Jatimpedia
Pantas Dijuluki Bumi Reog, Ini 4 Fakta Sejarah Ponorogo, Berkaitan dengan Sosok Bathoro Katong
Berikut beberapa fakta sejarah tentang Ponorogo. Daerah di barat Jawa Timur terkenal sebagai Bumi Reog.
TRIBUNJATIM.COM - Bumi Reog adalah judulan yang melekat dengan Ponorogo.
Ponorogo dijuluki Bumi Reog karena daerah ini merupakan asal muasal kesenian Reog Ponorogo, sebuah seni pertunjukan tradisional yang terkenal.
Reog Ponorogo merupakan ikon budaya dan identitas Kabupaten Ponorogo.
Berikut fakta sejarah Ponorogo.
Daerah yang terletak di sebelah barat Jawa Timur yang terkenal sebagai Kota Reog atau Bumi Reog.
Baca juga: 3 Fakta Sejarah Banyuwangi The Sunrise of Java, Kabupaten di Ujung Paling Timur Jawa Timur
1. Letak geografis Ponorogo
Kabupaten Ponorogo terletak di sebelah barat dari Jawa Timur dan berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa Tengah, tepatnya 200 kilometer arah barat daya dari ibu kota Provinsi Jawa Timur, Surabaya.
Secara administratif, wilayah Ponorogo terbagi menjadi 21 kecamatan, 279 desa dan 26 kelurahan.
Kabupaten Ponorogo mempunyai luas 1.371,78 km persegi yang terletak antara 111° 17’ – 111° 52’ Bujur Timur dan 7° 49’ – 8° 20’ Lintang Selatan dengan ketinggian antara 92 sampai dengan 2.563 meter diatas permukaan laut.
Ibukota kabupaten Ponorogo terletak 27 km sebelah selatan Kota Madiun, dan berada di jalur Madiun – Pacitan.
Baca juga: 4 Fakta Sejarah Lumajang, Dijuluki Austria van Java, Tempat Kelahiran Pelawak Srimulat Kadir
Dilihat dari keadaan geografisnya, Kabupaten Ponorogo dibagi menjadi 2 sub area, yaitu area dataran tinggi yang meliputi kecamatan Ngrayun, Sooko dan Pulung serta Kecamatan Ngebel sisanya merupakan daerah dataran rendah.
Sungai yang melewati Ponorogo ada 14 sungai dengan panjang antara 4 sampai dengan 58 Km sebagai sumber irigasi bagi lahan pertanian dengan produksi padi maupun hortikultura.
Sebagian besar dari luas yang ada terdiri dari area kehutanan dan lahan sawah sedang sisanya digunakan untuk tegal pekarangan Kabupaten Ponorogo mempunyai dua iklim yaitu penghujan dan kemarau.
2. Sejarah Ponorogo
Dalam buku Babad Ponorogo karya Poerwowidjojo (1997), kisah awal wilayah Kabupaten Ponorogo ini tak bisa dilepaskan dari cerita tentang Bathoro Katong atau dikenal juga dengan Raden Katong.
Bathoro Katong pada waktu itu dinobatkan menjadi adipati pertama Kadipaten Ponorogo pada tahun 1837.
Ponorogo dikenal akan kesenian tradisionalnya, Reog Ponorogo. Namun, ternyata ada sejarah menarik dibalik lahirnya kota ini.
Sejarah Ponorogo seperti dikutip dari Antara News, Senin (11/4/2022), peneliti Reog, Rido Kurniati menjelaskan bahwa Bathoro Katong memiliki nama asli Lembu Karnigoro. Ia adalah putra kelima Prabu Brawijaya V yakni adik Raja Demak Raden Patah.
Baca juga: 4 Fakta Sejarah dan Asal-Usul Tuban, Kota Wali di Jawa Timur, Lokasi Makam Sunan Bonang
Baca juga: 3 Fakta Sejarah Gresik, Disebut Grisse Pada Masa Kolonial, Terkenal Kota Santri Jawa Timur
Agar masyarakat yang masih banyak menganut Hindu-Budha bisa mudah menerima, Raden Patah memberi nama adiknya Bathoro Katong.
Bathoro Katong berasal dari kata “batara” yang berarti dewa dan “katon” yang berarti menampakkan diri sehingga Bathoro Katong berarti dewa yang mewujud atau menampakkan diri dalam wujud manusia.
Selanjutnya, dikutip dari laman resmi Ponorogo.go.id, diceritakan dalam buku Babad Ponorogo karya Poerwowidjojo (1997) bahwa kawasan Kabupaten Ponorogo dipilih setelah Bathoro Katong tiba di wilayah Wengker.
Ia lalu memilih tempat itu karena memenuhi syarat untuk pemukiman. Lokasi tersebut saat ini adalah dusun Plampitan Kelurahan Setono Kecamatan Jenangan.
Melalui situasi dan kondisi yang penuh dengan hambatan, tantangan, yang datang silih berganti, Raden Katong, Selo Aji, dan Ki Ageng Mirah beserta pengikutnya terus berupaya mendirikan pemukiman.
Sebelum wilayah itu disebut sebagai Ponorogo, sejarah mencatat, sekitar 1482 Masehi, Bathoro Katong pun mulai melakukan konsulidasi di wilayah itu.
Antara tahun 1482-1486 M, Raden Bathoro Katong mulai menyusun kekuatan dan melakukan pendekatan dengan Ki Ageng Kutu dan seluruh penduduknya.
Dengan persiapan dalam rangka merintis mendirikan kadipaten didukung semua pihak, Bathoro Katong (Raden Katong) dapat mendirikan Kadipaten Ponorogo pada akhir abad XV, dan ia menjadi adipati yang pertama.
Namun, Kadipaten Ponorogo ini mulai berdiri pada tanggal 11 Agustus 1496 Masehi. Tanggal inilah yang kemudian ditetapkan sebagai hari jadi Kota Ponorogo.
Penetapan tanggal ini merupakan kajian mendalam atas dasar bukti peninggalan benda-benda purbakala di daerah Ponorogo dan sekitarnya, juga mengacu pada buku Hand book of Oriental History, sehingga dapat ditemukan hari wisuda Bathoro Katong sebagai Adipati Kadipaten Ponorogo.
3. Asal-usul nama Ponorogo
Masih dalam cerita yang sama oleh Poerwowidjojo (1997), sejarah asal usul nama Ponorogo bermula dari kesepakatan dalam musyawarah bersama Raden Bathoro Katong, Kyai Mirah, Selo Aji dan Joyodipo.
Kesepakatan nama Ponorogo terjadi pada Jum’at saat bulan purnama, bertempat di tanah lapang dekat sebuah gumuk (wilayah Katongan sekarang).
Di dalam musyawarah tersebut disepakati bahwa kota yang akan didirikan dinamakan adalah “Pramana Raga” kemudian lama kelamaan berubah menjadi Ponorogo.
Praman Raga, nama pertama sebelum akhirnya wilayah ini menjadi Ponorogo, terdiri dari dua kata yaitu Praman yang berarti daya kekuatan, rahasia hidup, permono dan wadi. Sedangkan, Raga berarti badan atau jasmani.
Kesenian Reog Ponorogo asal Indonesia akan diusulkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (Intangible Cultural Heritagen/ICH) ke UNESCO.
Kedua kata tersebut dapat diartikan bahwa di balik badan, watak manusia tersimpan suatu rahasia hidup berupa olah batin yang mantap dan mapan yang berkaitan dengan pengendalian sifat-sifat amarah, aluwamah, shufiah dan muthmainah.
Manusia yang memiliki kemampuan olah batin yang mantap dan mapan akan menempatkan diri dan kapanpun berada.
4. Julukan Ponorogo
Kota Reog/Bumi Reog:
Julukan ini paling populer karena Ponorogo adalah pusat dan asal usul kesenian Reog.
Kota Santri:
Ponorogo memiliki banyak pesantren, dan julukan ini mencerminkan kuatnya nilai-nilai keagamaan di daerah tersebut.
Kota Berhala:
Julukan ini mungkin merujuk pada patung-patung atau ikon Reog yang sering kali menyerupai hewan atau sosok mitologis.
Kota Balon Udara:
Julukan ini berkaitan dengan tradisi menerbangkan balon udara saat perayaan Grebeg Suro.
Sumber wikipedia, Kompas.com
Berita tentang Jatimpedia lainnya
| Jejak Hidup KH Ahmad Muhtadi Pejuang Kemerdekaan dari Lamongan, Kini Diabadikan Jadi Nama Jalan |
|
|---|
| 5 Wisata Alam Bondowoso dengan Pemandangan Sunset Memukau, Harga Tiket Masuk Mulai Rp5 Ribu |
|
|---|
| Daftar 5 SMA Taruna di Jawa Timur, Lulusannya Langganan Masuk Akademi Militer hingga Amerika |
|
|---|
| 9 Warung Pecel Legendaris Jawa Timur, Favorit Presiden Ke-6 RI Lokasinya di Madiun |
|
|---|
| 10 Provinsi Penghasil Telur Ayam Terbesar di Indonesia, Nomor 1 Jawa Timur |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jatim/foto/bank/originals/pertunjukan-reog-di-depan-kantor-pemkab-ponorogo-ilustrasi-reog-ponorogo.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.