Melihat Tradisi Riyaya Unduh-unduh di Mojowarno Jombang, Arak-arak Hasil Bumi, Bentuk Rasa Syukur
Bentuk ungkapan rasa syukur masyarakat atas kelimpahan rezeki, perayaan riyaya unduh-unduh digelar jemaat GKJW Mojowarno, Jombang disambut antusias
Penulis: Anggit Puji Widodo | Editor: Samsul Arifin
Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Anggit Puji Widodo
TRIBUNJATIM.COM, JOMBANG - Bentuk ungkapan rasa syukur masyarakat atas kelimpahan rezeki, perayaan riyaya unduh-unduh digelar jemaat GKJW Mojowarno, Jombang disambut antusias ratusan pasang mata pada Minggu (11/5/2025).
Riyaya unduh-unduh ini dimulai sejak pukul 05.30 WIN dengan agenda mengarak bangunan sesembahan.
Masyarakat setempat mulai berkumpul di sepanjang ruas jalan ras depan GKJW Mojowarno, sembari menanti arak-arakan dimulai.
Ada 7 bangunan sesembahan dari Pepanthan, beberapa blok, hingga RSK Mojowarno. Bangunan tersebut dihiasi oleh hasil bumi mulai dari sayuran, padi, hingga buah-buahan.
Menurut keterangan dari pendeta GKJW Mojowarno Andri Yono, ia menjelaskan agenda ini diikuti oleh masyarakat umum samai jemaat gereja. Pertunjukkam yang ditampilkan juga beragam, selain arak-arakan hasil bumi, juga menampilkan tarian kesenian tradisional.
Baca juga: Mengenal Tradisi Manten Tebu, Dihiasi Janur bak Pengantin, Warnai Musim Giling PG Ngadiredjo Kediri
"Masing-masing blok atau cabangnya GKJW Mojowarno antara lain Mojowarno, Mojowangi, Mojoroto, Mojodukuh, Mojojejer, RSK Mojowarno, dan Pepanthan Mojotengah. Masing-masing blok akan membuat satu bangunan unduh-unduh dihiasi dengan hasil bumi serta diambil dari kisah-kisah alkitab," ucapnya saat dikonfirmasi awak media.
Juga terdapat tarian kesenian seperti tari bedoyo dan tarian kesenian kuda lumping dari wilayah Mojotengah. Adanya tari tradisional ini juga menunjukkan bahwa pihaknya membuka peluang kepada para pelaku seni untuk berkontribusi memeriahkan acara.
Setelah agenda arak-arakan bangunan sesembahan, agenda dilanjutkan dengan peribadatan unduh-unduh di GKJW Mojowarno yang dipimpin oleh pendeta Gereja Mojowarno.
Baca juga: Keseruan Warga Desa Panjer di Kediri Berebut Gunungan Hasil Bumi, Tradisi Jelang Ramadan
Menurut Kusno, selaku Sekertaris GKJW Mojowarno ibadah ini merupakan ungkapan bentuk rasa syukur atas semua limpahan rezeki serta kemudahan dalam beraktifitas.
"Perbedaan peribadatan unduh-unduh dengan peribadatan biasanya adalah, dari sisi yang disuguhkan atau ditampilkan. Kalau peribadatan unduh-unduh yang dipersembahkan adalah hasil pertanian berupa padi, buah, dan hasil peternakan. Sedangkan untuk peribadatan biasanya hanya berupa sesembahan uang, selain itu liturginya atau tatanan peribadatan juga berbeda," kata Kusno menjelaskan.
Hasil bumi yang di arak menggunakan 7 bangunan itu nantinya akan dilakukan pelelangan si lapangan sekolah SMP Kristen YBPK Mojowarno.
Baca juga: Warga Malang Gelar Tradisi Petik Kopi, Bawa Hasil Bumi ke Sumber Air hingga Lakukan Temu Manten
"Untuk hasil bumi berupa padi tidak akan masuk kriteria pelelangan karena memang membutuhkan proses yang sangat lama seperti pengeringan gabah serta proses lainnya. Sehingga untuk yang dilelang ini kami fokuskan pada buah-buahan serta hasil peternakan berupa kambing," ungkapnya.
Hasil pelelangan ini nantinya akan diserahkan kepala pemangku GKJW Mojowarno guna dimasukkan ke dalam kas Gereja GKJW Mojowarno.
"Hasil pelelangan akan masuk ke kas GKJW Mojowarno sebagai sarana operasional gereja. Pada tahun 2024 lalu, kami mendapatkan hasil kurang lebih Rp 180.000.000," pungkas Kusno
Filosofi Riyaya Unduh-unduh
Perayaan Riyaya Unduh-unduh bukan hanya sekedar menjadi acara seremonial belaka. Namun ada maksa filosofis yang terkandung di dalamnya dan dipercayai oleh sebagian masyarakat disana.
Kusno menjabarkan, riyaya unduh-unduh ini memiliki makna manusia yang selalu terhubung dengan rasa syukur
"Ini merupakan bentuk kami mengucap syukur kepala Allah atas upaya dan usaha yang dikerjakan oleh para petani. Khususnya kami bersyukur kepada Tuhan atas tanah yang diberikan kesuburan, lalu tanaman yang terbebas dari hama dan panen bisa melimpah," bebernya.
Terdapat korelasi filosofis antara riyaya unduh-unduh dengan proses penanaman tumbuhan. Mulai pra penanaman (Pre-Planting) hingga pasca panen.
Pada angkaian riyaya unduh-unduh ini terdapat istilah kebetan dan keleman. Kebetan artinya para petani sudah memulai melakukan penanaman. Sehingga mereka sudah mulai mempersiapkan lahan.
Jadi, sebelum mengerjakan sawah mereka harus berdoa terlebih dahulu kepada Tuhan. Salah satu ciri yang menunjukkan maksa itu adalah adanya kegiatan kebetan dan terdapat sebuah tumpeng.
"Tumpeng disimbolkan sebagai wujud doa agar tanah diberikan kesuburan oleh Tuhan," imbuhnya.
Sementara itu, untuk proses peribadatan selanjutnya yaitu keleman, yang diartikan ketika padi sudah berbulir, para petani berdoa agar tanaman dibebaskan dari berbagai macam hama atau penyakit.
Untuk ciri peribadatan keleman bukan berupa tumpeng, melainkan jajanan tradisional seperti ketan horog-horog, blendung jagung, nogo sari, dan kue pleret. Masing-masing jajanan pasar memiliki gambaran masing-masing mulai dari ulat hingga tikus.
"Puncak peribadatan adalah mengunduh atau memanen atas tanaman yang ditanam selama ini. Jadi Unduh-unduh adalah puncak acara atau puncak peribadatan dari semua proses yang dilalui," pungkas Kusno.
Riyaya Unduh-unduh
Mojowarno
berita jombang hari ini
hasil bumi
TribunJatim.com
jatim.tribunnews.com
Polres Magetan Resmikan Gedung TMC Setia, Dilengkapi 41 Kamera Canggih untuk Pantau Lalu Lintas |
![]() |
---|
Mayapada Hospital Surabaya Wujudkan Perlindungan Kesehatan Pekerja Bersama BPJS Ketenagakerjaan |
![]() |
---|
Potret Buram Bojonegoro, Bocah Kelas 6 SD Ngebet Ajukan Dispensasi Kawin |
![]() |
---|
Remaja 17 Tahun di Malang Tewas Tertabrak Truk usai Gagal Menyalip |
![]() |
---|
Komunitas Light of the Soul Surabaya Ajak Pria Pekerja Olahraga Yoga, Merdeka dari Stres |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.