Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Viral

2 Penyebab Presiden Prabowo Mereshuffle Menterinya, Analis juga Singgung Tiga Alasan Utama

Alasan Presiden Prabowo Subianto mereshuffle kabinetnya diungkap oleh Analis Komunikasi Politik, Hendri Satrio. Ia menyebut jika ada dua indikator.

Editor: Torik Aqua
TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
Presiden Prabowo Subianto didampingi Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka berfoto bersama Menteri Kabinet Merah Putih usai pelantikan di Istana Merdeka, Jakarta, Senin (21/10/2024). Presiden Prabowo Subianto resmi melantik ke-53 dan kepala badan negara setingkat menteri dalam Kabinet Merah Putih periode 2024-2029. 

TRIBUNJATIM.COM - Alasan Presiden Prabowo Subianto mereshuffle kabinetnya diungkap oleh Analis Komunikasi Politik, Hendri Satrio.

Ia menyebut jika ada dua indikator yang mempengaruhi reshuffle tersebut.

Menurutnya, indikator pertama, menteri yang kerap memicu kegaduhan publik.

Sementara yang kedua, menteri gagal menjalin hubungan baik dengan pemangku kepentingan.

Baca juga: Isu Presiden Prabowo Lakukan Reshuffle Mengemuka, Mensesneg Bantah: Itu Reshuffle Pak Bahlil

Pelantikan Menteri Kabinet Merah Putih di Istana Negara RI.
Pelantikan Menteri Kabinet Merah Putih di Istana Negara RI. (Instagram.com/@prabowo)

“Jadi indikatornya sih ini saja. Bikin gaduh dan tidak bisa memanage stakeholdernya, ada tidak menteri yang masuk ke dua kategori ini” ujarnya, kepada wartawan, Selasa (27/5/2025).

Dia mencontohkan pergantian Satryo Brodjonegoro dari posisi Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi yang digantikan Brian Yuliarto. 

Menurut dia Satryo diganti karena memenuhi dua kriteria tersebut.

“Yang pertama adalah Pak Prabowo itu enggak suka menteri yang gaduh. Waktu itu kan Mendikti bikin gaduh. Demo di mana-mana, kemudian ada isu bahwa bayaran kuliah UKT itu bakal naik gara-gara efisiensi. Terus yang kedua, tidak bisa memanage stakeholdernya. Waktu itu stakeholdernya Pak Menteri siapa? Ya itu karyawan di kementeriannya saja demo saat itu,” ucapnya.

Selain itu, dia mengungkapkan tiga alasan utama reshuffle kabinet, yakni faktor subjektif (suka atau tidak suka presiden terhadap menteri), faktor politis, dan kinerja buruk.

“Jadi yang pertama kan subjektif like and dislike. Tiba-tiba presiden jadi enggak suka sama ini orang nih. Ngeselin gitu orangnya, diganti dia. Terus kemudian yang kedua adalah subjektif politis," ucapnya.

"Ini akan dilihat ini orang kalau dia ganti secara politis mengganggu bakal mengganggu dia atau tidak. Kekuatan politik dia berkurang atau tidak, ketiga ya kinerja buruk,” lanjutnya.

Soal kinerja buruk, Hendri menyebut ada tiga sumber evaluasi, yaitu penilaian presiden sendiri, lingkaran terdekat presiden, dan masyarakat.

“Yang pertama adalah sumber dari dirinya sendiri yang melakukan evaluasi. Kemudian yang kedua dari lingkarannya yang memang memberikan evaluasi. Yang ketiga adalah masyarakat yang memberikan evaluasi kepada menteri-menteri ini,” pungkasnya.

Sebelumnya Pengamat politik Rocky Gerung mendesak Presiden Prabowo Subianto untuk segera melakukan reshuffle kabinet guna menghadirkan energi baru dalam pemerintahan.

Seruan tersebut disampaikan dalam acara Sarasehan Aktivis Lintas Generasi Memperingati Reformasi 1998 di Hotel JS Luwansa, Jakarta Selatan, Rabu (21/5/2025).

Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved