Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Viral

18 Tahun Mengajar di Pelosok, Guru Honorer Sindir Prabowo Soal Kesejahteraan & Gaji: Bukan Basa-basi

Ia menyampaikan kritikan soal kurangnya perhatian pemerintah terhadap guru yang telah lama mengabdi di pelosok.

Penulis: Alga | Editor: Mujib Anwar
TikTok/dprconnect
GURU HONORER SINDIR PRESIDEN PRABOWO - Tangkapan layar unggahan akun TikTok @dprconnect, Rabu (12/5/2025). Seorang guru honorer di pelosok Jambi menyampaikan keluh kesah kepada anggota dewan. 

TRIBUNJATIM.COM - Sampaikan kritik kepada Presiden Prabowo Subianto, seorang guru honorer asal Jangkat, Kabupaten Merangin, Jambi, jadi sorotan.

Ia menyampaikan kritikan soal kurangnya perhatian pemerintah terhadap guru yang telah mengabdi di pelosok desa hingga belasan tahun.

Wanita tersebut juga menyinggung soal program Makan Bergizi Gratis (MBG) dari Prabowo.

Baca juga: Pemuda Perbaiki Sendiri Jalan Rusak Pakai Donasi Warga, Kesal Respons Pemerintah Lamban: Inisiatif

Diketahui, curahan hatinya tersebut viral di sosial media TikTok yang diunggah akun @dprconnect pada Senin (10/3/2025).

Dalam unggahan tertulis keterangan berikut, "Sindir Presiden Prabowo dan Partai Gerindra wanita asal Jambi ceritakan guru yang mengajar di pelosok desa 18 tahun menjadi Honorer".

Tidak diketahui lebih jelasnya dimana wanita tersebut menyampaikan isi hatinya.

Namun berdasarkan penyampaiannya, diduga ia berada dalam rapat dengar pendapat bersama DPRD Provinsi Jambi.

Tidak diketahui kapan pastinya rapat tersebut digelar, namun video tersebut diunggah pada Senin.

Dalam video tersebut, awalnya dia menyampaikan salam kepada Gubernur Jambi, Al Haris.

Seharusnya, kata dia, kedatangannya ke Kota Jambi untuk beraudiensi dengan Gubernur Al Haris.

"Jadi saya dari Jangkat bukan untuk jalan-jalan," katanya, dilansir dari Tribun Jambi, Rabu (12/3/2025).

Dia kemudian menanyakan anggota dewan yang berasal dari fraksi Gerindra yang hadir pada rapat dengar tersebut.

"Adakah yang dari fraksi Gerindra bapak yang hadir malam ini?" tanya wamita dalam video.

Di sana diketahui hadir seorang yang dipanggilnya bernama Edminudin yang merupakan anggota Komisi IV DPRD Provinsi Jambi dengan Dapil IV, Kabupaten Kerinci dan Kota Sungai Penuh.

Foto tenaga honorer dan ASN di Sarolangun. Guru honorer di pelosok daerah Jambi menyampaikan keluh kesah kepada anggota dewan.
Foto tenaga honorer dan ASN di Sarolangun. Guru honorer di pelosok daerah Jambi menyampaikan keluh kesah kepada anggota dewan. (Tribun Jambi/Abdullah Usman)

Wanita tersebut lalu mengungkapkan bahwa dia merupakan asli warga Kabupaten Kerinci, tepatnya di Penawar.

Dia kemudian menjelaskan alasannya menanyakan adanya fraksi dari Partai Gerindra.

"Yang memimpin rapat RDP (DPR RI) bersama KemePAN RB dan BKN itu adalah Pak Bahtera Banong, fraksi Gerindra dari Sulawesi."

"Artinya apa? Bapak itu juga di bawah pimpinan Presiden Prabowo," ucapnya.

Dia mengungkapkan telah berupaya menghubungi Bahtera Banong melalui WhatsApp dan telepon, namun tidak mendapatkan respons.

"Sudah saya WA, sudah saya telepon, tapi tidak ada respons, karena siapalah saya, cuma honorer di pelosok negeri ini," ucapnya.

Baca juga: Tampung 15 Anak Kurang Mampu di Rumahnya, Adib sampai Jual Maskawin Istri: Cuma Makan Seadanya

Meski demikian, dia meminta kepada Edminudin agar menyampaikan salam kepada Presiden Prabowo.

Sebab pemilihan presiden pun sampai ke pelosok negeri.

"Jadi tidak ada salahnya kita meminta, memohon kepada Bapak Presiden kita, untuk mendengarkan aspirasi kita malam ini," ucapnya.

Pada kesempatan itu, dia juga mengutip pidato Presiden Prabowo saat pelantikan 961 kepala daerah, beberapa waktu lalu.

Pidato tersebut mengingatkan para kepala daerah untuk mengabdi pada masyarakat, sebab dipilih oleh rakyat.

Sehingga diingatkan tentang kewajiban untuk memperbaiki kehidupan rakyat.

"Honorer di Provinsi Jambi ini adalah bagian dari rakyat Indonesia, rakyat Jambi yang harus diperbaiki kehidupan," tegasnya.

"Bukan basa-basi pak, bukan sekedar omong-omong. Kami datang ke pelosok untuk apa datang ke sini? untuk mendapatkan kesejahteraan."

Ia juga menyinggung soal program MBG yang belum sampai ke daerahnya, hingga saat ini.

"Sampai hari ini mungkin program Makan Begizi Gratis belum banyak sampai ke daerah, termasuk  ke daerah kami," ujarnya.

"Semiskin-miskinnya kami, kami rasa masih sanggup memberi makan gratis anak kami, walaupun standar gizi belum penuh."

"Tetapi jauh kami memikirkan bagaimana dengan nasib pendidikan anak kami, kalau kami sarjana hendaknya anak kami bisa magister," paparnya.

Ia pun meminta kesejahteraan untuk guru honorer lewat P3K.

Guru honorer juga meminta gaji dibayar tiap bulan, bukan per tiga bulan.

Baca juga: Bantah Guru Dapat THR Rp9 Juta dari Iuran Orang Tua Murid, Kepsek SD Negeri: Kami Suruh Kembalikan

Unggahan ini pun menuai beragam komentar dari netizen.

"otak ibu honorer ini lebih cerdas dari anggota dewan"

"terimakasih ibu sudah mewakili suara kami saya R3 Lampung .... ini baru menyala"

"ibuuuuuuuuu sy nangis denger ibu,makasi banyak buk,makasi banyak udh ungkapkan perasaan kami buk"

"PAK PRABOWO YG TERHORMAT ANGKAT LAH IBU INI JADI PNS LEWAT ROGULASI BAPAK AJA....sdh 15th mengabdi honor."

"luar biasa public speaking ibu ini... sangat jelas, runut dan cerdas dan tepat sasaran.. pak wapres bisa gak ya, ngomong kayak gini..?"

Sebelumnya, kisah seorang guru honorer di Kabupaten Sikka, NTT, yang harus berjalan kaki sejauh enam kilometer melewati hutan untuk ke sekolah, juga jadi sorotan.

Guru bernama Vinsensia Ervina Talluma (32) tersebut harus menempuh jarak sejauh enam kilometer atau selama tiga jam ke sekolah.

Setiap kali mengajar, ia harus melewati hutan dan melintasi sungai.

Vinsensia Ervina Talluma merupakan guru honorer yang mengajar di SDK 064 Watubala di Desa Wairterang, Kecamatan Waigete, Kabupaten Sikka, NTT.

Sejak menjadi guru honorer pada 5 Februari 2024, setiap harinya ia harus menempuh perjalanan enam kilometer ke sekolah.

Dengan hati tulus, dirinya mengajar anak-anak di dusun terpencil yang merupakan sekolah jarak jauh dari SDK 064 Watubala.

Di sekolah jarak jauh Wairbukang dari SDK 064 Watubala ini terdapat delapan siswa kelas satu yang belajar.

Mereka belajar di bawah pondok bekas bangunan mahasiswa kuliah kerja nyata (KKN) yang sebelumnya digunakan untuk taman baca.

Sementara itu, untuk kelas 2-6 harus menempuh perjalanan 6 kilometer ke sekolah induk di SDK 064 Watubala di Desa Wairterang, Kecamatan Waigete.

Setiap pagi, Ervina berangkat ke sekolah pada pukul 06.30 WITA, agar sampai ke sekolah tepat waktu.

Perjalanan panjang dari rumah ke sekolah melewati hutan, mendaki bebatuan, dan kadang harus menyeberang kali apabila terjadi banjir.

Di saat musim hujan, anak-anak diberi tugas dan belajar di rumah karena akses ke sekolah tidak bisa dilalui.

"Jalan kaki menuju sekolah ini enam kilometer jaraknya, dengan melewati hutan, kali, dan melewati bebatuan," katanya.

Meski demikian, Ervina hanya diberi gaji 300 ribu per bulan.

Vinsensia Ervina Talluma (32) seorang guru honorer di SDK 064 Watubala di Desa Wairterang, Kecamatan Waigete, Kabupaten Sikka, NTT, berjalan kaki sejauh tiga kilometer ke sekolah
Vinsensia Ervina Talluma (32) seorang guru honorer di SDK 064 Watubala di Desa Wairterang, Kecamatan Waigete, Kabupaten Sikka, NTT, berjalan kaki sejauh enam kilometer ke sekolah (POS-KUPANG.COM/ARNOLD WELIANTO)

Rinciannya yakni dari komite dibayar Rp150 per bulan dan dari dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) sebesar Rp150 ribu sebulan.

Kondisi gaji 300 ribu per bulan ini, kata Ervina tidak mencukupi biaya hidup sehari-hari.

Apalagi dirinya juga sudah berkeluarga. 

Dengan kondisi gaji demikian, Ervina mencari alternatif pendapatan lain seperti berjualan sembako di rumah.

"Gajinya itu dari Komite dikasih dengan Rp150 ribu per bulan. Terus dari dana BOS dapat Rp150 ribu per bulan, jadi digabung Rp300 ribu," beber Ervina.

"Kalau kondisi seperti ini untuk kami yang sudah berkeluarga memang sangat tidak cukup."

"Tapi mau bagaimana demi anak-anak, tugas kami tetap jalankan seperti biasanya," ujarnya kepada Pos Kupang, Rabu (26/2/2025).

Sejak menjadi guru honorer, Ervina yang berlatar belakang guru pendidikan guru sekolah dasar (PGSD) ini hanya punya satu komitmen hanya untuk mencerdaskan anak bangsa. 

Ia mengaku belum mengetahui pemotongan anggaran untuk pendidikan di Kabupaten Sikka NTT.

Ervina hanya berharap kepada pemerintah untuk memperhatikan kondisi sekolah jarak jauh Wairbukang dari SDK 064 Watubala, meliputi perbaikan gedung sekolah, alat tulis, dan akses jalan.

Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved