Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Ramadan 2025

Tradisi Haul Sendangduwur di Lamongan Digelar Jelang Ramadan, Cara Pertahankan Budaya Lokal

Haul Sunan Sendang ke-440 juga dalam rangka menjelang pelaksanaan ibadah puasa di Bulan Ramadan 2025 diisi dengan merawat tradisi budaya lokal.

Penulis: Hanif Manshuri | Editor: Sudarma Adi
ISTIMEWA/Disparbud Lamongan
HAUL SENDANGDUWUR LAMONGAN - Ruwahan Sendangduwur tahun ini kembali digelar dengan memunculkan beragam budaya khas Sendangduwur Lamongan. Event diawali dengan Bazar UMKM, pameran sejarah & budaya, sedekah kuliner, pawai budaya, juga drama kolosal  dibalik keajaiban sumur jangkang yang tersimpan kisah tentang harmoni,konflik dan keputusan besar yang mengubah segalanya 

Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Hanif Manshuri

TRIBUNJATIM.COM, LAMONGAN - Haul Sunan Sendang ke-440 juga dalam rangka menjelang pelaksanaan ibadah puasa di Bulan Ramadan 2025 diisi dengan merawat tradisi budaya lokal.

Rangkaian event ini diawali dengan Bazar UMKM, pameran sejarah & budaya,sedekah kuliner, pawai budaya, juga drama kolosal di balik keajaiban sumur jangkang,tersimpan kisah tentang harmoni, konflik dan keputusan besar yang mengubah segalanya.

Menjadi salah satu event tahunan di Kabupaten Lamongan, Ruwahan Sendangduwur tahun ini kembali digelar dengan memunculkan beragam budaya khas Sendangduwur Lamongan

Dalam kegiatan yang dilaksanakan hari Senin 10 Februari ini berbagai kesenian, kuliner, sejarah, budaya.

Haul Sunan Sendang Ke-440 juga dalam rangka menjelang pelaksanaan ibadah puasa di Bulan Ramadhan. 

Baca juga: PMK di Lamongan Mereda, Disnakeswan Berencana Buka Kembali Pasar Hewan

Salah satu tradisi menjelang bulan Ramadan  ini  masih lestari hingga kini adalah ruwahan. Tradisi ruwahan yang bahkan menjadi salah satu agenda tahunan di Lamongan adalah Ruwahan Sendangduwur yang digelar secara meriah.

Dan salah satu hidangan yang biasanya menyertai ruwahan ini adalah kupat dan lepet serta jajanan desa yang mewarnai sajian ruwahan.

Salah seorang pemerhati budaya Lamongan, Navis Abdul Rouf membenarkan jika tradisi ruwahan di Lamongan masih tetap hidup dan lestari.

Biasanya, Ruwahan di Lamongan berbarengan dengan malam nisfu syaban. 

Di Lamongan, ketupat dan lepet menjadi salah satu sajian yang biasanya selalu ada saat ruwahan atau saat malam nisfu syaban. Keberadaan kupat (ketupat, jawa) dan lepet (jawa) mengandung makna yang dalam. 

Ketupat atau dalam Bahasa Jawa kupat berarti ngaku lepat atau mengakui kesalahan. Sehingga ketupat menjelang bulan Ramadan merupakan simbol ungkapan maaf. 

"Serta agar mampu menjalankan ibadah puasa maupun lainnya dengan khusyuk," kata Navis Abdul Rouf saat berbincang dengan wartawan, Kamis (13/2/2025). 

Baca juga: PSKC Cimahi vs Persela Lamongan, Fabien Garcia Absen, Kekuatan Laskar Joko Tingkir Terancam Pincang

Menurut Navis, tradisi ketupat di malam Nisfu Sya’ban menjadi simbol ungkapan maaf masyarakat kepada Sang Pencipta maupun sesama. Sekaligus tradisi agar bisa menjalankan ibadah puasa ramadan dengan khusyuk. 

"Ini adalah sebuah kebiasaan turun-temurun yang masih lestari hingga kini," ungkapnya. 

Sumber: Tribun Jatim
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved