Berita Viral
Lewat Jembatan Gantung, Bidan Dorong Gerobak yang Angkut Ibu Hamil Mau Melahirkan, Warga Nelangsa
Seorang bidan dorong gerobak yang angkut ibu hamil hendak melahirkan melewati jembatan gantung viral di media sosial.
Penulis: Arie Noer Rachmawati | Editor: Mujib Anwar
TRIBUNJATIM.COM - Seorang bidan dorong gerobak yang angkut ibu hamil hendak melahirkan viral di media sosial.
Tak sendiri, bidan tersebut dibantu oleh ibu-ibu asal desa setempat untuk membantu mendorong gerobak tersebut.
Mirisnya, mereka mendorong gerobak melewati jembatan gantung yang kondisinya membuat was-was.
Warga pun nelangsa melihat kondisi jembatan yang tak layak.
Kisah penuh haru dialami seorang wanita hamil tua di pelosok Desa Reje Paung, Kecamatan Linge, Kabupaten Aceh Tengah.
Ibu hamil besar terpaksa dirujuk ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Datu Beru Takengon mneggunakan gerobak sorong.
Gerobak sorong tersebut digunakan untuk mengangkut ibu hamil yang hendak melahirkan alias harus mendapatkan pertolingan medis.
Parahnya lagi gerobak sorong yang mengangkut ibu hamil itu harus melewati jalan berbatu dan jembatan gantung.
Dibantu warga setempat, bidan desa Zur Kaidah berjuang mendorong gerobak sorong tersebut demi mengantar wanita hamil itu ke titik ambulans terdekat di Desa Jamat.
Dengan keterbatasan akses, Zur Kaidah dibantu beberapa warga berhasil membawa wwabita hamil itu ke ambulans.
Zur Kaidah mendampingi proses rujukan tersebut lantas menyampaikan kondisi menegangkan yang mereka alami.
Terutama ketika gerobak sorong melintasi jembatan gantung yang hanya mampu menahan kendaraan roda dua atau pejalan kaki.

“Kami hanya ingin memastikan ibu dan bayinya selamat. Namun, kondisi jalan ini membuat kami harus menempuh cara yang mungkin dianggap tidak layak, tapi inilah kenyataan yang kami hadapi,” ujar Zur Kaidah, Minggu (27/10/2024), dikutip dari Tribun Gayo.
Jembatan gantung di Desa Reje Payung, satu-satunya penghubung antara desa dengan fasilitas kesehatan yang lebih lengkap.
Jembatan itu juga telah lama menjadi saksi bisu atas berbagai kisah perjuangan warga setempat.
Dalam kondisi darurat seperti ini, pilihan mereka terbatas.
Jalan terjal penuh bebatuan menjadi penghalang yang nyaris tak terelakkan.
Salah seorang warga, yang turut membantu proses evakuasi, mengungkapkan perasaan mereka yang diwarnai keprihatinan mendalam.
“Kami seringkali merasa hidup terkurung oleh keterbatasan. Setiap kali ada yang sakit atau melahirkan, kami terpaksa menandu atau menggunakan cara-cara seadanya.
Bagi kami, menempuh jalur ini adalah pertaruhan antara hidup dan mati,” ungkapnya.
Harapan masyarakat Desa Reje Payung kini tertuju kepada pemerintah daerah dan pusat, agar kondisi ini dapat segera diperbaiki.
Dengan jalan dan jembatan yang layak, mereka tidak lagi harus mengandalkan grek sorong atau jalur yang tidak memadai dalam situasi darurat.
“Kami tidak meminta yang mewah, hanya akses jalan yang bisa dilalui ambulans. Setiap detik dalam kondisi darurat itu sangat berarti,” tambah seorang warga lainnya dengan mata berkaca-kaca.
Warga Desa Reje Payung berharap pemerintah mendengar suara mereka.
Ini demi masa depan yang lebih aman dan layak bagi setiap ibu, bayi dan seluruh masyarakat yang hidup dalam keterbatasan infrastruktur.
Baca juga: Klarifikasi RS Soal Ibu Pulang Naik Motor Padahal Baru 2 Hari Melahirkan, Ungkap Ambulans Tersedia
Kisah lainnya seorang karyawan dipecat usai cuti melahirkan viral di media sosial.
Pemecatan itu dialami seorang wanita di Malaysia bernama Sri Asmieda Sadon.
Dikutip dari mStar via TribunTrends, hasrat Sri untuk kembali bekerja setelah cuti melahirkan akhirnya berubah menjadi mimpi buruk.
Ia malah menerima surat pemutusan hubungan kerja tanpa pemberitahuan dari bosnya pada hari pertama masuk kantor pada Agustus lalu.
“Sudah dua bulan sejak saya menjadi ibu rumah tangga penuh waktu.
Pada hari pertama setelah cuti melahirkan, saya diberhentikan tanpa pemberitahuan tiga bulan sebelumnya.
“Hari pertama…baru mulai bekerja pagi-pagi, tak lama kemudian bagian Sumber Daya Manusia (SDM) dipanggil ke ruangannya,” ujarnya.
Menurut perempuan tersebut, sebenarnya sejak awal ia curiga ada yang tidak beres apalagi ia mengaku belum menerima slip gaji terbaru.
“Tadi pagi saya tanya ke asisten apakah dia sudah menerima gajinya, jawabannya iya.
“Saat itu saya merasa berbeda karena gaji saya tidak masuk lagi, slip gaji saya belum dapat,” ujarnya.
Baca juga: Baru 2 Hari Melahirkan, Pasien Kecewa Pulang dari RS Naik Motor, Minta Pakai Ambulans Tak Digubris
Ia mengatakan, pertemuan dengan pihak SDM ternyata membawa kabar duka baginya ketika menerima surat pemberhentian setelah lima tahun mengabdi di perusahaan tersebut.
Lebih menyedihkan lagi ketika dia diberi alasan yang tidak masuk akal terkait proses tersebut.
“Saat saya memasuki kantor, saya melihat dia (perwakilan SDM) sedang memegang surat yang membuat saya bisa merasakan ada sesuatu yang terjadi.
“Dia juga memberiku surat itu dan aku membacanya di sana juga.
Mereka tidak berkata apa-apa, tapi saat saya lihat lagi dia bilang kalau dia tidak mengantarkan surat lebih awal karena saya sedang cuti hamil.
“Saya bingung, setelah tanda tangan dokumen saya terus beredar,” ujarnya lagi.
Tak berhenti sampai disitu, Sri Asmieda mengatakan dirinya juga diperintahkan segera meninggalkan kantor.
“Kemudian SDM mengirim pesan kepada saya dan memberi tahu saya bahwa saya tidak perlu menunggu sampai siang hari tetapi bisa pulang segera setelah saya selesai membersihkan meja.
“Aku merasa seperti itu. Saat itu sudah suami saya yang menyuruh saya bekerja, untung ada teman kantor yang membantu saya mengirimkannya kembali,” lanjutnya.
Wanita itu menambahkan, setelah diteliti sepertinya dia tidak sendirian dalam proses restrukturisasi perusahaan melalui PHK.
“Sebenarnya, bukan hanya saya saja yang diusir.
Semua bagian ada, hanya saja diberi pemberitahuan tiga bulan sebelumnya.
Jadi salah satu karyawan yang juga diberhentikan menyarankan saya untuk melapor ke JTK (Departemen Tenaga Kerja).
“Awalnya saya malas, tidak peduli kalau diusir dan saya juga tahu keluhan seperti ini butuh waktu.
“Tetapi setelah berpikir panjang, suami saya mendukung saya dengan harapan saya akan menerima sejumlah kompensasi.
Jadi saya terus membuat laporan,” ujarnya.
Benar saja, proses dan proses pengaduan memakan waktu lama, bahkan mencapai hampir dua bulan dalam kasusnya.
“JTK menilai perusahaan tidak melakukan kesalahan apa pun karena sudah menyiapkan ganti rugi terlebih dahulu agar tidak dituntut.
Jadi di bawah JTK tidak bisa dilanjutkan (no case).
“Kemudian pengaduan diteruskan ke Departemen Sumber Daya Manusia.
Sebenarnya departemen ini ingin mendapatkan pekerjaan kembali tetapi saya tahu perusahaan tidak akan mempekerjakan saya lagi.
“Sampai saat ini, ada pertemuan antara saya dan perusahaan.
Saat ditanya soal tidak memberikan surat pemberitahuan sebelumnya, pihak perusahaan tidak menjawab,” ujarnya.
Katanya, kasus tersebut ditutup pada hari yang sama dan mantan bos setuju untuk membayar uang hiburan.
Merasa tenang dengan apa yang terjadi, perempuan tersebut menyuruh dirinya dan suaminya untuk menggunakan uang tersebut sebagai modal untuk membuka usaha.
Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews Tribunjatim.com
bidan dorong gerobak yang angkut ibu hamil
melahirkan
viral di media sosial
gerobak
jembatan gantung
Aceh
Tribun Jatim
TribunJatim.com
jatim.tribunnews.com
berita viral
2 Bupati sudah Ditangkap KPK, Padahal Daerah ini Baru 12 Tahun Berdiri |
![]() |
---|
Gerobak Dagangan Penjual Cilok sampai Pecah, Korban Mengaku Dianiaya Preman |
![]() |
---|
Kronologi Ribuan Mahasiswa Kompak Balik Badan saat Wagub Pidato, Kampus Sengaja Undang Pejabat |
![]() |
---|
Tukang Becak Pasrah Rumahnya Rata Tanah yang Ditinggali Selama 51 Tahun, Semua Harta Lenyap |
![]() |
---|
Rombongan 14 Moge Viral Terobos Jalur TransJakarta, Polisi Tegas Beri Tilang ETLE: Tidak Ada Bedanya |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.