Berita Malang
TBC di Kabupaten Malang Masih Tinggi, Dinkes Optimalkan Pelacakan Kasus untuk Tekan Penularan
Kasus Tuberkulosis (TBC) di Kabupaten Malang cukup tinggi. Menurut data dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Malang, pada 2023 ditemukan sebanyak 3
Penulis: Luluul Isnainiyah | Editor: Ndaru Wijayanto
Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Lu'lu'ul Isnainiyah
TRIBUNJATIM.COM, MALANG - Kasus Tuberkulosis (TBC) di Kabupaten Malang cukup tinggi. Menurut data dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Malang, pada 2023 ditemukan sebanyak 3.396 kasus TBC. Sementara dari Januari hingga 8 September 2024 ditemukan TBC sebanyak 2.150 kasus.
Kepala Bidang Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit Tri Awignami Astoeti mengatakan pada 2024 estimasi kasus TBC di masyarakat sebanyak 4.785. Namun selama 9 bulan ini barus 2.150 kasus (45 persen) yang ditemukan. Artinya masih ada 2.635 kasus TBC yang belum ditemukan.
“Dari 2.150 kasus yang ditemukan itu, 91 persen atau 1.985 pasien sudah mulai pengobatan. Di antaranya 279 kasus diidap oleh anak-anak,” kata Awig ketika dikonfirmasi.
Awig menjelaskan, penemuan kasus TBC ini perlu dilakukan. Karena ini merupakan langkah awal dalam menekan penularan TBC. Karena dengan ditemukannya kasus maka semakin cepat pula pasien TBC mendapatkan pengobatan. Dan penularan pun dapat dicegah.
“Kami mengoptimalkan penemuan kasus TBC secara pasif intensif berbasis fasilitas pelayanan kesehatan dan secara aktif berbasis institusi dan komunitas,” ujarnya.
Di sisi lain, upaya untuk menekan penularan TBC dilakukan Dinkes Kabupaten Malang dengan pengobatan sesuai standar dengan konsep pengobatan berpihak pada pasien.
Kemudian menyediakan sarana diagnostik yang sensitif dan spresifik untuk penyakit TBC oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah yang dapat diakses oleh seluruh masyarakat.
Baca juga: Cegah Penyakit TBC dan HiV, Ratusan Warga Binaan Rutan Situbondo Diskrining, ini Hasilnya
Selanjutnya Dinkes melalui fasilitas kesehatan juga menyediakan skrining kesehatan secara gratis termasuk di dalamnya skrining TBC.
“Kami juga meningkatkan peran serta komunitas, pemangku kepentingan, dan multisektor lainnya dalam penanggulangan TBC,” urainya.
Akan tetapi dalam menekan penularan TBC ini ada beberapa kendala yang harus dihadapi. Di antaranya stigma di masyarakat terhadap penyakit TBC masih tinggi. Kemudian pasien merasa jenuh untuk mengkonsumsi obat karena lamanya pengobatan TBC sehingga menyebabkan putus berobat.
“Sebagian pasien juga merasa akses ke fasilitas pelayanan kesehatan ini jauh, kemudian terkendala tidak memiliki kendara, atau tidak ada yang mengantar,” tukasnya.
Perlu diketahui, TBC merupakan penyakit yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini bisa menular secara langsung melalui udara yang berasal dari droplet (percikan dahak) orang yang terinfeksi TBC.
Gejala TBC diantaranya yaitu batuk, demam hilang timbul tanpa sebab, BB turun/ hilangnya nafsu makan, badan lemas/lesu, berkeringat di malam hari tanpa kegiatan, sesak napas dan nyeri dada, ada perbesaran kelenjar getah bening di leher atau ketiak.
Maka ketika seseorang merasakan gejala di atas, hendaknya segera periksa ke fasilitas pelayanan kesehatan Kabupaten Malang. Lalu masyarakat tidak perlu takut berkunjung ke fasilitas kesehatan agar dapat dilakukan anamnesa lebih lanjut oleh dokter\
Baca juga: Penyakit TBC di Sampang Jadi Perhatian Serius, Pemerintah Desa Gencarkan Penyuluhan
JPU Tolak Eksepsi Selebgram Isa Zega Terkait Kasus Pencemaran Nama Baik |
![]() |
---|
Ditinggal Bikin Pentol, Pedagang Bakso di Malang Syok Burung Murai Harga Jutaan Raib Digondol Maling |
![]() |
---|
Amankan Perayaan Imlek di Kelenteng Eng An Kiong, Polresta Malang Kota Terjunkan Puluhan Personel |
![]() |
---|
Nostalgia Nikmati Jajanan Sekolah di Festival Najaj Halokes Kampung Sekabrom Kayutangan Malang |
![]() |
---|
Libur Panjang Isra Miraj dan Imlek 2025, Ribuan Tiket Kereta di Stasiun Malang Ludes Terjual |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.