Berita Blitar
Dulu Merantau Jual Minyak Wangi, Budi Kini Dapat Omzet Rp50 Juta Sebulan dari Bisnis Keripik Slondok
Inilah kisah sukses Budi Pramono, mantan penjual minyak wangi yang kini juragan keripik slondok.
Penulis: Ani Susanti | Editor: Mujib Anwar
TRIBUNJATIM.COM - Inilah kisah sukses Budi Pramono, mantan penjual minyak wangi yang kini juragan keripik slondok.
Tak sendiri, pria berusia 54 tahun berbisnis bersama istrinya Sri Endah Kusumahati (38), yang merupakan mantan perawat.
Pasangan suami istri yang tinggal di Jl Kedondong, Kelurahan Turi, Kecamatan Sukorejo, Kota Blitar itu kini bsia mendapat omzet Rp 50 juta dalam sebulan.
Mereka bisa memproduksi 1 ton kerupuk slondok.
Kegiatan membuat keripik slondok dilakukan di rumah.
Budi terlihat sedang menjemur kerupuk slondok yang masih mentah atau masih berupa krecek di halaman rumahnya, Jumat (8/11/2024).
Bapak empat anak itu tampak membolak-balik krecek kerupuk slondok untuk memastikan sudah kering.
Di dalam rumah, istri Budi, Sri Endah Kusumahati dengan dibantu satu pekerja sedang sibuk mengemas krecek kerupuk slondok ke dalam plastik.
Di sela-sela mengemas keripik, istri Budi tampak beberapa kali bangkit dari duduknya untuk mengurus tiga dari empat anaknya yang masih balita.
"Setelah memutuskan hijrah (kembali) ke kampung, saya dan istri memilih usaha sendiri di rumah sambil momong anak," kata Budi.
Baca juga: Rela Resign, Susan Kini Sukses Jual Seblak Omzet Rp60 Juta Sebulan, 7 Tahun Dagang Bisa Beli Tanah
Sebelum menekuni bisnis produksi kuliner tradisional berbahan baku ketela itu, Budi dan istrinya sempat merantau di Kota Tarakan, Kalimantan Utara sejak 2010 hingga 2018.
Di Tarakan, Budi usaha jualan minyak wangi, sedang istrinya menjadi perawat di RS Pertamina.
Selama di Tarakan, Budi dan istri meninggalkan anaknya di rumah orang tua Budi di Magelang, Jawa Tengah.
"Saya asli Magelang, kalau istri asli Kota Blitar. Ketika anak pertama mulai besar, kami memutuskan pulang ke kampung halaman istri di Kota Blitar," ujarnya.
Setelah pulang kampung, Budi dan istri mulai merintis usaha sendiri. Mereka sudah mencoba beberapa usaha, salah satunya berjualan bawang merah.
Namun, usaha bawang merahnya kurang jalan karena modalnya minim. Pada 2020, Budi akhirnya mencoba memproduksi kerupuk slondok untuk dipasarkan di Kota Blitar.
Kebetulan, di daerah asal Budi di Magelang, Jawa Tengah, banyak produsen kerupuk slondok.
Apalagi, Budi melihat kerupuk slondok belum banyak dipasarkan di wilayah Kota Blitar.
Selain itu, bahan baku produksi kerupuk slondok, yaitu, ketela juga melimpah dan mudah didapat.
Baca juga: Kisah Sukses Pemuda Gresik Bisnis Sepatu Second Branded, Terjual Ratusan Pasang per Bulan: Anak Muda
"Kalaupun ada yang jual kerupuk slondok di Blitar, kualitasnya biasa-biasa saja. Akhirnya, saya memutuskan menjual kerupuk slondok kualitas premium," ujarnya.
Kualitas kerupuk slondok milik Budi memang premium. Ketika dimakan, kerupuk slondok milik Budi renyah tapi lembut dan tidak asam. Rasanya perpaduan gurih, manis, dan pedas.
"Biasanya, kerupuk slondok rasa asamnya kuat. Kalau milik saya seperti tidak ada rasa asamnya. Kalau digoreng juga bisa mekar bagus," katanya.
Usaha kerupuk Slondok milik Budi tidak serta merta langsung besar. Awal-awal produksi, ia hanya mampu menjual 3 kuintal kerupuk slondok.
Berjalannya waktu, usahanya terus berkembang. Permintaan kerupuk slondok semakin banyak.
Ia memasarkan kerupuk slondok di pasar tradisional, toko modern, dan rumah makan di Kota Blitar.
Ia juga memasarkan kerupuk slondok secara online. Lewat pemasaran online, ia akhirnya memiliki pelanggan tetap di luar kota seperti Malang, Surabaya, bahkan sampai Kalimantan.
"Awal-awal produksi, kapasitasnya sekitar 3 kuintal per bulan. Omzetnya masih di bawah Rp 10 juta. Sekarang, produksinya bisa 1 ton sebulan dengan omzet antara Rp 40 juta sampai Rp 50 juta," katanya.
Budi menjual kerupuk slondok mentah dan matang. Untuk kerupuk slondok mentah harga ecerannya Rp 12.000 per kilogram.
Sedang krupuk slondok matang kemasan 75 gram dijual dengan harga Rp 7.000 dan kemasan 100 gram dijual dengan harga Rp 10.000.
Budi mempunyai angan-angan ingin mengekspor kerupuk slondok ke luar negeri. Sekarang, ia sedang belajar standar kualitas ekspor kuliner.
"Saya ada teman juga ekspor makanan ke Arab Saudi. Saya sedang belajar sama teman saya agar bisa ikut ekspor kerupuk slondok ke sana (Arab Saudi," ujarnya.
Budi merasa bersyukur usahanya berkembang. Pilihannya hijrah pulang kampung agar bisa dekat dengan anak ternyata membuka jalan rezeki bagi keluarganya.
Menurut Budi, dalam berbisnis memang dibutuhkan ketekunan dan ketelatenan. Namun, doa juga menentukan dalam berbisnis.
"Namanya bisnis, setelah saya jalani, ternyata faktor teknisnya cuma 5 persen, yang 95 persen lebih banyak ke marketing langit, lebih banyak ke doa serta hubungan baik sama istri dan orang tua. Kalau itu sudah bagus, Insyaallah bisnis apapun jalan," katanya. (Samsul Hadi)
Kisah Sukses Lainnya
Berawal dari keinginan untuk menjaga tradisi budaya dan warisan leluhur, seorang pemuda di Lamongan Jawa Timur, sukses menekuni bisnis jamu tradisional.
Ada berbagai varian jamu yang diproduksi pemuda ini, seperti beras kencur, kunyit asam serta temu lawak dijual dengan memanfaatkan teknologi sebagai upaya mempertahankan jamu di zaman yang modern seperti sekarang.
"Kita ingin mempertahankan jamu tradsional agar tetap ada di tengah-tengah masyarakat," ungkap Aindra Imawan, Senin (10/6/2024).
Aindra Imawan adalah seorang sarjana pertanian yang sejak sejak 2010 hingga kini telah menggeluti bisnis jamu tradisional yang diproduksi di rumah produksi Jalan Wahidin Sudiro Husodo.
Tempat produksi dan etalase jamu ada di jantung kota Lamongan. Namun keberadaannya tidak terkalahkan oleh jamu pabrikan yang diolah dengan mesin modern.
Jamu milik Aindra adalah jamu tradisional yang diproduksi secara tradisional namun tetap higienis.
Aindra bertahan telah mempekerjakan tiga orang karyawan yang bekerja sejak pagi hari mulai melakukan proses pembuatan jamu tradisional dengan resep turun temurun dari sang nenek.
Baca juga: Kisah Sukses Pemuda Lamongan Bisnis Jamu Tradisional, Niat Mulia Jadi Pemicu, Omset Belasan Juta
Menurut Aindra, jamu yang ia produksi ada tiga jenis diantaranya, jamu beras kencur, kunyit asam serta temulawak. Dalam sehari, rata-rata ia mampu menjual 200 hingga 300 botol dengan omset mencapai belasan juta rupiah setiap bulannya.
Untuk harga, masih kata Aindra, mulai dari Rp 8 ribu per botol hingga Rp 15 ribu rupiah per botol. Harga yang masih dalam takaran ramah di kantong.
"Harganya tergantung ukuran kemasan besar kecilnya botolnya," ungkap Aindra kepada Tribun Jatim Network, Senin (10/6/2024).
Indra menambahkan, dengan cita rasa yang khas dan dapat menyehatkan tubuh, tak heran jika pelanggan yang datang mengaku cocok dengan rasanya.
Aindra menyadari, untuk mempertahankan jamu tradisional dari gerusan zaman, ia harus bisa mengikuti perkembangan zaman dengan tanpa meninggalkan resep jamu tradisional.
Di era serba modern ini, ia hanya memanfaatkan kecanggihan teknologi platform digital dalam segi pemasaran dan penjualan.
"Soal rasa dan resep atau komposisi, saya tetap harus mempertahankanya. Dan itu yang menjadi pembeda di era modern ini," ungkap Aindra.
Sebagai anak muda, Aindra mengajak para generasi muda agar bisa melek teknologi dalam memulai bisnis, termasuk melihat peluang bisnis yang sedang ngetrend pada saat ini untuk dijadikan lahan mata pencarian.
Aindra ingin memotivasi para generasi muda untuk tetap bisa mempertahankan olahan jamu tradisional.
Ada banyak rempah-rempah dan tumbuhan yang bisa dikembangkan sebagai bahan dasar jamu tradisional.
Sementara ini ia masih bertahan untuk tiga jenis jamu tradisional beras kencur, kunyit dan temu lawak.
Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com
keripik slondok
Kota Blitar
mantan penjual minyak wangi yang kini juragan
berita viral
kisah sukses
TribunJatim.com
Tribun Jatim
Pemkab Lumajang Siapkan Dana BTT untuk Jika Diminta Dukung Program Makan Siang Gratis |
![]() |
---|
Tebing Sungai di Perum Grand Family Kota Blitar Longsor Satu Rumah dan Musala Terancam |
![]() |
---|
Perumahan Pakunden Permai Kota Blitar Terendam Banjir, Diguyur Hujan Seharian |
![]() |
---|
Kapolda Jatim Luncurkan Benih Jagung Bhayangkara di Blitar, Bisa Hasilkan 10 Ton per Hektar |
![]() |
---|
Kapolda dan Pj Gubernur Jatim Kompak Tanam Jagung Serentak di Lahan 1 Juta Hektare di Blitar |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.