Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Viral

Yudi Terpaksa Tinggal di Kampung Zombie, Hasil Driver Ojol Bikin Tak Mampu Pindah: Kembang Kempis

Nasib Yudi, driver ojol yang memilih bertahan hidup di 'Kampung Zombie' di Cililitan, Kramatjati, Jakarta Timur.

Editor: Torik Aqua
Febryan Kevin/Kompas.com
Yudi, driver ojol yang terpaksa tak bisa pindah dari Kampung Zombie, hidup penuh ketidakpastian saat musim hujan tiba 

TRIBUNJATIM.COM - Nasib Yudi, driver ojol yang memilih bertahan hidup di 'Kampung Zombie' di Cililitan, Kramatjati, Jakarta Timur.

Yudi terpaksa tetap tinggal di rumahnya meski kerap kali rumahnya kebanjiran saat hujan deras.

Memang, kampung tersebut dikenal sebagai daerah yang rawan banjir.

Namun, Yudi dan keluarga terpaksa tetap tinggal meski selalu hidup dalam ketidakpastian.

Baca juga: Ponorogo Kembali Diguyur Hujan Deras, Sejumlah Wilayah Terendam Banjir Lagi, Banjir Ketiga Kalinya

Kampung yang dimaksud tepatnya di RT 06/07 di Cililitan.

Akan tetapi, alasan ekonomi menjadi faktor utama mengapa Yudi memilih tetap tinggal di sana.

“Faktor biaya, kalau saya pindah butuh biaya kontrak, kita kan butuh biaya, buat hidup sebulan butuh biaya,” kata Yadi saat ditemui di rumahnya, dikutip dari Kompas.com.

Bekerja sebagai pengemudi ojek online (ojol), Yadi mengaku merasakan ekonomi yang cukup berat, terutama ketika penghasilannya tidak menentu.

Yudi harus menghidupi tiga anak, istri, dan kedua orang tuanya.

"Saya ojol sekarang saja kembang kempis buat sekarang-sekarang, buat makan sudah alhamdulillah," ujarnya. 

Meski begitu, Yadi sempat tertarik dengan program rumah DP 0 persen yang digagas oleh Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. 

Namun, harapan itu segera kandas karena ada batasan gaji yang tidak bisa dipenuhi. 

“Suami-istri minimal ada penghasilan kalau digabungin Rp 7.000.000, sudah lah saya sudah enggak banyak ngomong kita sudah dengar gitu, buat apa kan kita tanya-tanya lagi, kita langsung mundur,” ungkapnya.

Selain itu, Yudi juga mengaku sempat mencari alternatif rumah susun dengan harga terjangkau, namun sang istri menolak karena merasa berat untuk meninggalkan kampung halamannya yang sudah dianggap sebagai rumah mereka.

“Kalau saya ngajuin rumah susun berarti harus adaptasi lagi kan sama lingkungan baru, istri yang agak berat ini salah satu kampungnya,” tambah Yadi. 

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved