehari itu bisa sampai 10 tandon yang pesan," ujar Udin, seorang penjual air keliling di Sepaku.
Ia menggunakan mobil pikap yang sudah dipasangi tangki dan pompa.
Udin menjelaskan, air yang dijualnya dibeli dari pemilik sumur bor seharga Rp20 atau 25 ribu per tandon berkapasitas 1.200 hingga 1.500 liter.
Air tersebut kemudian dimuat pakai mobil pick up dan dijual kepada pelanggan dengan harga yang bervariasi tergantung jarak dan lokasi pengantaran.
"Kita beli juga Rp25.000 satu tandon begini. Tergantung jarak, kalau dekat di sekitaran Sepaku atau dekat arah Titik Nol IKN itu Rp80.000 satu tandon, tapi kalau ke atas lagi itu bisa Rp100.000," jelasnya.
Udin menambahkan, pelanggan terbanyak berasal dari rumah-rumah kontrakan, kos-kosan, penginapan, atau guest house yang tumbuh bak cendawan di sekitar proyek IKN.
"Sehari itu mereka bisa pesan tiga sampai lima tandon karena tamu penginapan mereka penuh jadi otomatis kebutuhan air juga banyak," ungkapnya.
Baca juga: Nasib Cak Muklasin Penjual Pentol usai Viral Naiki Motor Yamaha 1970 ke IKN, Cuma Bawa Rp 2,5 Juta
Ketiadaan jaringan PDAM di Sepaku membuat warga harus mencari alternatif lain untuk memenuhi kebutuhan air bersih.
Hingga jaringan PDAM masuk, solusi ini menjadi andalan bagi warga Sepaku dalam menghadapi keterbatasan air bersih.
Sementara untuk kawasan inti IKN, pasokan air sebagian mulai dialirkan dari fasilitas penjernihan di Bendungan Sepaku Semoi, berjarak lebih kurang 30 kilometer dari Titik Nol IKN.
Pemerintah juga telah mendesain kolam-kolam retensi dan embung-embung di sekitar kawasan inti IKN yang diharapkan total bisa sampai berjumlah 60 titik.
Kolam retensi dan embung ini diharapkan juga bisa jadi sumber air baku skala kecil memenuhi kebutuhan air bersih IKN.
"Kita tengah menyiapkan kolam retensi dan embung yang jumlahnya sampai 60 lokasi di kawasan ini, sebagai upaya pemenuhan kebutuhan air di IKN," kata Plt Wakil Kepala Badan Otorita IKN, Raja Juli Antoni.

Kebutuhan air bersih juga terancam di Balikpapan.
Sebelum ada IKN pun, Balikpapan sudah sering mengalami krisis air.
Kini dengan adanya lonjakan jumlah penduduk, defisit air bersih di Balikpapan terus meningkat.
Pemerintah Kota Balikpapan pun berencana melakukan desalinasi air payau di kawasan Balikpapan Barat.
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Penelitan dan Pengembangan (Bappeda Litbang) Balikpapan, Murni mengatakan, langkah tersebut diambil untuk mengatasi krisis air baku di Balikpapan.
Selain itu, mengingat semakin besarnya jumlah defisit air, terutama setelah perpindahan ibu kota nusantara (IKN) di Kaltim.
"Itu membuat lonjakan penduduk cukup tajam di Balikpapan, sehingga membuat kebutuhan air juga meningkat," ujar Murni, Senin (24/6/2024).
Ia membeberkan, defisit air mulai terasa dalam kurun waktu tiga tahun terakhir.
Dengan adanya jumlah pendatang yang semakin besar, tumbuhnya kebutuhan hunian membuat kebutuhan air turut meningkat.
Murni menyampaikan bahwa pada tahun 2022 lalu, defisit air masih berkisar sekitar 600 liter per detik, kemudian menjadi 800 liter per detik pada 2023.
Adapun kini defisit air baku mencapai 900 liter per detik.
"Untuk menutupi kebutuhan ini sama saja seperti perlu membangun Waduk Manggar yang memiliki kapasitas 1.100 liter per detik," tandasnya.
Murni menambahkan, pada 2030 mendatang defisit air bahkan diperkirakan mencapai 1.600 liter per detik.
Hal itu berdasarkan proyeksi jumlah penduduk yang dilakukan perumda tirta manuntung Balikpapan (PTMB).
Demikian dengan Embung Aji Raden yang kini masih dalam proses pembebasan lahan yang membutuhkan waktu tidak sebentar.
Mengingat proses ini melibatkan lahan orang lain.
Dalam artian, pemerintah daerah harus melakukan tahap pembebasan lahan terlebih dahulu, yang memakan waktu cukup lama hingga benar-benar rampung.
"Karena tidak berurusan hanya dengan satu keluarga, ada juga dengan pewaris lain dan lainnya," tambah Murni.
air bersih
IKN
Sepaku
Penajam Paser Utara
Kalimantan Timur
Tulungagung
Eko Hadi
TribunJatim.com
Tribun Jatim
Polisi di Madiun Nilai Pola Asuh Positif Jadi Tembok Pertama Pencegahan Kenakalan Remaja |
![]() |
---|
Warga Gerebek Kades yang Nikah Siri dan Ada di Rumah Janda, Tuntut Mundur dari Jabatannya |
![]() |
---|
Kebohongan Wali Kota Arlan Terkuak, Terbukti Mutasi Kepsek Tanpa Prosedur Benar, Nasib Bak Terbalik |
![]() |
---|
Kapolda Jatim Geram dengan Ulah Kelompok Anarkis yang Kerap Susupi Aksi Damai hingga Berujung Ricuh |
![]() |
---|
Sidoarjo Dapat Bantuan Jaringan Distribusi Gas Bumi 7.223 Sambungan Rumah, Untuk 2 Kecamatan |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.