Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Hidup Baru Umar Patek

Pertemuan Emosional Umar Patek dan Penyintas Bom Bali 1: 'Tolong Intip Sedikit Hidup Kami'

Pertemuan  Chusnul Chotimah seorang penyintas Bom Bali 1 dengan mantan teroris Umar Patek, mengundang perhatian.

Penulis: Nur Ika Anisa | Editor: Sudarma Adi
TRIBUNJATIM.COM/NURIKA ANISA
UMAR PATEK BERTEMU PENYINTAS - Chusnul (kiri), drg David dan Umar Patek (kanan) tengah membahas terkait kehidupan penyintas pasca tragedi Bom Bali 1 pada 2002 silam. Chusnul berpesan agar Umar Patek bisa merealisasikan kata maafnya dengan memberikan peluang lapangan pekerjaan kepada keluarga penyintas 

Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Nurika Anisa

TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA- Pertemuan  Chusnul Chotimah seorang penyintas Bom Bali 1 dengan mantan teroris Umar Patek, mengundang perhatian.

Naik ke atas podium, warga Sidoarjo itu menanyakan apakah Umar Patek masih mengingat dirinya.

“Masih ingat saya? Masih ingat, sidang pertama bapak, saya didatangkan dan bapak cuma say maaf,” terang Chusnul Chotimah di sela launching Kopi Ramu 1966 di Hedon Estate Surabaya, Selasa (3/6/2025).

Suaranya bergetar, menahan emosional dan ingatan kejadian 2002 silam.

Chusnul tetap mengucap bersyukur atas kesehatan Umar Patek dan rejeki membuka usaha kopi.

“Saya mewakili penyintas, bapak lihat luka saya, 70 persen luka bakar saya. Kalau dulu saya sangat sangat dendam sama bapak, Ali Imron, Amrozi, yang ada dipikirkan saya saat itu ingin membuat keluarga bapak cacat seperti saya,” ujarnya.

Baca juga: Kisah Perjalanan Hidup Umar Patek, Dulu Merakit Bom Kini Lihai Meracik Kopi

Ia menceritakan bahwa, sejak awal sangat susah memaafkan. Bahkan tidak ada maaf yang diterima suaminya hingga tutup usia. 

Itu yang dirasakan keluarga Chusnul pada awal tahun 2018.

Seiring berjalannya waktu dan dengan pendekatan yang terus dilakukan oleh LPSK (Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban) dan BNPT (Badan Nasional Penanggulangan Terorisme), ia menyebut negara hadir membersamai para penyintas.

Pendampingan psikologis, dan event lain digelar dengan mempertamukan para penyintas dan napiter.

“Berkat Pendekatan ke kami, saya sendiri menyadari dan memaafkan perbuatan bapak. Bapak sudah berubah jadi orang baik. Dan saya berharap jika bapak berhasil dan sukses pak, mantan napi teroris yang sudah sukses tolong intip sedikit kehidupan kami,” ucapnya.

Bukan materi yang dibutuhkan. Chusnul berharap kesuksesan para mantan napi juga bisa ditularkan kepada anak-anak atau keluarga penyintas.

Ia berharap ada realisasi dari kata maaf yang dilontarkan Umar Patek, dengan cara membersamai anak-anak atau keluarga penyintas yang belum mendapatkan kerja.

Sebab, kehidupan mereka pun dikatakan berubah 360 derajat. Termasuk sulit mendapatkan pekerjaan.

Chusnul ingin kata maaf tidak hanya ucapan. Tapi adanya pembuktian. Bukan soal uang namun kesempatan yang sama untuk pekerjaan.

“Karena pemerintah sejujurnya sudah memberikan kami, yang saya inginkan bisa bekerja. Kalau seperti saya begini tidak ada yang mau menerima bekerja,” ucapnya.

“Bantu kami, bantu anak anak kami. Bukan bantu uang tidak, dengan keahlian bapak bikin kopi dan terima jika anak kami membutuhkan pekerjaan di tempat bapak. Itu saja yang saya minta dari bapak dan teman teman bapak. Itu saja mohon diperhatikan,” ucapnya kepada Umar Patek.

Menengahi hal tersebut, pemilik Hedon Estate drg. David Andreasmito menegaskan bahwa hal ini dapat menular. Ia pun sangat berharap para penyintas juga dapat bekerjasama sebagai bukti kasih sayang.

Baca juga: Kopi Ramu 1966 : dari Secangkir Kopi Rempah di Rumah, Umar Patek Pertahankan Resep Racikan Ibu

“Harapan saya menular. Saya sangat berharap ibu bapak penyintas bisa bekerjasama karena kerjasama bukti kasih sayang. Dia sendiri tidak sengaja membuat kopi buat saya, jadi awal dia kerja. Saya harap penyintas menemukan apa yang dia senang juga. Tidak harus kopi, asal tau keinginannya apa,” ungkapnya.

Sembari bersedekap, Umar Patek mendengarkan seksama harapan yang disampaikan penyintas.

Ia mengaku memahami luka dari para penyintas dan tengah membahas terkait upaya kerjasama yang dapat dilakukan.

“Apapun yang bisa kami berikan untuk ibu, itu masih tidak sebanding dengan luka-luka yang ibu alami. Para penyintas yang lain yang alami. Jadi penderitaan itu sangat kami menyadari, dan saya dengan drg David itu sudah memikirkan ke arah itu,” tuturnya.

Sumber: Tribun Jatim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved