Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Viral

Sosok Sarnubi Penghulu Meninggal usai Ijabkan Pengantin Pria, Tak Bergerak saat Tinggal Tanda Tangan

Siapa Sarnubi? Sosok penghulu yang meninggal dunia setelah melakukan ijab kabul dengan seorang pengantin pria, ia tidak bergerak saat tinggal ttd.

Penulis: Ignatia | Editor: Mujib Anwar
Tribunsumsel.com/M Ardiansyah
SOSOK SARNUBI PENGHULU - Petugas P2UKD atau Penghulu Sarnubi ketika melaksanakan akad nikah Ardi dan dan Sri Darmayanti, di Desa Kuala Putian Kecamatan Tanjung Lago Kabupaten Banyuasin, Jumat (7/2/2025). Sarnubi dinyatakan meninggal dunia setelah ramai-ramai dibawa ke puskesmas setempat. 

TRIBUNJATIM.COM - Inilah sosok Sarnubi, seorang penghulu di Kabupaten Banyuasin yang meninggal dunia dalam kesempatan tak biasa.

Sarnubi meninggal dunia dan tertunduk lesu setelah mendengarkan ijab kabul seorang pengantin pria.

Tertunduk lemas dan lesu setelah ijab, warga membawa Sarnubi ke puskesmas terdekat.

Ternyata, setelah datang ke puskesmas diketahui bahwa Sarnubi sudah meninggal dunia.

Awalnya, ramai berita soal penghulu atau P2UKD Kecamatan Tanjung Lago Kabupaten Banyuasin, meninggal dunia usai menikahkan pasangan pengantin di Desa Kuala Puntian Kecamatan Tanjung Lago Kabupaten Banyuasin.

Sebelum kejadian, terlihat penghulu yang diketahui bernama Sarnubi seperti biasa melaksanakan tugasnya untuk menikahkan pengantin yang ada di Desa Kuala Puntian Kecamatan Tanjung Lago Kabupaten Banyuasin, Jumat (7/2/2025), seperti dikutip TribunJatim.com dari TribunSumsel.com, Minggu (9/2/2025).

Dari video yang beredar, terlihat semua prosesi ijab kabul dilaksanakan secara lancar.

Namun, tak lama kemudian setelah prosesi ijab kabul selesai, tiba-tiba Sarnubi tertunduk.

Pengantin pria dan orangtua mempelai serta para saksi masih belum sadar ketika Sarnubi sudah tertunduk di meja. 

Ketika pengantin perempuan akan keluar dari kamar, seorang laki-laki mendekat dan memegang Sarnubi.

Baca juga: Pantas Hartanya Rp3,6 M, Jabatan Ichlas di BUMN Tinggi, Kini Dipecat usai Video Asusilanya Viral

Saat itulah, semua orang yang ada di dalam ruangan akad nikah mengetahui bila Sarnubi sudah meninggal.

Dari informasi yang diterima, warga yang ada di Desa Kuala Puntian Kecamatan Tanjung Lago Kabupaten Banyuasin mengetahui kejadian tersebut. 

Ketika itu, P2UKD atau penghulu Sarnubi menikahkan Ardi dan Sri Darmayanti, di Desa Kuala Putian sekitar pukul 15.30. Baru diketahui Ustas Sarnubi meninggal, setelah ada warga yang memegang Sarnubi karena tidak bergerak sambil tertunduk.

"Dari prosesi semuanya sudah berjalan lancar. Tinggal tanda tangan, tetapi tiba-tiba Ustad Sarnubi ini tertunduk dan tak bergerak lagi," kata Kiman warga Desa Kuala Puntian

PENGHULU MENINGGAL - Petugas P2UKD atau Penghulu Sarnubi ketika melaksanakan akad nikah Ardi dan dan Sri Darmayanti, di Desa Kuala Putian Kecamatan Tanjung Lago Kabupaten Banyuasin, Jumat (7/2/2025).
PENGHULU MENINGGAL - Petugas P2UKD atau Penghulu Sarnubi ketika melaksanakan akad nikah Ardi dan dan Sri Darmayanti, di Desa Kuala Putian Kecamatan Tanjung Lago Kabupaten Banyuasin, Jumat (7/2/2025). (TribunSumsel.com)

Warga yang mengetahui hal tersebut, berupaya memberikan pertolongan dengan membawa Ustad Sarnubi ke bidan terdekat. Namun, setelah dibawa  ternyata Ustad Sarnubi sudah meninggal dunia.

"Tadi sudah di makamkan di pemakaman Desa Kuala Puntian. Karena, beliau merupakan orang Kuala Puntian," pungkasnya. 

Sedangkan dari Kantor Depag Banyuasin Saibi ketika dikonfirmasi membenarkan bila yang meninggal merupakan petugas P2UKD dari Kecamatan Tanjung Lago Banyuasin. 

"Kalau secara kronologis kami tidak tahu pasti. Tetapi, memang beliau P2UKD di Tanjung Lago," katanya singkat. 

Baca juga: Musuh Hotman Paris, Razman Nasution Gebrak Meja Curiga Hakim Tidak Netral: Saya Berani Melawan!

Penghulu lainnya malah totalitas dalam tugasnya menikahkan pasangan.

Viral kisah penghulu terjang banjir lahar dingin semeru demi nikahkan warga.

Penghulu itu bernama Ali Komarifan (35) asal Lumajang, Jawa Timur.

Ia menerjang banjir lahar untuk menikahkan sepasang kekasih di Desa Gondoruso, Kecamatan Pasirian. 

Hal itu terjadi lantaran akses jalan menuju tempat akad nikah terputus setelah Jembatan Limpas Gondoruso rusak akibat diterjang banjir lahar Semeru.

Ali Komarifan merupakan warga Desa Bades, Kecamatan Pasirian.

Ia bersama warga terpaksa menyeberangi Sungai Regoyo yang menjadi tempat mengalirnya lahar hujan Gunung Semeru.

Ali bercerita, kala itu dirinya bertugas bersama Bahaul Abror untuk menikahkan Angga Dwi Asmara (23) dan Misriati (21) di Dusun Liwek, Desa Gondoruso, Kecamatan Pasirian, Rabu (24/4/2024).

Ali mengatakan, saat keduanya mendaftar di KUA, kondisi jembatan masih belum rusak dan belum ada banjir lahar.

Sehingga, kondisi tersebut tidak pernah dibayangkan sebelumnya oleh Ali dan Abror.

"Daftarnya kan sebelum jebol jembatannya, jadi ya enggak kebayang juga mau jebol, tapi waktu hari H ternyata tidak bisa lewat," kata Ali melalui sambungan telepon, Jumat (26/4/2024), melansir dari Kompas.com.

Baca juga: Kata Penghulu soal Pengantin di Ponorogo Bermahar Beras 50 Kilogram saat Tahun Kabisat

Dengan pakaian rapi menggunakan celana panjang berwarna hitam dan kemeja batik, Ali menyeberangi jalur lahar yang alirannya saat itu cukup deras.

Menurut Ali, setelah jembatan rusak, kendaraan roda dua masih bisa melintas di Sungai Regoyo.

Namun, bertepatan dengan hari pernikahan, debit air sedang tinggi dan cukup deras. 

Sehingga, ia harus memarkir kendaraannya dan melanjutkan perjalanan dengan jalan kaki menyeberangi sungai.

Bahkan, Ali harus dibantu oleh dua orang pria yang bertubuh cukup besar.

Mereka memegangi tangan kanan dan kiri Ali. Beberapa kali Ali juga tampak melompat demi menghindari derasnya aliran.

Baca juga: Kisah Penghulu di Mojokerto saat Musim Kawin, Berangkat Subuh dan Pulang Malam: Capek, Tapi Dijalani

Sesampainya di seberang, keluarga pengantin pria sudah menunggunya dan langsung mengantar Ali ke tempat pernikahan.

"Ya basah semua, airnya itu diatasnya lutut, tapi sampai sana dipinjami pakaian oleh keluarga," lanjutnya.

Saat melintasi aliran banjir lahar, Ali mengungkap, perasaannya campur aduk. Ia terus menerus melantunkan doa agar diberi keselamatan.

Menurutnya, momen tersebut adalah kali pertama sejak ia bertugas di KUA. Ali khawatir berkas-berkas pernikahan pengantin rusak terkena air.

"Ya campur aduk, pokoknya doa terus, takut jatuh terus berkasnya rusak. 

Tapi Alhamdulillah selamat, berkasnya juga aman acara pernikahan lancar," kata dia.

Sementara itu, Kepala Kemenag Kabupaten Lumajang Muhammad Muslim mengapresiasi kinerja Ali dan Abror.

Menurutnya, hal ini merupakan bentuk tanggung jawab menjalankan tugas apa pun kondisinya.

Meski begitu, Muslim mengimbau, para petugasnya untuk tetap berhati-hati saat menjalankan tugas. 

Khususnya di daerah-daerah rawan bencana.

"Ini adalah konsekuensi tugas karena tidak boleh kita membatalkan acara pernikahan, jadi kami minta para petugas untuk tetap berhati-hati," jelas Muslim.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved