Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Viral

Dulu Jokowi Ngotot Meski Diingatkan Ignasius Jonan, Kini Purbaya Enggan Bayar Utang Kereta Whoosh

Agus mengungkapkan sebenarnya dirinya sudah memperingatkan Presiden ke-7 RI, Joko Widodo (Jokowi) untuk tidak melakukan tender dengan pihak China.

Editor: Torik Aqua
kcic.co.id
UTANG - Kereta Whoosh. Analis kebijakan publik dari Public Policy Interest Group, Agus Pambagio buka suara terkait menumpuknya utang dari proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) alias Whoosh. 

TRIBUNJATIM.COM - Alasan utang kereta cepat Whoosh semakin menumpuk kini dikaitkan dengan sosok Presiden ke-7 RI, Joko Widodo alias Jokowi.

Hal itu diungkap oleh Analis kebijakan publik dari Public Policy Interest Group, Agus Pambagio.

Ia menyebut jika Jokowi ngotot ingin membangun proyek kereta cepat tersebut.

Padahal sudah diingatkan.

Penjelasan Agus itu terkait menumpuknya utang dari proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) alias Whoosh.

Baca juga: Siapa Penanggung Utang Kereta Cepat Whoosh Rp116 T? Menkeu Purbaya Tolak Bayar Pakai APBN

Agus mengungkapkan sebenarnya dirinya sudah memperingatkan Presiden ke-7 RI, Joko Widodo (Jokowi) untuk tidak melakukan tender dengan pihak China.

Pasalnya, proyek ini dinilai terlalu mahal dalam pembiayaannya.

Tak cuma Agus, Menteri Perhubungan (Menhub) era Jokowi jilid pertama, Ignasius Jonan, juga sudah memperingatkan Jokowi untuk tidak menyetujui proyek Whoosh.

Namun, Agus mengatakan Jokowi tidak menggubris wanti-wanti tersebut dan tetap ingin membangun proyek Whoosh.

"Pak Jokowi nggak mau tahu, nggak mau dengar saya dengan Pak Jonan. Jadi kan Pak Jonan dipecat, saya dipanggil ke Istana."

"Saya sudah menjelaskan bahwa ini mahal sekali, nggak bakalan bisa dibayar. Tapi Pak Jokowi ngotot, bisa (dibiayai), ya sudah. Lalu saya tanya ini ide siapa sih pak? (Jokowi menjawab) 'ini ide saya'," kata Agus dikutip dari YouTube Nusantara TV, Selasa (14/10/2025).

Agus lalu menjelaskan awal mula kerjasama pembangunan KCJB Whoosh sebenarnya akan dilakukan dengan pihak Jepang dengan sistem utang dan bunga 0,01 persen.

Namun, tiba-tiba tender pun berubah dan langsung beralih ke pihak China meski secara bunga utang lebih tinggi yakni mencapai 2 persen.

"Ini kan dulunya (kerjasama proyek) dengan Jepang pakai loan, bunga 0,01 persen. Ketika dinaikkan (bunga) 1,5 persen saja, sudah teriak semua karena tidak bisa bayar ketika itu."

"Waktu itu yang membuat analisisnya dari UGM dan UI. Lalu tiba-tiba diambil Pak Jokowi, dikasih China, yang bantu itu dari ITB. Hitung-hitungan keuangannya langsung berubah," katanya.

Halaman 1 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved