Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Viral

Warga Terjang Sungai Deras Sambil Gotong Motor karena Jembatan Rusak, Sering Viral Pemda Tak Respons

Cerita anggota DPRD melihat warga sebrangi sungai deras sambil gotong motor menjadi perhatian. Dikatakannya, warga terpaksa karena jembatan rusak.

Dok. Elvis Jehama via KOMPAS.com
Elvis Jehama (baju putih), anggota DPRD Manggarai Timur membantu warga gotong motor sebrangi sungai serta menggendong anak dari warga yang tengah menyebrang sungai. 

TRIBUNJATIM.COM - Cerita anggota DPRD melihat warga sebrangi sungai deras sambil gotong motor menjadi perhatian.

Dikatakannya, para warga terpaksa karena jembatan gantung rusak.

Situasi tersebut sudah sering viral namun pemerintah daerah setempat tak pernah merespons.

Kondisi ini terjadi di Desa Gunung Baru, Kecamatan Komba Utara, Manggarai Timur, NTT.

Diketahui cuaca hujan yang terus menerus melanda Manggarai Timur sejak Desember 2024 hingga Januari 2025 menyebabkan banjir di berbagai daerah aliran sungai (DAS).

DAS Waemokel, Desa Gunung Baru, Kecamatan Komba Utara termasuk yang mengalami hal tersebut.

Baca juga: Siswa SD Rela Berenang Seberangi Sungai Arus Deras Demi ke Sekolah, Kades Miris Tak Ada Jembatan

Di tengah kondisi tersebut, Elvis Jehama, anggota DPRD Manggarai Timur, tetap melaksanakan kunjungan kerja untuk mendengarkan aspirasi masyarakat setempat pada Sabtu (11/1/2025).

Dalam wawancara dengan Kompas.com pada Selasa (14/1/2025), Jehama menceritakan pengalamannya saat berkunjung ke kampung Ndozu, Lait, dan Munda di Desa Gunung Baru.

Namun, Jehama menegaskan bahwa hingga kini, aspirasi masyarakat tersebut belum terpenuhi.

"Sebelum Indonesia merdeka hingga saat ini, belum satu pun kerinduan masyarakat yang terjawab oleh Pemerintah Kabupaten Manggarai Timur."

"Jalan belum diaspal, jaringan listrik belum masuk, dan jembatan permanen belum dibangun di DAS Waemokel. Janji penguasa tinggal janji. Realisasinya nol," ungkapnya.

Selama kunjungan, Jehama juga meninjau kondisi jembatan gantung yang dibangun Pastor Stefan Wroz SVD pada tahun 2007.

Elvis Jehama, anggota DPRD Manggarai Timur, NTT membantu masyarakat yang sedang menggotong sepeda.motor.saat.menyeberangi DAS Sungai Waemokel di Desa Gunung Baru, Kecamatan Kota Komba, Kabupaten Manggarai Timur, NTT, Sabtu (11/1/2025).
Elvis Jehama, anggota DPRD Manggarai Timur, NTT membantu masyarakat yang sedang menggotong sepeda.motor.saat.menyeberangi DAS Sungai Waemokel di Desa Gunung Baru, Kecamatan Kota Komba, Kabupaten Manggarai Timur, NTT, Sabtu (11/1/2025). (DOK ELVIS JEHAMA)

Jembatan tersebut sudah tidak layak digunakan sejak 2009 dan kondisinya semakin parah dari tahun ke tahun.

"Sebelumnya, saat jembatan gantung ini masih bagus, masyarakat bisa melintasi di atasnya. Motor pun bisa melintas. Ketika air bah, lalu lintas masyarakat dari dan ke Desa Gunung Baru atau ke Desa Rana Mbata berjalan normal," ujarnya.

Setelah jembatan tersebut rusak, warga terpaksa menyeberangi DAS Waemokel tanpa jembatan permanen, yang berisiko membahayakan nyawa mereka saat musim banjir.

"Situasi ini saya lihat langsung di lapangan. Saya melihat bagaimana warga menggotong kendaraan roda dua melewati DAS Waemokel yang arus sungainya deras sekali." 

"Saya juga melihat ibu dan seorang anak kecil menyeberangi kali Waemokel yang arusnya deras." 

"Saya membantu anak kecil dari ibu itu dengan menggendongnya untuk menyeberangi DAS Waemokel yang sedang banjir. Sungguh-sungguh menyedihkan," tuturnya.

Jehama menyoroti perlunya perhatian pemerintah terhadap pembangunan infrastruktur dasar di Desa Gunung Baru.

"Saya meminta Pemerintah Daerah Kabupaten Manggarai Timur dan seluruh dinas terkait untuk meninjau langsung Desa Gunung Baru dan melihat penderitaan masyarakat lebih dekat agar ada kepekaan hati dalam pemerataan pembangunan di seluruh wilayah Manggarai Timur," ajaknya.

Walaupun kondisi ini telah beberapa kali diberitakan di media, termasuk Kompas.com dan Kompas TV, serta menjadi viral, pemerintah daerah tampak tutup mata terhadap penderitaan rakyat Desa Gunung Baru.

"Setiap tahun, situasi ini viral, tetapi pemerintah tetap tidak merespons," pungkas Jehama.

Kondisi ini mencerminkan ketidakadilan pembangunan yang masih terjadi di wilayah terpencil di Manggarai Timur, dan menimbulkan pertanyaan tentang keberadaan negara dalam memenuhi hak dasar masyarakat.

Elvis Jehama, anggota DPRD Manggarai Timur yang juga Sekretaris.Komisi C dan Ketua Fraksi Nasdem, memyeberangi sungai Waemokel sambil menggendong seorang anak dari satu ibu yang menyeberangi sungai itu, Sabtu (11/1/2025).
Elvis Jehama, anggota DPRD Manggarai Timur yang juga Sekretaris.Komisi C dan Ketua Fraksi Nasdem, memyeberangi sungai Waemokel sambil menggendong seorang anak dari satu ibu yang menyeberangi sungai itu, Sabtu (11/1/2025). (Dok Elvis Jehama)

Sementara itu, kisah Didik Haryadi yang nazar jalan kaki 11 hari dari Jakarta ke Boyolali.

Didik Haryadai merupakan anggota DPRD RI dari fraksi PDI Perjuangan.

Ia mulai jalan kakid dari Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, ke daerah pemilihannya di Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah pada Rabu (1/1/2025).

Rupanya, ini adalah nazar Didik jika memenangi Pemilu 2024 dan menjadi anggota DPR RI.

Saat ini dia jadi anggota Komisi XI DPR RI yang diketuai oleh Muhammad Misbakhun dari partai Golkar.

"Ini adalah janji pribadi saya kepada Allah SWT. Setiap orang pernah berjanji di hadapan Tuhan, dan saya ingin menepati janji itu selama saya masih diberi kesempatan hidup,” ujar Didik dalam keterangan tertulisnya, melansir dari Tribun Jateng.

Didik mengeklaim, janji ini ia penuhi untuk menunjukkan komitmennya memperjuangkan aspirasi masyarakat Boyolali.

Diketahui, Didik mencalonkan diri sebagai anggota legislatif dari daerah pemilihan (Dapil) Jawa Tengah V yang meliputi Kabupaten Boyolali, Klaten, Sukoharjo, dan Surakarta.

Baca juga: Apes Nasib Sopir Kebelet Buang Air Besar, Mobil Malah Tercebur ke Sungai, Lupa Tarik Rem Tangan

Didik lahir di Boyolali, 12 November 1976. Dia warga Dawar anak dari tukang pembuat sapu rayung.

Produk sapu rayung satu di antara hasil kerajinan yang terkenal di desa Dawar, Mojosongo, Kabupaten Boyolali.

"Saya ingin menunjukkan kepada masyarakat bahwa saya siap berkorban dan bekerja keras untuk memperjuangkan aspirasi mereka, meski prosesnya tidak mudah dan penuh tantangan," kata Didik.

Didik menerangkan, perjalanan dari Senayan ke Boyolali diperkirakan menghabiskan waktu 11 hari dengan 11 titik pemberhentian.

Perjalanan Didik rencananya akan berakhir di kantor DPC PDI-P Boyolali.

"Insyaallah nanti kita akan berakhir (finish) di kantor DPC PDI Perjuangan Kabupaten Boyolali. Dan sekali lagi perjalanan ini juga saya berikan sebagai kado terindah di ulang tahun PDI Perjuangan," tuturnya.

Bila dihitung 11 hari perjalanan maka diperkirakan akan tiba di Boyolali 12 Januari 2025.

Dia akan jalan kaki dari Jakarta melewati berbagai kabupaten dan kota di Jawa Barat kemudian menuju Brebes di Jawa Tengah.

"Perkiraan ada 11 pos (pemberhentian), dan kemungkinan maksimal ada di 11 hari (perjalanan), kalau semua lancar. Karena juga tergantung situasi cuaca juga.

"Dan kita sudah punya target 50 km tapi baru smpe 30 km kemudian hujan ini kan di luar perkiraan kita. Dan saya juga sudah menyiapkan tim medis," ucap legislator yang biasa disapa Didik Melon ini.

Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews Tribunjatim.com

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved