Dampak Kelangkaan BBM, Jurnalis di Jember Kayuh Sepeda Ontel untuk Liputan
kelangkaan BBM di Jember, Jawa Timur berdampak terhadap kerja-kerja sebagian profesi, khususnya mereka yang banyak mobilitas di lapangan
Penulis: Imam Nawawi | Editor: Ndaru Wijayanto
Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Imam Nawawi
TRIBUNJATIM.COM, JEMBER- Krisis Bahan Bakar Minyak (BBM) di Kabupaten Jember, Jawa Timur berdampak terhadap kerja-kerja sebagian profesi, khususnya mereka yang banyak mobilitas di lapangan seperti jurnalis
Hal itu dirasakan oleh Edy Winarko, jurnalis surat kabar harian ini terpaksa harus ngontel sepeda untuk melakukan peliputan di tengah kelangkaan BBM di Jember.
Mengingat, sepeda motor milik jurnalis berambut putih ini sudah seharian parkir di rumahnya, sebab tidak bisa beroperasi karena bahan bakarnya sudah menipis.
Wartawan spesialis hukum dan kriminal ini tampak mengeluarkan sepeda ontelnya dari rumahnya di Kelurahan Kepatihan, Kecamatan Kaliwates Jember tepat di selatan Pasar Tanjung, Senin (28/7/2025).
Dia gunakan sepeda gunungnya untuk menembus jalanan kota. Tak luput pria ini juga membawa tas di pundak yang berisi alat tempur liputan.
Ia melintasi jalan raya Trunojoyo mulai menggayung sepedanya di Jalan Gatot Subroto menuju Dewi Sartika di Sekretaris Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI) Tapal Kuda di Jember, sejauh tiga kilometer.
Kuli tinta tersebut mengawali kegiatannya dengan bertemu dengan kawasa seprofesi di sekret organisasi jurnalis ini sekira pukul 08.30 WIB.
Setelah diskusi mengenai bahan berita tersebut, Edy bersama dua jurnalis lainnya keluar, guna memantau antrean BBM di SPBU Jalan Ahmad Yani Jember pukul 10.00 WIB.
Baca juga: BBM Langka di Jember, Pertamina Batasi Pembelian, Motor Maksimal Rp50 Ribu
Baca juga: Kemacetan Parah Situbondo-Banyuwangi, Antrean 17 Km ke Pelabuhan Ketapang, Sopir Pikap Siasati Jalur
Kemudian, mereka kembali menggayung sepedanya untuk melanjutkan perjalan mencari bahan berita di Kawasan Jember Kota.
Lalu mereka melanjutkan perjalan dengan bersepeda menuju SPBU Jubung Kecamatan Sukorambi Jember, guna memantau antrean kendaraan pemburu BBM.
Terima matahari tidak menyurutkan semangat jurnalis tersebut menggayung sepeda. Sebab lokasi di Jember Kota menuju di SPBU Jubung ini lebih dari 15 kilometer.
Namun jarak dan waktu, tidak membuatnya patah semangat menggayung sepeda, guna menggali informasi untuk masyarakat.
"Kalau informasi berhenti karena BBM habis, lalu siapa yang akan menyuarakan keresahan warga," tanyanya ketika diwawancarai di SPBU Jubung Jember.
Menurutnya, jurnalis harus hadir mengabarkan informasi kepada masyarakat dalam situasi dan kondisi apapun, termasuk ketika BBM langka.
Baca juga: Antrean BBM Mengular di Bondowoso, Imbas Kemacetan Pantura dan Penutupan Jalur Gumitir
"Para jurnalis harus tetap hadir, dalam kondisi apa pun. Meski sudah empat hari ini kelangkaan BBM melumpuhkan aktivitas masyarakat di Kabupaten Jember," kata Edy dengan nafas ngos-ngosan.
Liputan dengan sepeda ontel seperti ini, kata Edy seperti bernostalgia saat masih memulai karier jurnalis, ketika sepeda motor masih jarang yang punya.
“Rasanya seperti kembali ke zaman awal liputan dulu, artinya tidak ada yang instan. Semua harus diperjuangkan,” kenangnya.
Meskipun capek dan harus mengunakan tenaga tiga kali lipat ketimbang mengunakan sepeda motor. Edy merasa liputan kali ini memiliki kenikmatan tersendiri.
“Tapi justru di situ letak kenikmatan profesi ini. Kalau tidak turun ke lapangan, kita hanya jadi penonton. Bukan sekadar soal mengayuh sepeda,ini soal prinsip bahwa jurnalisme tidak bisa bergantung pada kenyamanan," kata dia.
Dia mengatakan seorang jurnalis harus memberikan informasi yang akurat, sehingga wajib konfirmasi kepada narasumber dalam situasi apapun.
Baca juga: Imbas Jalur Gumitir Ditutup Sejumlah SPBU di Jember Kehabisan BBM Akibat Keterlambatan Pengiriman
"Jurnalis menjadi saksi, penyalur suara dan penyambung informasi. Kapan pun dan bagaimana pun caranya," ulasnya.
Seperti halnya kejadian krisis BBM di Jember. Kata dia, masyarakat sangat butuh informasi media secara akurat, agar mereka tahu akar masalahnya.
"Warga butuh solusi dan media harus mengawal itu. Dalam krisis seperti ini, informasi adalah kebutuhan pokok. Sama seperti nasi dan bensin,” tegasnya.
Oleh karena itu, Edy menilai kerja jurnalis tidak bisa dibatasi ruang dan waktu, mereka harus menghasilkan informasi yang dibutuhkan publik.
“Jalanan boleh macet, bensin boleh langka. Tetapi kabar dan informasi harus terus bergerak,” jlentrehnya.
Sebatas informasi, Sejak ditutupnya jalur utama penghubung Jember-Banyuwangi melalui Gunung Gumitir pada 24 Juli 2025 lalu, pasokan BBM di SPBU Bumi Pandalungan mengalami keterlambatan hingga berujung kelangkaan.
Hal tersebut mengakibatkan distribusi logistik tersendat, banyak sepeda motor dan mobil mengantre panjang di SPBU Jember, bahkan jalan di kawasan kota pun seperti kehilangan denyut kendaraan.
kelangkaan BBM di Jember
BBM langka di Jember
Tribun Jatim Network
jatim.tribunnews.com
berita jember terbaru
Kondisi Keluarga Kakak Adik Gantian Seragam dan Sepatu, Tetangga Berharap Ada Bantuan usai Viral |
![]() |
---|
Elysa Wandani Antarkan Smansapa Raih Kemenangan: Kuncinya Percaya Diri! |
![]() |
---|
Thirteenrangers Berikan Dukungan Penuh untuk Thirteen saat Melantai di DBL Surabaya 2025 |
![]() |
---|
Wujudkan Bansos Tepat Sasaran, Ipuk Bawa Banyuwangi Jadi Pelopor Digitalisasi Bantuan Sosial |
![]() |
---|
Anggota Komisi B DPRD Jatim Indra Widya Agustina: Pacitan Punya Potensi Pariwisata Luar Biasa |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.