Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Viral

Kepala SMAN 9 Akhirnya Dipecat Dedi Mulyadi, Pemprov Langsung Audit, Ratusan Siswa Riang Gembira

Setelah aksi ratusan siswa viral untuk menggulingkan kepala sekolahnya, kini Dedi Mulyadi langsung bertindak terhadap sekolah di bawah naungannya.

Penulis: Ignatia | Editor: Mujib Anwar
TribunJabar.ID
KEPSEK DIPECAT - (kiri) sosok Kepala SMAN 9 Tambun Selatan yang diprotes oleh para siswa karena diduga pungutan liar terhadap fasilitas sekolah. (kanan) Dedi Mulyadi saat melakukan pidato di tengah kegiatan barak militer. Kini akhirnya kepsek dipecat, para siswa riang gembira. 

Siswa SMAN 9 Tambun Selatan, Kabupaten Bekasi itu menggelar aksi.

Berbagai tulisan dipajang bernada sindiran terhadap kepala sekolah dan pihak majamen sekolah.

Dugaan pungutan liar memang tengah terjadi di SMAN 9 Tambun Selatan.

Para siswa ramai-ramai meminta penjelasan pihak sekolah terkait larinya uang yang sudah mereka bayarkan ke sekolah.

Baca juga: 20 Pemuda Dapat Proyek Fantastis dari AS, Kanada, dan Prancis, Pemkab dan Bupati Langsung Menoleh

Ratusan pelajar kelas X dan XI SMAN 9 Tambun Selatan, Kabupaten Bekasi menggelar aksi damai di halaman sekolah mereka pada Selasa (3/6/2025).

Demo tersebut menyasar kepala SMAN 9 Tambun Selatan.

Mereka menyoroti praktik dugaan pungutan liar (pungli) berkedok sumbangan, seperti pembangunan gedung sekolah hingga pembelian alat pendingin ruangan mushala.

Seorang pelajar kelas XI berinisial RP mengaku telah dimintai sejumlah uang berkedok biaya akademik dan non-akademik sejak masuk pada 2023.

"Katanya untuk gedung. Tapi sampai sekarang masih gini-gini aja. Orangtua saya sudah bayar setiap tahun Rp 500.000," kata RP di lokasi, Selasa.

Ratusan pelajar kelas X dan XI SMAN 9 Tambun Selatan, Kabupaten Bekasi menggelar aksi damai di halaman sekolah pada Selasa (3/6/2025).
Ratusan pelajar kelas X dan XI SMAN 9 Tambun Selatan, Kabupaten Bekasi menggelar aksi damai di halaman sekolah pada Selasa (3/6/2025). (ACHMAD NASRUDIN YAHYA/KOMPAS.com)

Menurut para murid, biaya pembangunan gedung tersebut disalurkan sekali dalam setahun dengan nominal tak dibatasi besarannya.

Sementara, untuk pengadaan alat pendingin ruangan mushala, setiap kelas diminta menyumbang Rp 20.000 per hari.

Namun, hingga kini, fasilitas yang dijanjikan dari penarikan sumbangan itu disebut tak kunjung terealisasi.

Selain mempertanyakan kejelasan pembangunan gedung, pelajar juga meminta kejelasan mengenai fasilitas usaha kesehatan sekolah (UKS).

Fasilitas UKS di sekolah itu disebut hanya berupa meja tanpa kursi dan kasur.

Baca juga: Jadi Tersangka Korupsi Proyek Pembangunan IPAL, Eks Kepala DPUPR Kota Blitar Ajukan Pensiun Dini

Begitu juga dengan ketersediaan obat yang katanya sudah dua bulan tak disuplai pihak sekolah.

Halaman
1234
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved