Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Idul Adha 2025

Jelang Idul Adha, Mitos Pengolahan Daging Masih Marak, Pakar Unair Luruskan Kesalahpahaman

Ia menjelaskan, kolesterol tidak berada di permukaan daging, melainkan di dalam jaringan otot dan tidak larut dalam air. 

Penulis: Sulvi Sofiana | Editor: Samsul Arifin
Freepik.com
PECAHKAN MITOS - Ilustrasi daging yang bisa dinikmati saat Idul Adha. Pakar Unair luruskan pemahaman soal mitos olahan daging 

Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Sulvi Sofiana

TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA – Menjelang Idul Adha, masyarakat kerap disibukkan dengan pengolahan daging kurban. 

Namun di balik tradisi tahunan ini, masih banyak mitos keliru yang dipercaya masyarakat terkait pengolahan daging. 

Hal ini bisa berdampak serius terhadap kesehatan, terutama dalam jangka panjang.

Lailatul Muniroh, SKM., M.Kes., pakar kesehatan masyarakat dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga (Unair) mengungkap sejumlah kesalahpahaman umum yang beredar luas di tengah masyarakat, mulai dari cara mencuci hingga asumsi mengenai jenis daging tertentu.

“Salah satu mitos yang masih dipercaya adalah bahwa mencuci daging dengan air panas atau jeruk nipis bisa menghilangkan kolesterol. Padahal ini keliru,” tegasnya. 

Baca juga: 7 Tips Bersihkan Jeroan Daging Kurban Agar Jadi Masakan yang Enak dan Tidak Amis, Pakai Jeruk Nipis

Ia menjelaskan, kolesterol tidak berada di permukaan daging, melainkan di dalam jaringan otot dan tidak larut dalam air. 

“Jadi mencuci, meskipun dengan air panas atau jeruk nipis, tidak akan mengurangi kadar kolesterol dalam daging,” tambahnya.

Mitos lainnya menyebutkan bahwa daging kambing lebih berbahaya dibandingkan daging sapi karena dianggap lebih "panas" atau tinggi kolesterol. 

Baca juga: Cara Mudah Menyimpan Daging Kurban Supaya Segar Tahan Lama, Cuma Ada 4 Langkah

Menurut Lailatul, anggapan tersebut tidak sepenuhnya benar. Dalam banyak kasus, daging kambing justru memiliki kadar lemak jenuh dan kalori yang lebih rendah dibanding daging sapi.

“Yang harus diperhatikan bukan jenis dagingnya, tetapi cara mengolah dan seberapa banyak kita mengonsumsinya,” jelasnya. 

Ia menyarankan agar konsumsi daging merah matang dibatasi sekitar 50–70 gram per sajian, dengan frekuensi maksimal dua hingga tiga kali seminggu.

Baca juga: Sujei Tukang Sate Syok Ditusuk Pembeli karena Daging Nyangkut di Gigi, Diamuk karena Kecap Encer

Selain mitos terkait jenis dan pencucian daging, kesalahan umum juga terjadi pada metode memasak. 

Proses memasak dengan suhu tinggi seperti dibakar atau digoreng, terutama hingga gosong, disebut dapat menghasilkan senyawa toksik berbahaya.

“Membakar daging sampai hangus justru menghasilkan zat karsinogenik yang bisa memicu kanker. Ini bukan soal rasa saja, tapi juga soal risiko,” ujar Lailatul.

Baca juga: Dispangtan Kota Malang Pastikan Keamanan Daging Kurban Jelang Idul Adha 2025

Halaman
12
Sumber: Tribun Jatim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved