Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Viral

Penyebab Istri Pimpinan Ponpes Tega Guyur Santrinya Pakai Air Cabai, Kesal saat Blender Sambal

Istri pimpinan ponpes berinisial NN (40) tersebut kini resmi jadi tersangka dan langsung dijebloskan dalam tahanan.

Penulis: Alga | Editor: Mujib Anwar
Tribunnews.com
Alasan istri pimpinan ponpes siram air cabai ke santri 

TRIBUNJATIM.COM - Kini terungkap pengakuan istri pimpinan ponpes di Aceh Barat yang tega menyiram seorang santri menggunakan air cabai.

Istri pimpinan ponpes berinisial NN (40) tersebut kini sudah resmi jadi tersangka dan langsung dijebloskan dalam tahanan.

Penahanan dilakukan setelah NN ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus yang sempat viral di medsos tersebut.

Baca juga: Tak Hanya Menyiram, Istri Pimpinan Ponpes Juga Olesi Cabai ke Mulut 4 Santri Lain, Ortu Tak Terima

Sebelumnya viral di media sosial, video seorang santri di Aceh Barat merintih kesakitan lantaran disiram air cabai.

Santri ini mengalami penyiksaan berupa penyiraman air cabai dan pencukuran rambut sebagai bentuk hukuman karena ketahuan merokok. 

Akibat kejadian tersebut, Teuku mengalami bengkak-bengkak dibagian tubuh akibat disiram dengan air cabai dan kini dirawat di rumah neneknya.

Kini NN pelaku penyiraman air cabai kepada santrinya yang berusia 13 tahun di sebuah dayah atau pesantren di Kecamatan Pante Ceureumen, telah ditahan.

Kapolres Aceh Barat, AKBP Andi Kirana, melalui Kasat Reskrim, Iptu Fachmi Suciandy, kepada Serambinews.com, Senin (7/10/2024), menjelaskan bahwa penahanan dilakukan berdasarkan bukti yang cukup yang ditemukan penyidik.

"Saat ini, pelaku telah kami tetapkan sebagai tersangka dan telah kami lakukan penahanan guna menindaklanjuti proses hukum berikutnya," ujar Kapolres.

NN dijerat Pasal 80 ayat (1) dan ayat (2) juncto Pasal 76 c UU RI No 35/2014 tentang Perlindungan Anak.

Iptu Fachmi menambahkan, bahwa polisi masih terus menyelidiki dan mendalami kasus ini terkait informasi penyiraman air cabai yang dilaporkan keluarga korban. 

Kasus ini mencerminkan perlunya perlindungan anak dalam lingkungan pendidikan agama dan penegakan hukum yang tegas terhadap pelanggaran hak anak.

Kini terkuak bahwa ternyata ada empat santri lain yang diolesi cabai di mulut oleh istri pimpinan ponpes di Aceh.

Hal ini dikuak oleh ibu dari korban M (15).

Santri digunduli dan kesakitan disiram air cabai oleh istri pimpinan ponpes
Santri digunduli dan kesakitan disiram air cabai oleh istri pimpinan ponpes (Instagram)

Sang ibu mengungkap kondisi anaknya yang berusia 15 tahun tersebut.

"Kejadian ini membuat anak saya menjadi trauma akibat dugaan kekerasan yang dilakukan oleh NN istri dari pimpinan Pesantren tersebut," kata Marnita ibu M, Jumat (4/10/2024), melansir Tribunnews.com.

Akibat penyiraman air cabai yang diduga dilakukan oleh NN, korban mengalami rasa panas dan kesakitan di tubuhnya.

Keluarga kemudian menjemput korban untuk dirawat oleh neneknya.

Marnita juga mengungkap kekejaman istri pimpinan ponpes tersebut.

Sang ibu M mengakui, anaknya dihukum karena melanggar larangan ponpes soal merokok.

Namun demikian, hukuman biasanya berupa mencukur rambut santri, tidak sampai disiram air cabai.

"Memang ada hukuman, tapi (biasanya) hanya sebatas dicukur rambutnya. Bukan mengolesi cabai di mulut dan di badannya," ujarnya dikutip dari Tribunnews.com, Jumat (4/10/2024).

Marnita melanjutkan ceritanya, ia pertama kali mengetahui anaknya disiram air capai saat korban pulang ke rumah dengan kondisi menangis.

"Dia berlari di jalan sambil nangis, teriak bahwa badannya terasa perih karena diolesi cabai oleh uminya (pelaku)," lanjutnya.

Baca juga: Santri Tewas Dilempar Ustaz Pakai Kayu Berpaku, Nasib Pelaku Tak Dilaporkan? Nenek Korban Ikhlas

Marnita juga mendapatkan cerita dari sang anak, sebetulnya ada empat santri lainnya yang juga menerima hukuman.

Namun mereka tidak digunduli dan hanya diolesi cabai di bagian mulut.

"Dicukur rambut dia (hanya korban) seorang diri, dan diolesi cabai di mulut dan di badan."

"Ada empat santri yang kena (hukuman) hanya sebatas diolesi cabai di bibir saja, mereka tidak dicukur rambut karena tidak melakukan kesalahan yang sama seperti yang anak saya lakukan," urai Marnita.

Marnita menambahkan, setelah kejadian, dirinya sempat meminta penjelasan dari pihak ponpes.

Ia mendapatkan jawaban jika hukuman yang diberikan demi kebaikan korban sendiri.

"Saya bilang ke (ponpes), 'Kenapa anak saya harus diolesi cabai dengan cara mengikat anak saya," kata Marnita menirukan percakapannya ke pihak ponpes.

Akan tetapi, orang tua korban tidak mendapatkan alasan jelas kenapa anaknya dihukum sedemikian rupa.

Santri di Aceh disiram air cabai oleh istri pimpinan ponpes.
Santri di Aceh disiram air cabai oleh istri pimpinan ponpes (Instagram)

Sementara itu tersangka mengaku, ia merasa kesal dengan perilaku korban yang sering merokok di lingkungan pesantren, meskipun sudah berkali-kali diperingatkan.

Pada hari kejadian, 30 September 2024, korban kembali tertangkap sedang merokok.

Sehingga pada hari itu, NN secara spontan menyiram air cabai ke korban.

Kebetulan saat itu NN sedang memblender cabai untuk berjualan bakso di kantin pesantren.

Baca juga: Ibu Aniaya Anak Sambil Video Call Suami yang Merantau, Pelaku Marah dan Korban Teriak: Bapak Tolong

Kementerian Agama (Kemenag) RI buka suara terkait kasus dugaan penganiayaan terhadap seorang santri di Desa Pante Ceureumen, Aceh Barat, Nangroe Aceh Darussalam (NAD) yang matanya disiram air cabai oleh istri pimpinan pondok pesantren tersebut.

Juru Bicara Kemenag RI, Sunanto mengatakan, kasus tersebut telah ditindaklanjuti oleh pihaknya.

Pihaknya, kata dia, juga telah melakukan pendekatan.

"Sudah, sudah. Jadi terus kami lakukan pendekatan. Dan itu kan informasinya kami cek apakah sudah masuk ke ranah hukum atau tidak," kata Sunanto usai Media Gathering di kawasan Jakarta Pusat pada Senin (7/10/2024).

Sunanto mengatakan, butuh upaya yang sangat luar biasa untuk memberikan edukasi kepada pesantren-pesantren yang ada di daerah.

Kementerian Agama, kata dia, juga terus melakukan edukasi agar pondok pesantren menjadi tempat yang nyaman bagi pendidikan agama.

"Jadi, keleluasaan kemandirian (pesantren) tetap disampaikan, tetapi kami selalu melakukan pendidikan dan pendekatan agar pesantren itu menjadi tempat yang nyaman bagi pendidikan keagamaan dan peningkatan sumber daya manusianya," kata dia.

"Bukan malah menjadi tempat untuk melakukan aktivitas kekerasan," pungkas dia. 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved