Berita Viral
Tiap Hari Dapat Rp20 Ribu Dari Sol Sepatu Buat Bayar Kontrakan, Mbah Komar Nangis di Pinggir Jalan
Nasib Mbah Komar pun makin memprihatinkan karena ternyata ia hidup sebatang kara.
Penulis: Alga | Editor: Mujib Anwar
"Alhamdulillah untuk anak saya sudah pada kerja semua. Cuma ada 1, dia tentara," imbuh dia.
Menurutnya, masa perjuangannya menyekolahkan tiga anaknya tersebut adalah saat dirinya menjadi loper koran.
Kala itu, ia menjajakan surat kabar dari satu rumah ke rumah lainnya.

Saat ini, taktala usianya memasuki senja, Djajam memilih melibatkan anak buahnya untuk menjadi loper koran.
"Saya ada anak buah delapan orang, kalau enggak gitu saya mungkin enggak dagang kali, kalau anak buah enggak ada, langganan enggak ada," jelas Djajam.
Ya, Djajam mengaku ia tak bisa sendirian untuk menjual surat kabar.
Pasalnya saat ini, peminat koran sudah tidak sebanyak dulu.
Bahkan, lanjut Djajam, beberapa perusahaan media telah tutup dan tak lagi memproduksi koran.
"Mungkin udah banyak saingannya, karena online juga. Sekarang jenisnya jadi tinggal sedikit," tutur Djajam.
"Zaman dulu tahu sendiri ada di lampu merah, di terminal-terminal banyak, sekarang mah jarang," lanjutnya.
Kini ia mengaku berjualan koran hanya untuk kehidupannya sehari-hari.
Pasalnya sejak sang istri meninggal dunia, Djajam berjuang untuk menafkahi dirinya sendiri.
Sembari sesekali, ia memberi uang jajan untuk cucu-cucunya tatkala sedang mendapat rezeki lebih.
"Ya buat nafkahin diri sendiri, buat jajan cucu aja," katanya sedikit terkekeh.
Baca juga: Mbah Sipon Teriak Panggil Cucu, Baru Sadar Jadi Korban Aksi Penipuan Jual Cincin, Videonya Viral
Lebih lanjut, Djajam bercerita bahwa tak semua koran yang distoknya di hari tersebut habis terjual.
Menurutnya, setiap hari ada saja koran yang tak laku terjual.
Sehingga harus ia kumpulkan dan putar otak agar barang tersebut tetap bisa menjadi uang.
Alhasil, Djajam banyak menjual murah untuk berbagai koran yang sudah lewat edisi.
Biasanya, ia melepas koran-koran tersebut kepada orang-orang yang memerlukannya untuk mengecat atau alas pakaian.
"Kalau sekarang saya enggak kiloin kalau enggak laku. Tali, yang lama-lama udah lewat bulannya, saya jual murah," kata Djajam.
"Saya jual Rp2.000 untuk koran Kompas dan Rp1.000 untuk Warta Kota dan Pos Kota," imbuhnya.
Sementara untuk majalah, Djajam menyebut jika jumlah peminatnya sekarang sangatlah sedikit.
Oleh karena itu, ia jarang menyetok majalah untuk dipasarkan kepada publik.
Beberapa koleksi majalahnya saja nampak sudah usang dan merupakan edisi lama.
"Karena mikir lah orang beli, daripada keluar Rp50 ribu (buat majalah)."
"Mending koran kan Rp5.000 bisa dapat 10 tiap hari-hari beli," ucap Djajam.
"Dulu pas masih murah majalah Tempo Rp15.000, Rp20.000, masih banyak yang beli, sekarang enggak," pungkasnya.
Bupati Pati Sudewo Ngotot Tak Mau Kehilangan Jabatan usai Diperiksa KPK Terkait Kasus Korupsi DJKA |
![]() |
---|
Bocor Desain Terbaru iPhone 17 Hingga iPhone 20, Bakal Tampil Beda, Apple Usung Hape Lipat? |
![]() |
---|
Baru Sadar, Pedagang Layani Transaksi Rp 350.000 Padahal Penipu Cuma Transfer Rp 350 |
![]() |
---|
Melihat Rumah Mewah Bos Minyak Riza Chalid yang Kini Jadi Tersangka Korupsi Pertamina |
![]() |
---|
Hukuman untuk Polisi Lempar Helm ke Siswa SMK hingga Koma, Keluarga Korban: Beri Bingkisan untuk Apa |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.