Berita Viral
Alasan Prakas Bos India Gilir Salat Jumatan Karyawannya, Beri Gaji Cuma Rp2,5 Juta Tapi Kerja 12 Jam
Sikap bos yang semena-mena ke karyawan terjadi di perusahaan tekstil milik pengusaha India.
Penulis: Alga | Editor: Mujib Anwar
TRIBUNJATIM.COM - Polemik bos yang semena-mena ke karyawannya terjadi di perusahaan tekstil milik pengusaha India.
Penyedia aneka kain dan baju tersebut menjadi perhatian serius Wakil Wali Kota Surabaya, Armuji.
Pasalnya di perusahaan milik pengusaha India ini memberlakukan Jumatan bergilir ke karyawan.
Baca juga: Masih Ingat Penumpang Beri Jari Tengah ke Driver Ojol? Kini Dapat Ganjarannya, Pekerjaan Terungkap
Jika Jumat ini, aktivitas ibadah Jumatan untuk karyawan kelompok 1.
Maka Jumat berikutnya untuk kelompok 2.
Sementara kelompok yang lain tidak Jumatan dan tetap melayani pembeli di perusahaan penyedia fashion tersebut.
Kondisi perusahaan DFashion Textile and Tailor di Jalan Basuki Rahmat, Surabaya, Jawa Timur, ini pun mendapat perhatian dari Wakil Wali Kota Surabaya, Armuji.
Perlakuan karyawan di perusahaan penyedia kain itu pun bikin marah Cak Ji.
Pasalnya pengusaha seenaknya sendiri memberlakukan karyawan.
Bahkan Wawali Cak Ji ini memberi atensi khusus dengan sidak ke DFashion Textile and Tailor di Jalan Basuki Rahmat.
"Karyawan kok Jumatan sampeyan gilir iku yoopo ceritane?," tanya Cak Ji begitu ditemui pimpinan DFashion Textile and Tailor, Prakas, Rabu (23/4/2025).
"Ada grup A sama Grup B. Tidak boleh salat Jumat wajib itu digilir seminggu sekali," imbuhnya.
Sebelumnya, karyawan Prakas atas nama Johan melapor ke Rumah Aspirasi Cak Ji.
Selain soal jumatan digilir, jam kerja karyawan 12 jam, masuk jam 08.00 pulang jam 08.00 malam.

Padahal upah tidak sesuai UMK dan tidak ada BPJS.
Pengakuan Johan, karyawan selama ini menerima gaji Rp2.500.000 per bulan dengan jam kerja 12 jam per hari.
Prakas yang mengaku sebagai General Manager D'Fashion and Textile itu pun mengeklaim total gaji karyawan sudah UMK.
Cak Ji yang ditemui di lantai 2 toko mendesak agar manajemen menghentikan jam kerja hingga 12 jam.
Sebab hal itu melanggar dan tidak boleh dilakukan.
Peraturan yang berlaku dalam ketenagakerjaan adalah delapan jam.
Saat itu juga, Prakas dipertemukan dengan Johan langsung.
Ia tidak mengelak dengan sistem giliran salat Jumat di tokonya.
Prakas beralasan soal Jumatan bahwa penyedia kain dan baju tersebut tetap harus melayani pembeli.
Pihaknya pun menggilir kelompok karyawan salat Jumat seminggu sekali.
"Jumat ini kelompok A. Jumat depan kelompok B. Selebihnya bisa salat di musala," tutur Prakas memberi alasan.
Cak Ji pun geregetan karena tidak bisa mengatur jam kerja.
Karena dari 30 karyawan banyak juga yang berjenis kelamin perempuan.
Cak Ji pun mendesak agar salat Jumat tidak digilir.
Baca juga: Minimarket Masih Jual Produk Mengandung Babi Berlabel Halal, Kasir Akui Tidak Tahu: Tak Ada Arahan
Sikap kooperatif dan kesanggupan Prakas ditunjukkan bos keturunan India ini.
Pengusaha keturunan India itu pun terus patuh setiap permintaan Cak Ji untuk memperbaiki sistem pekerja di toko besarnya.
Prakas berjanji akan memperbaiki sistem kepegawaian tokonya, jam kerja juga akan diberlakukan shift.
Sebab tidak ada perjanjian tertulis dalam merekrut karyawan, hanya lisan.
Cak Ji juga akan terus memantau, mulai sistem perekrutan pegawai dilakukan hitam di atas putih secara tertulis.
"Bikin aturan tertulis biar semua jelas," ujar dia.

Lebih lanjut, Armuji, mengaku tahu adanya perkara tersebut setelah salah satu karyawan toko D'Fashion Textile and Tailor bernama Johan, mengadukan masalah ini ke Rumah Aspirasi.
"Jadi karyawan ada yang datang ke rumah aspirasi. Katanya ada masalah jam kerja yang sampai 12 jam, terus salat Jumatnya digilir," kata Armuji, Kamis (24/4/2025).
Kemudian Armuji memutuskan untuk mendatangi toko penyedia kain serta baju yang berada di Jalan Basuki Rahmat, Kecamatan Genteng, untuk mengkonfirmasinya.
"Ternyata gantian buat salat Jumat itu maksudnya itu (Jumat) minggu sekarang Grup A yang Jumatan, terus Grup B jaga toko," ujarnya.
"Katanya kalau enggak (digilir) enggak ada yang jaga," imbuh Armuji.
Kemudian, ia menyarankan, kepada pemilik toko untuk memaksimalkan pekerja lain yang tidak menunaikan salat Jumat, karena tempat tersebut memiliki sekitar 30 karyawan.
"Saya bilang, karyawannya di sini itu siapa saja kan ada perempuannya, terus ada agama lain yang enggak salat, enggak boleh digilir itu," ujarnya.
Baca juga: Diancam Akan Dibunuh & Diledakkan, Dedi Mulyadi Tak Gentar, Tetap Kerja sampai ke Kampung Preman
Akan tetapi, pengusaha India tersebut sempat mengelak sudah membangun musala di atas tokonya.
Sedangkan, Armuji memberikan pengertian, salat Jumat harus dilakukan di masjid.
"Soalnya kan ada yang khotbah, ceramah, jemaah, enggak boleh sendiri-sendiri," jelasnya.
"(Katanya pengusahanya) Oh begitu ya pak? (Respons Armuji) Ya iya, ojok (jangan) diulangi lagi ya."
"Enggak jauh (masjidnya), itu Basuki Rahmat kan depannya ada masjid," tambahnya.
Selanjutnya, kata Armuji, ada masalah gaji yang tidak sesuai dengan UMR, namun jam kerja sampai 12 jam.
Selain itu, karyawan juga tidak semua mendapatkan BPJS dari toko tersebut.
"Meskipun yang lembur juga begitu, enggak boleh kerja sampai 12 jam itu."
"Kalau mau (berlakukan) lembur, tanya orangnya (karyawan) mau apa enggak, nanti gajinya ya beda," tutup Armuji.
pengusaha India
Armuji
DFashion Textile and Tailor
Jalan Basuki Rahmat
Prakas
Kecamatan Genteng
berita viral
Tribun Jatim
TribunJatim.com
Cara Edit Foto Ala Anime Jepang dengan Prompt Gemini AI yang Viral di TikTok dan Instagram |
![]() |
---|
Purbaya Digeruduk 18 Gubernur di Kantornya, Anggaran TKD Dipangkas Diprotes, Menkeu: itu Normal |
![]() |
---|
5 Tahun Wahyuni Rela Seberangi Derasnya Arus Sungai Demi Mengajar, Berharap Solusi dari Pemerintah |
![]() |
---|
Datang Dini Hari Muntah-muntah, Pasien Terlantar di Kursi Tunggu, Puskesmas Kunci UGD Takut ODGJ |
![]() |
---|
Sosok Dede Maulana, Playboy yang Terobsesi Punya Mobil Pajero hingga Bunuh IRT, Ngaku Pengusaha |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.