Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Viral

Alasan Jokowi Blak-blakan Pilih PSI daripada Jadi Calon Ketua Umum PPP

Jokowi terang-terangan justru lebih memilih Partai Solidaritas Indonesia (PSI) yang kini dipimpin anak bungsunya, Kaesang Pangarep.

Editor: Torik Aqua
Wartakotalive.com
CALON KETUA UMUM - Presiden ketujuh Joko Widodo (tengah) berjalan keluar dari Gedung Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya, Jakarta, Rabu (30/4/2025). Jokowi blak-blakan ingin jadi ketua umum PSI ketimbang ke PPP. 

Bahkan, Jokowi berpeluang untuk melawan anaknya sendiri, Kaesang Pangarep di Pemilu Raya PSI.

Hal ini membuat Pengamat komunikasi politik Universitas Esa Unggul, M. Jamiluddin Ritonga, menyoroti soal langkah kedua partai tersebut.

Menurutnya, munculnya nama Jokowi, mencerminkan ada sejumlah persoalan serius di internal kedua partai.

Baca juga: Teman Masa SMA Ungkap Momen Langka Jokowi, 40 Tahun Tak Pernah Mengalami: Tersinggung

TEMAN  - Mantan presiden, Joko Widodo alias Jokowi. 3 sosok teman Jokowi ternyata punya karir mentereng, mereka kompak membela dan membantah tudingan ijazah palsu Jokowi.
TEMAN - Mantan presiden, Joko Widodo alias Jokowi. 3 sosok teman Jokowi ternyata punya karir mentereng, mereka kompak membela dan membantah tudingan ijazah palsu Jokowi. (Instagram @jokowi)

“Munculnya nama Jokowi di dua partai itu mengindikasikan tiga hal,” kata Jamiluddin kepada wartawan, Kamis (29/5/2025).

Pertama, menurut Jamiluddin, baik PPP maupun PSI tampak tidak memiliki kader internal yang mumpuni untuk diusung sebagai ketua umum. 

Hal ini menunjukkan gagalnya proses kaderisasi yang seharusnya menjadi fungsi utama partai politik.

“Ini menyiratkan kaderisasi di dua partai ini tak berjalan, bahkan gagal. Padahal, kaderisasi penting agar regenerasi kepemimpinan berjalan mulus dan tidak terjadi kekosongan antar generasi,” ucapnya.

Kedua, ia menilai bahwa PPP dan PSI tampaknya masih menempatkan Jokowi layaknya "dewa penyelamat" yang dianggap mampu membawa partai ke Senayan pada Pemilu 2029. 

Namun, anggapan ini menurutnya sangat spekulatif.

“Sejak tidak lagi menjabat sebagai presiden, reputasi dan citra Jokowi terus menurun. Banyak kasus yang membuat kepercayaan publik terhadapnya menurun drastis, mulai dari isu legalitas ijazah hingga dugaan KKN di lingkaran keluarganya,” katanya.

Jamiluddin memperingatkan bahwa menjadikan Jokowi sebagai ketua umum justru bisa menjadi langkah yang penuh risiko bagi kedua partai tersebut.

“Keinginan PPP dan PSI menjadikan Jokowi ketua umum ibarat berjudi. Jika perhitungannya meleset, dua partai ini bisa tetap jadi partai gurem,” ujarnya.

Ketiga, khusus untuk PSI, Jamiluddin menganggap ada keanehan tersendiri. 

Sebagai partai yang selama ini mengusung semangat kaum muda, ia menilai aneh bila PSI justru menginginkan Jokowi—yang secara usia jauh dari kategori muda—menjadi ketua umum.

“Ironis jika partai orang muda dipimpin oleh manula. Hal ini menunjukkan PSI inkonsisten dan pragmatis. Idealisme partai digadaikan begitu saja,” ujarnya.

Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved