Berita Viral
4 Hal yang Bikin Azealia Banks Sebut Indonesia 'Tong Sampah' Dunia, Minta Elon Musk Tak Berfantasi
Azalea Banks rapper asal Amerika Serikat mengungkapkan ada 4 hal yang bikin dirinya sebut Indonesia sebagai 'Tong Sampah' milik dunia.
Penulis: Ignatia | Editor: Mujib Anwar
TRIBUNJATIM.COM - Ada 4 hal yang bikin rapper asal Amerika Serikat, Azealia Banks melabeli Indonesia dengan 'tempat sampah dunia'.
Belakangan seperti diketahui penyanyi dan rapper asal Amerika Serikat, Azealia Banks, tengah viral di platform X pada Sabtu (12/4/2025).
Viralnya Azealia Banks terjadi lantaran cuitannya di X yang menyebut Indonesia sebagai “tempat sampah dunia.”
Azealia Banks sebenarnya mengaku enggan mengatakan hal tersebut, namun menurutnya, itu adalah fakta yang perlu disampaikan.
“Indonesia adalah tempat sampah dunia. Benci untuk mengatakannya, tetapi Indonesia adalah tempat yang tercemar polusi seperti halnya India,” tulis Azealia Banks, dikutip Kompas.com, Sabtu (12/4/2025).

Belakangan terungkap beberapa hal yang dinilai Azaealia Banks sangat cocok membuat Indonesia dijuluki tempat sampah.
- Makanan
Azealia Banks menyatakan dirinya tidak ingin menyantap makanan yang berasal dari Samudera Hindia.
“Saya tidak akan secara sadar makan apa pun yang ditangkap dari lautan India,” tulisnya lagi.
Makanan yang berasal dari Samudera Hindia seperti Indonesia dan India menjadi makanan yang penuh dengan rempah dan cita rasa yang kuat.
- Kesehatan masyarakatnya
Lebih lanjut, ia mengkhawatirkan kondisi kesehatan masyarakat Indonesia akibat pencemaran yang disebabkan oleh limbah global.
“Komplikasi kesehatan masyarakat Indonesia karena dunia mengirimkan sampahnya ke sana akan menyebabkan berkurangnya tenaga kerja dalam 200 tahun ke depan,” tulis Azealia Banks.
- Tenaga Kerja Berkurang
Akibat kondisi kesehatan yang semakin buruk, menurut Azealia dalam 200 tahun ke depan tenaga kerja di Indonesia sudah tak ada.
Ia mengungkapkan hal itu berdasarkan karena dunia kerap mengirimkan sampahnya ke Indonesia.
“Komplikasi kesehatan masyarakat Indonesia karena dunia mengirimkan sampahnya ke sana akan menyebabkan berkurangnya tenaga kerja dalam 200 tahun ke depan,” tulis Azealia Banks.
- Butuh bantuan besar
“Indonesia membutuhkan bantuan besar,” tambah Azealia Banks.
Azealia Banks juga menyinggung Elon Musk yang berencana memindahkan manusia ke Mars.
Menurutnya, daripada memindahkan manusia, lebih baik limbah dunia yang dikirim ke sana.
“Gali semua sampah dari laut dan kirimkan sampah itu ke Mars, jangan mengirim orang ke sana, seperti WTF? Berhentilah dengan fantasi bodoh dan berhentilah membuang-buang waktu orang untuk membicarakan eksplorasi ruang angkasa,” ujar Azealia Banks.
Lantas siapakan sosok Azealia Banks tersebut?
Baca juga: Tiap Hari Mulung Hanya Dapat Rp 10 Ribu, Saduni Santai Pakai Baju ASN Hasil Nemu di Tempat Sampah
Dikutip dari Tribunnews, Azealia Bank dikenal sebagai penyanyi sekaligus rapper asal Amerika Serikat.
Ungkapan Azealia Banks yang viral itu bermula saat dia menyebut negara Meksiko memiliki gadis yang kuat.
Sejarah dan kerajaan di Meksiko membuat Azealia Banks menyebut hal itu.
Namun ada warganet yang menyinggung Meksiko tak ada apa-apanya dibandingkan gadis Indonesia.
"Indonesia memiliki potensi/pengaruh yang jauh lebih besar dan jauh lebih penting daripada gadis Meksiko. Entahlah bagaimana Anda tidak bisa melihat ini," tulis warganet.
Meski disebut sebagai negara tong sampah, masyarakat Indonesia sendiri sebenarnya sudah memulai memikirkan mengolah limbah.
Misalnya saja seperti desa satu ini
Selama 16 tahun warga Dukuh Pesalakan, Desa Adiwerna, Kecamatan Adiwerna, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, tak pernah beli gas elpiji.
Rupanya hal itu juga karena warga desa yang sudah turun temurun menjadi perajin tahu kuning.
Mereka pun memanfaatkan bahan bakar lain hingga bisa hemat cuma bayar Rp15 ribu sebulan.
Sudah 16 tahun terakhir sejak 2008, perajin tahu di Dukuh Pesalakan berhasil mengolah limbah tahu menjadi energi terbarukan berupa biogas.
Bahkan banyak warga yang saat ini tidak menggunakan tabung gas elpiji, melainkan menggunakan gas dari limbah tahu.
Diketahui, satu rumah produksi tahu dalam seharinya bisa mengolah 100 hingga 150 kilogram kedelai.
Limbah tahu yang baunya cukup menyengat tersebut sempat menjadi permasalahan bagi warga desa tetangga.
Warga setempat, Ranito (50) mengatakan, limbah tahu warga sebelumnya dibuang ke sungai hingga menyebabkan bau yang tidak sedap.
Dampaknya, banyak warga dari desa sekitar yang merasa jengkel.
Tetapi setelah limbahnya diubah menjadi biogas, baunya hilang dan gas yang dihasilkan bisa untuk memasak.
"Saya sejak 2008 belum pernah beli tabung gas elpiji," katanya, Selasa (13/8/2024).
"Untuk warga hemat juga, sebulan hanya membayar Rp15 ribu," imbuh Ranito.
Perajin tahu, Rumiyati (45) mengatakan, Dukuh Pesalakan menjadi sentral produksi tahu sudah turun temurun, dia pun melanjutkan usaha milik orang tua.
Dalam sehari, ia bisa memasak 10 kali hingga 60 kilogram kedelai.
Baca juga: Sudah 13 Tahun Dewi Jarang Beli Gas Elpiji, Masak Pakai Bahan Bakar Lain, Hemat Rp720 Ribu Setahun
Menurutnya, keberadaan limbah tahu mengganggu lingkungan karena baunya sangat menyengat.
"Dulu dibuang di selokan belakang rumah, jadi baunya menyengat."
"Alhamdulillah sekarang ada salurannya sendiri, jadi aman," ungkapnya kepada Tribun Jateng.
Limbah dari perajin tahu yang berjumlah sampai 200 rumah produksi tersebut disalurkan melalui pipa-pipa khusus atau Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) di bawah tanah.
Saluran ini terpusat di rumah pengolahan yang memiliki empat biodigester dan berdiri di lahan seluas 700 meter persegi.
Penanggung jawab rumah biodigester, Rosikin (52) bercerita, pembuatan IPAL pengolahan limbah tahu menjadi biogas ini sejak 2008.
Sebelumnya limbah tahu dibuang ke belakang rumah, ada kolam yang dibuat oleh masing-masing perajin tahu.
Karena baunya menjadi masalah, sempat ada rencana pembuangan limbah melalui Sungai Gung yang melintasi Desa Kalimati.
Tetapi warga di desa tersebut tidak mengizinkan hingga terjadi keributan.
"Akhirnya dari pemerintah saat itu bekerja sama dengan UGM buat biogas. Maka sejak 2008 sampai sekarang, alhamdulillah masih berfungsi baik," ujarnya.

Rosikin menjelaskan, saat ini pengolahan dan perawatan sepenuhnya sudah diserahkan ke warga Dukuh Pesalakan.
Manfaatnya banyak dirasakan warga, dari limbah yang baunya menyengat justru bisa menjadi gantinya gas elpiji.
Masyarakat juga lebih hemat dengan cukup membayar Rp15 ribu per bulan dan bisa menggunakan setiap hari.
Selain itu, limbah tahu yang sudah melalui proses biogas saat keluar sungai sudah tidak memiliki bau apapun.
"Jadi penyaringan-penyaringan di biodigester itu saat keluar sudah tidak menyengat, baunya benar-benar hilang," jelasnya.
Rosikin mengatakan, dulu warga yang bisa menggunakan biogas dari limbag tahu ini bisa sampai 60 rumah.
Saat ini tinggal di sekitar rumah biodigester saja sekitar 25 rumah, karena terdampak proyek pembangunan jalan tol.
Dia berharap, ke depannya rumah biodigester ini mendapatkan perhatian dari pemerintah daerah atau instansi pemerintah terkait, sehingga jaringannya bisa diperluas dan dapat dimanfaatkan masyarakat.
"Harapannya ke depan, kami ingin ada pencerahan dari pemerintah terkait penyaluran air limbah ke IPAL.
Kami ingin punya instalasi yang lebih bagus supaya tidak terhambat di penyalurannya," harapnya.
Baca juga: Cerita Hendri Pria dari Jombang, Bergelut dengan Kotoran Sapi Dapatkan Biogas Pengganti Gas LPG
Sebagai informasi, biogas adalah salah satu jenis energi alternatif yang dapat menggantikan penggunaan bahan bakar fosil.
Dilansir dari Youmatter, biogas adalah jenis bahan bakar nabati yang dihasilkan dari penguraian bahan organik yang dilakukan secara alami.
Saat bahan organik terpapar lingkungan kedap oksigen, maka campuran gas didalamnya akan terbebas.
Gas yang paling banyak dilepaskan pada proses ini adalah gas metana sebesar 50-75 persen, bergantung pada jumlah karbohidrat yang terdapat pada campuran bahan organik dan karbon dioksida.
Proses ini juga menghasilkan gas lainnya namun dalam jumlah yang lebih kecil.
Dikarenakan proses produksi biogas ini terjadi secara anaerob, yaitu tanpa paparan oksigen, sehingga terjadi proses fermentasi yang memecah rantai pada bahan organik.
Proses pemecahan ini menjadikan bahan organik yang semula limbah menjadi sumber energi.
Sumber energi ini dapat digunakan untuk memanaskan, mendinginkan, memasak, atau bahkan memproduksi listrik.
Mirna Terjerat Pinjol Demi DP Mobil Imbas Gengsi, Cicilan dari Rp3 Juta Jadi Rp60 Juta dalam 4 Bulan |
![]() |
---|
Ibu Tiri Tak Diundang ke Pernikahan Anak yang Sudah Dirawatnya 23 Tahun, Alasannya Bikin Suami Heran |
![]() |
---|
Jamaludin Berenang ke Singapura Demi Kerja Serabutan, Gaji di Indonesia Tak Cukup |
![]() |
---|
Sosok Anggota DPRD yang Minta Maaf Setelah Ucapkan 'Rampok Uang Negara dan Habiskan', Kini Dipanggil |
![]() |
---|
Kekayaan Hasan Nasbi Mantan Kepala PCO yang Kini Ditunjuk Jadi Komisaris Pertamina |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.