Berita Viral
Kader PSI Prihatin Jokowi Diolok-olok, Pasang Badan Singgung Soal Kedewasaan: Menyedihkan
Menurut Dedy, mengolok-olok Jokowi bak kebiasaan bagi pihak yang tak suka dengan ayah dari Wakil Presiden RI, Gibran Rakabuming Raka tersebut.
TRIBUNJATIM.COM - Kader Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Dedy Nur Palakka pasang badan setelah sejumlah serangan bertubi-tubi dilayangkan kepada Presiden ke-7 RI, Joko Widodo alias Jokowi.
Menurut Dedy, mengolok-olok Jokowi bak kebiasaan bagi pihak yang tak suka dengan ayah dari Wakil Presiden RI, Gibran Rakabuming Raka tersebut.
Ia menambahkan, hal itu menjadi kebiasaan yang tak sehat.
Dedy juga mengingatkan kembali soal sosok pimpinan.
Baca juga: Kader PSI Pasang Badan, Sebut Nama Jokowi Tak Mempan Dijatuhkan: Simbol Politik Baru
"Akhir-akhir ini, mengolok-olok Jokowi tampaknya telah menjadi semacam kebiasaan yang tidak sehat—kebiasaan yang bahkan dirayakan, seolah menghina pemimpin adalah bentuk tertinggi dari kebebasan berpikir," ungkap Dedy Nur dikutip dari X, Jumat (23/5/2025)
Dedy kembali mengingatkan bahwa Jokowi sudah banyak berperan bagi pembangunan bangsa selama dua periode menjadi presiden
"Padahal, yang mereka olok-olok adalah seseorang yang telah bekerja membangun bangsa tempat mereka berpijak. Jokowi bukan tokoh sempurna, tetapi rekam jejaknya sebagai pemimpin yang bekerja, membangun dari Sabang sampai Merauke, bukan sesuatu yang bisa dihapus hanya dengan ejekan," ungkapnya
Dedy menganalisa, olok-olok terhadap Jokowi tak melulu karena logika
Dia menduga, ada pihak-pihak yang 'dendam' dengan Jokowi lantaran tersingkir dari lingkaran kekuasaan
"Olok-olok itu seringkali bukan karena logika, tetapi karena luka pribadi yang tidak selesai. Barangkali ada yang pernah merasa kecewa karena tidak didengar, tidak dianggap, atau bahkan tersingkir dari lingkaran kekuasaan. Mungkin ada yang merasa menjadi korban keputusan yang menyakitkan di masa pemerintahannya," katanya
Meski demikian, menurutnya, harusnya kebencian itu tak menjadikan seseorang mempermalukan pemimpin bangsa seperti Jokowi
"Namun, kekecewaan pribadi tidak bisa menjadi dasar pembenaran untuk mempermalukan seorang pemimpin bangsa. Bangsa ini terlalu besar untuk diseret-seret ke dalam drama psikologis segelintir orang yang tidak bisa membedakan antara kepentingan pribadi dan kepentingan publik.
Di sinilah bangsa ini butuh dosis kedewasaan.
Bersikap seperti anak-anak yang menangis karena tidak diberi permen, lalu guling-guling di lumpur kebodohan sambil salto emosional—itu bukan bentuk protes yang cerdas, melainkan bentuk keputusasaan yang menyedihkan," imbuhnya
Tak mempan diserang
| Bupati Syok Rica Bocah 12 Tahun Rawat Ayah Lumpuh Bukannya Sekolah, Pemerintah Langsung Turun |
|
|---|
| Relawan Geruduk Kantor Kepala Dapur Protes Gaji Sudah Kecil Masih Dipotong, Lembur Tak Dibayar |
|
|---|
| Ivan Gunawan Kaget saat Temui Fitri yang Dicerai Suami Jelang Jadi PPPK, Beri Pesan Hidup di Jakarta |
|
|---|
| Penjelasan Dosen UGM soal Efek Mikroplastik di Tubuh Manusia, Paparan Tinggi di Kota Besar |
|
|---|
| Hati-hati Gelar Hajat Bisa Kenda Denda Rp 50 Juta Jika Tak Izin, Walikota Eri: Kita Harus Tegas |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jatim/foto/bank/originals/Jokowi-saat-ditemui-usai-melakukan-jalan-jalan.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.