Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Viral

Afrianus Anak Yatim Piatu Sakit Tumor Ganas usai Jatuh Main Bola, Kaki Diamputasi dan Butuh Bantuan

Pilu kisah Afrianus Ronal (10), anak yatim piatu yang idap tumor ganas dan kini butuh bantuan. Afrianus sakit tumor ganas usai jatuh saat main bola.

Penulis: Ani Susanti | Editor: Mujib Anwar
Kompas.com/Nansianus Taris
SAKIT TUMOR GANAS - Sosok Afrianus Ronal (10), seorang anak yatim piatu asal Wangkung, Desa Pota, Kecamatan Boleng, Kabupaten Manggarai Barat, NTT idap tumor ganas dan kakinya diamputasi. Penyakit ini berawal saat ia jatuh main bola. Kini keluarga harapkan bantuan dari pemerintah untuk berobat. 

TRIBUNJATIM.COM - Pilu kisah Afrianus Ronal (10), anak yatim piatu yang idap tumor ganas dan kini butuh bantuan.

Afrianus sakit tumor ganas usai jatuh saat main bola.

Afrianus merupakan warga Wangkung, Desa Pota, Kecamatan Boleng, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Setelah kehilangan kedua orang tuanya, Afrianus mengidap penyakit tumor ganas yang mengharuskan kaki kirinya diamputasi pada 4 Maret 2025.

Paman Afrianus, Albertus, menerangkan bahwa ayah Afrianus meninggal dunia saat Afrianus berusia enam tahun, sementara ibunya menyusul dua tahun kemudian setelah kelahiran adik laki-lakinya.

Sejak saat itu, Afrianus dan adiknya diasuh oleh kakek dan neneknya, Tarsisiun Panda dan Martina Gima.

Melansir dari Kompas.com, Albertus menceritakan bahwa penyakit Afrianus berawal pada September 2024 saat ia bermain bola dan jatuh.

Kaki kirinya mengalami keseleo, yang kemudian membengkak.

"Pada suatu hari Afrianus kembali jatuh, kaki kirinya jadi bengkak," ungkap Albertus saat ditemui di Labuan Bajo, Jumat (14/3/2025) pagi.

Baca juga: Nasib Pelawak Idap Tumor Usus Dikira Cuma Asam Lambung, Gemetar Tahu Ramalan Roy Kiyoshi

Pada 14 Januari 2025, Albertus membawa Afrianus ke Rumah Sakit Siloam untuk mendapatkan perawatan medis.

Di rumah sakit tersebut, dokter melakukan tindakan dengan menyedot darah kotor dari lutut Afrianus. 

Setelah menjalani perawatan, Afrianus diizinkan pulang pada 16 Februari 2025.

Namun, kondisinya terus memburuk, dan pada 27 Februari, dokter memutuskan untuk melakukan amputasi.  

"Adik Afrianus pasrah harus kehilangan kaki kirinya. Tapi ia begitu kuat, tak mau meninggalkan adiknya untuk melalui hidup sendirian," kata Albertus. 

Setelah menjalani amputasi, Afrianus diizinkan pulang ke rumah pada 4 Maret 2025.

Meski sudah kembali ke rumah, Afrianus kini membutuhkan bantuan dari pemerintah dan masyarakat untuk mendukung kehidupannya dan sang adik. 

"Harus beli alat bantu supaya Afrianus bisa tetap sekolah," ungkap Albertus. 

Baca juga: Bupati Mas Dhito Datangi Rumah Anak yang Idap Tumor Otak di Kediri, Telpon Dinsos untuk Fasilitasi

Saat ini, keluarga Afrianus merencanakan pertemuan untuk mengajukan permohonan bantuan biaya perawatan kepada pemerintah daerah melalui Dinas Sosial. 

"Kami ada rencana buat pertemuan dengan keluarga supaya hal ini kami laporkan ke Dinas Sosial." 

"Karena memang benar sekali kami butuh biaya untuk proses pembelian sepatu dan perlengkapan lain dari rumah sakit agar dia bisa berjalan," ujar Albertus. 

Albertus berharap pemerintah dapat mendengar keluh kesah keluarga mereka. 

"Harapannya kalau nanti kami ajukan ke pihak pemerintah, mudah-mudahan pemerintah bisa dengar keluh kesah kami masyarakat," harapnya.

Sementara itu, hidup La Haji yang derita kanker ganas puluhan tahun ini juga nelangsa.

Ia tak bisa makan karena tidak memiliki mulut.

Sebab wajahnya telah digerogoti penyakitnya yang ia idap puluhan tahun tersebut.

La Haji merupakan warga Kelurahan Tatae, Kecamatan Duampanua, Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan.

La Haji diketahui mengidap kanker mata stadium akhir.

La Haji hanya bisa menerima bantuan dari warga sekitar.

Penyakit kanker mata yang diidapnya telah menggerogoti wajah La Haji.

Sehingga La Haji kini tidak memiliki mulut. 

Untuk makan saja, La Haji hanya bisa menelan makanan.

Baca juga: 10 Tahun Lalu Divonis Idap Tumor Otak, Anak Artis Kini Sukses Jadi Pembalap, Ibu sempat Khawatir

Diketahui juga, La Haji hidup sebatang kara.

Ia menumpang di teras rumah mantan istrinya yang kini merantau di Malaysia.

Di teras rumah itulah, La Haji tidur dan memasak untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Kondisi La Haji kini sangat memprihatinkan. 

Tak mampu membeli obat, La haji hanya diberi obat penghilang rasa nyeri dari warung oleh tetangganya jika ia mengeluh sakit pada wajahnya.

"La Haji tinggal sendiri, masak sendiri, cuci sendiri. Sudah lama puluhan tahun," ujar Abdullah, tetangga La Haji, dikutip Tribun Jatim dari tayangan YouTube Kompas TV, Selasa (17/9/2024), via kompas.tv.

Penyakit kanker diketahui sudah puluhan tahun ia rasakan, tanpa bantuan pemerintah Kabupaten Pinrang.

Bahkan untuk makan sehari-hari saja ia hanya bisa berharap pada bantuan dari warga sekitar.

La Haji kini hanya bisa berharap, agar bisa mendapat bantuan baik bantuan pengobatan maupun bantuan pangan untuk kebutuhan sehari-hari.

Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved