Berita Viral
Demi Rawat 2 Anaknya yang Berkebutuhan Khusus, Mak Ihat Jualan Sapu Lidi Rp3 Ribu, Tak Selalu Laku
Perjuangan penjual sapu lidi sambil merawat anak berkebutuhan khusus itupun menuai rasa haru netizen.
Penulis: Alga | Editor: Mujib Anwar
Sebagian dinding rumahnya memang ada yang terbuat dari batu bata.

Rupanya itupun hasil bantuan bedah rumah.
Meski begitu, di gubuk itulah satu-satunya tempat penghidupan dan perlindungan bagi Febri dan ibunya.
Dengan kondisi ibunya yang buta, Febri merawat ibunya dalam keseharian.
Mulai dari memasak, mencuci pakaian, hingga membawa ibunya berobat.
Meski begitu, aktivitasnya merawat sang ibu tak menghalanginya untuk bersekolah.
Semua kegiatan tersebut ia lakukan sebelum dan sesudah sekolah.
Setiap kali berobat, Febri pun harus berjalan kaki sejauh dua kilometer sambil menuntun ibunya yang buta.
Diketahui, Suri ibu Febri mengalami kebutaan sudah berlangsung enam tahun.
Selama itulah pula Febri yang bertanggung jawab saat ibunya sakit.
Baca juga: Keliling Pikul Boks Jualan Roti Tradisional Rp2000, Andri Kerap Diusir Sekolahan: Mengganggu
Masih dikutip dari sumber yang sama, sementara itu, tokoh pemuda desa setempat, Jaroni (36) buka suara.
Sebagai tokoh di desa tempat Febri tinggal, pihaknya pun mengaku iba atas kondisi keluarga Suri dan siswi SMK tersebut.
Ia menyaksikan perjuangan Febri terpaksa jalan kaki ke sekolah jika tidak ada boncengan dari temannya.
Padahal menurut Jaroni, jarak rumah Febri ke sekolah sejauh enam kilometer.
"Kalau ada boncengan, bonceng temannya, kalau tidak jalan kaki," ujar Jaroni, seperti dilansir dari Tribun Solo, Rabu (23/10/2024).
Tak hanya itu, Jaroni juga mengaku terenyuh saat mengetahui pada malam hari, Febri harus mengantar ibunya berobat karena sedang sakit.
Jaroni menceritakan, Febri berjalan kaki menuntun ibunya pergi berobat padahal sedang sakit.
"Sampai terenyuh itu, pukul 21.00 mengantar ibunya periksa."
"Karena ibunya buta, dituntun, jalan kaki sekira 2 kilometer ketika ibunya sakit," ujarnya.

Lebih lanjut Jaroni menceritakan, sebelum buta, Suri ibu Febri menjadi tulang punggung keluarga setelah ditinggal suami sejak delapan tahun lalu.
Untuk menghidupi keluarganya, Suri menjadi buruh tani.
Namun, dua tahun kemudian, Suri menderita penyakit katarak hingga kini menyebabkan kebutaan pada matanya.
Jaroni mengatakan, untuk merawat ibunya berobat, Febri terhalang biaya.
"Sejak enam tahun yang lalu, matanya tidak bisa lihat, buta sampai sekarang, terus diobatkan, tapi tidak ada biaya," jelasnya.
Lebih lanjut, Jaroni mengatakan bahwa Suri memiliki tiga anak.
Dua anak di antaranya anak laki-laki dan Febri adalah anak perempuan satu-satunya.
Namun dua anak laki-laki atau kakak Febri tersebut ternyata tak tinggal di Sragen bersama Suri.
Hal itu lantaran salah satu anaknya diadopsi, sementara satu anak lelakinya lagi merantau.
Anak lelaki Suri yang merantau inipun ternyata tak pernah pulang, bahkan tak pernah berkirim uang.
Sementara itu, Suri yang tadinya buruh tani terpaksa berhenti bekerja karena kondisinya yang buta.
Pilunya untuk mencukupi kehidupan sehari-harinya, Suri dan Febri hanya mengandalkan bantuan dari pemerintah.
Sedangkan bantuan pemerintah itupun dikirim setiap dua bulan sekali.
"Dapat bantuan pemerintah, bantuan beras itu dua bulan Rp400.000, PKH Rp700.000 untuk dua bulan," ungkap toko desa tersebut.
Dari bantuan pemerintah ini, kata Jaroni, digunakan Suri dan Febri untuk keseharian.
"Keseharian hanya seperti ini, untuk biaya makan, biaya sekolah, kadang-kadang ada orang yang merasa kasihan dikasih," beber Suri.
Baca juga: Jalan Ngesot Demi Cari Makan Dikasih Warga, Abah Amar Hidup Sebatang Kara, Seringnya Kelaparan
Menurut Suri, bantuan pemerintah tersebut masih belum mencukupi kebutuhan sehari-harinya.
Mengingat Febri juga masih sekolah.
Namun Suri harus pandai-pandai mengatur uang yang didapatkan agar cukup untuk hidup sehari-hari.
Ternyata kisah pilu Febri dan ibunya tersebut pun telah menyita perhatian jajaran Satlantas Polres Sragen.
Satlatas Polres Sragen sempat memberikan bantuan kepada Suri dan Febri berupa sembako bahkan sepeda pada Kamis (17/10/2024).
"Yang kami berikan sembako, uang tunai, dan kalau ini karena khusus kami tambahkan sepeda."
"Karena kondisi anak ini sangat memprihatinkan, punya sepeda yang sudah rusak."
"Dibenerin beberapa kali, sama bengkelnya sampai digratisin," kata Kasat Lantas Polres Sragen, AKP I Putu Asti Hermawan Santosa.
Informasi lengkap dan menarik lainnya di GoogleNews TribunJatim.com
Klarifikasi Memed Sound Horeg soal Kantong Matanya yang Viral, Sejak Kecil Diajak Ayah Kru |
![]() |
---|
Darwis Bongkar Kantor Lurah yang Dibangun di Lahan Miliknya, Ganti Rugi Tak Kunjung Dibayar |
![]() |
---|
3 Sosok Kepala Daerah Kritik Larangan Study Tour, Gubernur Dedi Mulyadi: Tidak Memiliki Moral |
![]() |
---|
Sosok Kades Sujoko Viral, Minta Warga Ngungsi Demi Festival Sound Horeg: Tradisi 2 Tahun Sekali |
![]() |
---|
Dokter Tifa Sebut Mulyono Teman Jokowi Aslinya Wakidi Calo Bus: UGM Dibuat Nyungsep |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.