Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Kisah Jagank Bangun UMKM Konveksi di Surabaya, Rintis dari Modal Pas-pasan hingga Jadi Vendor Resmi

Di balik sederet kaos sablon yang terjual dan desain-desain menarik yang dicetak Jagank Indonesia di Jalan Raya Kedung Asem, Rungkut, Surabaya, ada ki

Penulis: Sulvi Sofiana | Editor: Ndaru Wijayanto
tribunjatim.com/Sulvi Soviana
UMKM KONVEKSI : Jagank Alexander memulai UMKM konveksi dari kuliah di tahun 2012 hingga berkembang menjadi Jagank Indonesia yang kini memiliki 7 pegawai. 

Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Sulvi Sofiana

TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Di balik sederet kaos sablon yang terjual dan desain-desain menarik yang dicetak Jagank Indonesia di Jalan Raya Kedung Asem, Rungkut, Surabaya, ada kisah perjuangan panjang penuh peluh dan tekad dari Jagank Alexander dalam memulai UMKM.

Usahanya yang kini telah mempekerjakan tujuh orang, tak dibangun dalam semalam. Ia merintis segalanya dari nol, modal pas-pasan dan tanpa tempat usaha, hanya berbekal semangat dan rasa ingin belajar.

Semua bermula di tahun 2012, saat Jagang memutuskan kuliah dengan biaya sendiri. Saat itu ia masih bekerja serabutan yang membuatnya kewalahan dengan pekerjaan dan tugas kuliah.

“Saya cuma berpikir, harus tetap hidup, harus kuliah, tapi juga harus cari uang sendiri,” kenang Jagang. 

Jalan keluar datang tak disangka-sangka, dari teman kampus yang iseng ingin mencetak stiker hingga kaos. Berbekal kemampuan desain tanpa tahu proses produksi lebih lanjut, Jagang mengiyakan semua pesanan temannya.

“Waktu itu saya belum bisa, tapi saya bilang, bisa. Dari situ saya belajar,” ucapnya yakin.

Dengan modal nekat, Jagang membeli kaos polos, tinta sablon, dan peralatan sederhana yang tak sampai Rp300 ribu. 

Ia memulai dari rumah kosong milik almarhum dosennya, Mustaqim, yang meminjamkan tempat untuknya belajar menyablon. Tak ada mesin, tak ada pengalaman, hanya tangan dan rasa penasaran.

Jagang memanfaatkan jejaring Mapala (Mahasiswa Pecinta Alam) tempat ia aktif. 

Kemudian berkembang ke sejumlah instansi dan komunitas lainnya berbekal relasi dan pemasaran dari mulut ke mulut. 

Iapun akhirnya mendapat pesanan dari Universitas Muhammadiyah di Gresik sebanyak ribuan kaos yang harus selesai dalam waktu singkat.

“Saya nggak punya mesin, nggak punya modal. Akhirnya pinjam ke teman-teman, senior, tetangga,basal bisa jalan,” ujar Jagang. 

Demi menyelesaikan pesanan itu, ia bekerja nyaris tanpa tidur, belajar menyablon sendiri, hingga akhirnya bisa membeli mesin press pertamanya.

Seiring waktu, usahanya berkembang dengan dukungan keluarganya. Reputasinya tumbuh secara organik. Kesempatan makin terbuka ketika Jagang lolos menjadi vendor resmi Institut Teknologi 10 Nopember (ITS).

Halaman
12
Sumber: Tribun Jatim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved