Hilang 3 Hari di Gunung Agung, 2 Pendaki Akhirnya Selamat usai Bertemu Orang Salat, Kaki Patah
Kedua pendaki ditemukan selamat setelah tiga hari hilang di Gunung Agung, Bali.
Penulis: Alga | Editor: Mujib Anwar
TRIBUNJATIM.COM - Tersesat saat mendaki Gunung Agung, dua pendaki yang dilaporkan hilang mengungkap cerita haru.
Mereka ditemukan selamat setelah tiga hari hilang di Gunung Agung, Bali, Jumat (27/12/2024).
Sedangkan laporan hilangnya pendaki diterima Rabu (25/12/2024) malam, pukul 19.00 WITA.
Baca juga: Kini Damai, Dokter sempat Bantah Tuduh Karyawan Pempek Maling HP: Dia Sendiri yang Memviralkan
Hal itu seperti dikatakan Kepala Kantor Pencarian dan Pertolongan Denpasar, I Nyoman Sidakarya.
Berdasarkan laporan yang diterima tim SAR, pendakian dimulai pada Selasa (24/12/2024), pukul 02.00 WITA.
Pendakian tersebut diikuti lima orang, termasuk kedua pendaki yang hilang.
Mereka berhasil mencapai puncak, tetapi terpisah di kawasan Simpang Jodoh pada ketinggian sekitar 2.800 mdpl.
"Tiga orang turun terlebih dulu dan dua orang sampai saat ini belum kembali," ungkapnya kala itu.
Menindaklanjuti laporan tersebut, delapan personel Basarnas dari Pos Pencarian dan Pertolongan Karangasem diterjunkan ke pendakian.
Namun pencarian pada malam pertama tidak dapat dilakukan akibat kondisi cuaca yang buruk.
Pada Kamis (26/12/2024) pagi, tim SAR gabungan memulai pencarian dengan membagi regu menjadi dua.
Satu regu mencari dari kawasan Edelweis, sementara regu lainnya bergerak dari arah timur Edelweis.
Namun pencarian tim SAR masih terkendala dengan cuaca.
"Tim sempat terkendala dengan kondisi cuaca hujan dan kabut tebal," tutur Sidakarya.

Salah satu pendaki ditemukan dalam kondisi memprihatinkan.
Mereka selamat setelah salah satu pendaki bertemu dengan orang yang sedang salat.
Kepala Seksi Operasi SAR dan Kesiapsiagaan Basarnas Bali, I Wayan Suwena mengatakan, pendaki pertama bernama Putu Diki Adi Warta (27) ditemukan di ketinggian 1.300 meter di atas permukaan laut (mdpl).
Pendaki asal Mengwi, Kabupaten Badung, Bali, tersebut bertemu dengan sejumlah warga di jalur pendakian, Jumat, sekitar pukul 09.50 WITA.
"Ketika itu Diki Adi sedang berupaya mencari jalan turun dan kebetulan bertemu dengan orang yang hendak sembahyang," jelasnya, dilansir dari TribunnewsBogor.com, Sabtu (28/12/24).
Regu 2 Tim SAR sejak pagi melakukan pencarian dari Tunggul Besi, segera menuju posisi korban.
Korban dievakuasi hingga tiba di posko pada pukul 10.50 WITA.
Korban menyampaikan pada petugas jika pendaki lainnya yang bernama Ridho Adi Yudistira (22) berada di sekitar aliran sungai dekat air terjun.
Baca juga: Beli Motor Honda PCX Rp40 Juta, Penjual Isi Ulang Galon Bayar Cash Pakai Uang Koin: Nabung 7 Tahun
Dikatakan jika Ridhon mengalami sakit pada bagian kaki sehingga tidak bisa bersama melanjutkan perjalanan.
Ia pun memerlukan bantuan evakuasi.
"Tim SAR gabungan menemukan korban kedua pada pukul 10.45 Wita di ketinggian 1.700 mdpl," lanjutnya.
Ia segera mendapatkan tindakan medis awal karena mengalami cedera kaki.
"Dua orang korban dengan kondisi satu orang kita temukan dalam keadaan sehat selamat dan satu orang lagi dalam kondisi patah kaki," ungkap dia.
Pendaki tersebut dievakuasi ke bawah oleh petugas dengan ditandu.
Proses evakuasi selesai dilakukan pada pukul 13.00 WITA.
Kedua pendaki tersebut lalu dibawa ke Puskesmas Rendang menggunakan ambulans.
Suwena mengungkapkan, Tim SAR gabungan selama proses pencarian sempat terkendala cuaca.
"Kendala itu adalah kendala cuaca dan medan, kabut cepat berubah, cuaca hujan, dan medannya," terangnya.

Beberapa waktu lalu, kisah Naomi Daviola (17), seorang pendaki yang sempat dinyatakan hilang di Gunung Slamet, juga menggegerkan publik.
Pasalnya Naomi akhirnya berhasil ditemukan Selasa (8/10/2024), dalam keadaan selamat.
Selama tersesat, Naomi ternyata mengikuti burung yang menurutnya memandu jalan.
Ya, siapa yang menyangka seekor burung menjadi penolong seorang pendaki remaja yang tersesat di selama tiga hari di Gunung Slamet.
Siswi kelas XII SMK 3 Semarang tersebut mengikuti petunjuk dari burung sebelum ditemukan tim Basarnas.
Hingga akhirnya Naomi bisa bertemu dengan Tim SAR dan bisa kembali ke rumahnya di Kelurahan Karangroto, Kecamatan Genuk, dalam kondisi selamat.
Naomi dapat bertahan hidup dengan mengkonsumsi bekal roti yang tersisa.
Saat ditemukan, Naomi dalam kondisi lemas.
Naomi bercerita, selama tersesat hanya bisa mengikuti pergerakan burung yang seolah-olah memandu jalannya.
Burung tersebut yang menjadi penolong bagi Naomi.
"Kalau burungnya naik, saya ikut naik. Kalau turun, saya ikut turun. Burung itu bahkan berhenti menunggu saya jika saya berdiam diri," kenang dia.
Ia pun memutuskan untuk istirahat karena cuaca tidak memungkinkan sekira pukul 16.00 WIB.
Tak hanya burung, Vio ternyata juga sempat melihat cahaya yang tidak diketahui dari mana.
Pada pukul 20.00, dirinya melihat sorotan cahaya senter.

Namun dia ragu atas asal sorotan cahaya tersebut.
"Sorotan itu manusia atau bukan. Takutnya saya teriak bukan manusia mengganggu sekitarnya."
"Saya memilih tidur dan menunggu pagi," jelasnya.
Pada Selasa pagi, burung tersebut kembali muncul dan membawa Naomi ke pinggir jurang di Gunung Malang.
Saat itulah ia mendengar seseorang memanggil namanya.
Sekitar pukul 10.00 WIB, tim SAR akhirnya menemukannya.
"Begitu melihat petugas SAR berbaju oranye, saya langsung berteriak minta tolong," ujarnya penuh lega.
Tak hanya itu, Naomi mengungkapkan, awalnya berangkat mendaki dari ajakan kegiatan di TikTok dan meninggalkan Semarang pada Sabtu (5/10/2024).
Ia menyebut, hal ini sebagai pengalaman pertamanya mengikuti kegiatan yang diorganisir melalui media sosial.
"Biasanya saya mendaki bersama teman-teman sekolah atau saat acara Pramuka," ujarnya saat ditemui Tribunjateng.com, Rabu (9/10/2024).

Awalnya, perjalanan mendaki Gunung Slamet berjalan lancar.
Namun situasi berubah saat turun dari gunung.
Naomi merasa ditinggalkan oleh rombongannya, yang awalnya terdiri dari tujuh orang.
"Tiga orang dari rombongan kami turun duluan. Saya berada di tengah, tapi ketika melihat ke belakang, dua orang yang semula ada di sana tiba-tiba hilang," tuturnya.
Naomi mendapati jalur yang ia lalui saat turun terasa berbeda, dan ia tidak melewati Pos Plawangan seperti yang dilalui saat naik.
Dirinya justru berakhir di dalam hutan.
Saat di dalam hutan itulah Vio merasa tersesat hingga dirinya bertemu dengan seekor burung yang membawanya bertemu dengan tim SAR.
Selama tersesat, Naomi bertahan hidup dengan bekal roti sobek dan minum dari sumber mata air di hutan.
Ia mengaku tidak memberi tahu orang tuanya bahwa ia akan mendaki Gunung Slamet, dan sekarang ia menyesal atas tindakannya.
"Saya masih ingin mendaki gunung, tetapi mungkin tidak akan diizinkan orang tua lagi," katanya.
Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com
Gerobak Dagangan Penjual Cilok sampai Pecah, Korban Mengaku Dianiaya Preman |
![]() |
---|
Kronologi Ribuan Mahasiswa Kompak Balik Badan saat Wagub Pidato, Kampus Sengaja Undang Pejabat |
![]() |
---|
Tukang Becak Pasrah Rumahnya Rata Tanah yang Ditinggali Selama 51 Tahun, Semua Harta Lenyap |
![]() |
---|
Rombongan 14 Moge Viral Terobos Jalur TransJakarta, Polisi Tegas Beri Tilang ETLE: Tidak Ada Bedanya |
![]() |
---|
Sindiran Ustaz Dasad Latif usai Rekening Isi Dana Masjid Diblokir PPATK: Apa Gunanya Kalian Sekolah |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.