Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Viral

Nasib Ibu Dokter Aulia yang Diduga Tewas Imbas Dibully, Anak Tiada Kini Suami Nyusul, Menkes: Berat

Sungguh memilukan nasib keluarga dokter Aulia yang diduga tewas karena jadi korban bully itu, ternyata sang suami kini menyusul.

Penulis: Ignatia | Editor: Mujib Anwar
Kompas.com, TribunJateng.com
Nasib ibu Dokter Aulia yang viral karena tewas diduga jadi korban bullying, ternyata kini ayah korban menyusul meninggal dunia. 

TRIBUNJATIM.COM - Bak jatuh masih tertimpa tangga, kepedihan kembali dirasakan oleh ibunda dari Dokter Aulia, mahasiswi PPDS Undip yang diduga jadi korban bully.

Ibunda Dokter Aulia harus kembali merasakan kehilangan setelah sang anak pergi untuk selamanya.

Suami tercinta atau ayah dari Dokter Aulia menyusul putrinya meninggal dunia karena penyakit yang diderita setelah mendapat perawatan di rumah sakit.

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin membenarkan ayah dari Aulia Risma Lestari, mahasiswi Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Universitas Diponegoro (Undip) di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr Kariadi diduga korban bullying, meninggal dunia.

Ia menyampaikan, ayah Aulia masuk rumah sakit setelah kematian putrinya.

"Yang wafat adalah bapaknya. Dia masuknya ke rumah sakit memang sesudah kematian putrinya. Sudah, lah, enggak enak kita ngomonginnya," kata Budi di Komplek Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Selasa (29/8/2024), seperti dikutip TribunJatim.com via Kompas.com

Budi mengaku sempat mengunjungi keluarga korban di Tegal, Jawa Tengah, usai mendengar dugaan bullying.

Saat itu, ia melihat kondisi keluarga korban, termasuk kondisi ayah korban yang memburuk dan harus dirujuk ke rumah sakit.

Budi bilang, saat itu pilihannya dirujuk ke RS Kariadi, RS tempat Aulia berpraktik.

Namun, karena masalah dugaan bullying ini, Budi memutuskan menawarkan dirujuk ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo.

Baca juga: Sosok Sanjay Roy, Diduga Dalang Pembunuhan Dokter Magang India, Pernah KDRT Istri yang Sedang Hamil

"Jadi waktu saya pulang langsung bapaknya dibawa ke RSCM. Jadi mereka sudah ada di RSCM sekitar tiga hari karena memang kondisinya berat. Jadi tadi malam sekitar jam 01.00 WIB wafat," tutur dia.

Selain bertemu keluarga, kunjungannya ke rumah korban juga menemukan sejumlah informasi berupa bukti chat WhatsApp perundungan.

Ia pun meminta bukti-bukti itu didokumentasikan dan diserahkan kepada pihak kepolisian.

"Saya minta didokumentasikan biar polisi yang menyelidiki. Sudah, sudah. Diary, Whatsapp, chat, banyak sekali. Itu nanti bisa tanya polisi (apakah terbukti korban bullying atau tidak)," ucap Budi.

Dokter Aulia Risma Dokter PPDS yang meninggal dunia di kos setelah menyuntikkan Roculax ke tubuhnya sendiri.
Dokter Aulia Risma Dokter PPDS yang meninggal dunia di kos setelah menyuntikkan Roculax ke tubuhnya sendiri. (TribunJateng.com)

Sebelumnya diberitakan, seorang mahasiswi PPDS Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, Jawa Tengah (Jateng) ditemukan tewas di kamar kosnya, Senin (12/8/2024) malam.

Polisi menyebutkan, korban, Aulia Risma Lestari, tewas usai menyuntikkan diduga obat penenang ke tubuhnya sendiri.


Warga asli Kota Tegal itu ditemukan meninggal pada Senin (12/8/2024) sekitar pukul 22.00 WIB di kamar kos yang berlokasi di Lempongsari, Gajahmungkur, Kota Semarang, Jawa Tengah.

"Benar bunuh diri, yang bersangkutan menyuntikkan obat ke badannya sendiri," ujar Kasatreskrim Polrestabes Semarang Kompol Andika Dharma Sena melalui pesan singkat, Rabu (14/8/2024).

Kasus meninggalnya dokter muda mahasiswi PPDS Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Diponegoro (Undip) Semarang menjadi sorotan.

Kematian Dokter Aulia dibantah keluarga soal bunuh diri, kini akhirnya polisi membongkar hasil visum sang dokter muda, Kemenkes langsung usut tuntas.
Kematian Dokter Aulia dibantah keluarga soal bunuh diri, kini akhirnya polisi membongkar hasil visum sang dokter muda, Kemenkes langsung usut tuntas. (TribunJateng.com)

Tak terkecuali bagi dokter sekaligus penyanyi Teuku Adifitrian alias Tompi.

Ia buka suara soal senioritas di dunia kedokteran dan rumah sakit (RS) di Indonesia.

Menurut Tompi, senioritas di lingkungan tersebut bak sulit untuk dihilangkan.

Baca juga: Pilu Dokter India Dirudapaksa 18 Pria di RS hingga Tewas, Kolega hingga Suporter Bola Sontak Demo

Menurut Tompi yang merupakan dokter spesialis bedah plastik, situasi dan lingkungan di rumah sakit selama ini membuat banyak tenaga kesehatan muda mengeluh.

Namun, banyak tenaga kesehatan muda itu, baik dokter maupun perawat segan untuk mengoreksi tradisi yang ada.

“Seberapa banyak sih nakes junior yang brani menyampaikan kritik/ketidaksetujuan akan sesuatu yang berlangsung di RS-dunia praktek kedeokteran?” tulis Tompi di akun X-nya, dikutip Senin (19/8/2024).

Tompi menyebut, selama ini hanya sedikit tenaga kesehatan yang berani mengoreksi berbagai hal yang dirasa tak ideal.

Itu pun, lanjut Tompi, sungguh dengan hati-hati agar tak mengalami konsekuensi buruk.

“Kalo pun brani menegur bunyi nya akan penuh dengan ‘ijin meyampaikan… atau maaaf kl bs …’,” lanjut Tompi.

Tompi menjelaskan, rasa segan atau takut dari banyaknya tenaga kesehatan atas situasi yang tak mengenakkan itu lantaran ada tekanan dari senior atau petinggi di lingkungan RS atau tempat praktik dokter tersebut.

“Knp jadi takut? Krn bgitu ada yg brani bunyi dianggap keras kepala, dosanya diungkit2 dan jadi terkucilkan. Yang setuju angkat tangan,” kata Tompi.

Ada pun, pernyataan Tompi ini menanggapi peristiwa seorang mahasiswi yang mengikuti Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) di program studi Universitas Diponegoro RSUP Dr Kariadi, Semarang, Jawa Tengah, yang diduga bunuh diri akibat dirundung atau di-bully senior.

Sebelumnya, seorang mahasiswi PPDS Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, Jawa Tengah (Jateng) ditemukan tewas di kamar kosnya, pada Senin (12/8/2024) malam.

Peristiwa ini sendiri menjadi perhatian nasional. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) akan mencabut Surat Tanda Registrasi (STR) dan Surat Izin Praktik (SIP) dokter senior yang terbukti melakukan praktik perundungan (bullying) yang berakibat pada kematian.

Kemenkes juga meminta Universitas Diponegoro dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk memperbaiki sistem PPDS.

Diketahui sebelumnya, kasus kematian dokter muda dr Aulia Risma Lestari (30) menguak sejumlah fakta.

Kini beredar buku unthulektomi berisi pedoman dokter residen.

Dalam buku tersebut menyebutkan tugas junior ke senior, bahkan tertulis sistem hirarki.

Namun yang menjadi perhatian, aturan dalam buku tersebut terkesan seperti bullying.

Bunuh diri bisa terjadi di saat seseorang mengalami depresi dan tidak ada orang yang membantu. Jika Anda memiliki permasalahan yang sama, jangan menyerah dan memutuskan mengakhiri hidup.

Layanan konseling bisa menjadi pilihan Anda untuk meringankan keresahan yang ada.

Untuk mendapatkan layanan kesehatan jiwa atau untuk mendapatkan berbagai alternatif layanan konseling.

Anda bisa simak website Into the Light Indonesia di bawah ini: https://www.intothelightid.org/tentang-bunuh-diri/hotline-dan-konseling

Berita viral lainnya

Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved