Berita Viral Lokal
Warga Banyuwangi Iuran Rp 38 Juta Demi Karnaval Sound Horeg, 1 Orang Bayar Rp 1,5 Juta
Warga Banyuwangi yang terdiri dari para pemuda rela merogoh kocek jutaan rupiah demi bisa ikut dalam karnaval sound horeg.
Penulis: Ignatia | Editor: Mujib Anwar
Meski menggelontorkan dana yang tak sedikit, Sony mengaku perkumpulan pemuda yang diwakilinya ikhlas dengan iuran tersebut dan tak memikirkan timbal balik yang akan didapatkan.
Di sisi lain, berbicara tentang aturan, menurut Surat Edaran Gubernur Jawa Timur yang yang menetapkan batas kebisingan maksimal 120 desibel (dBA), Sony mengaku tak keberatan.
Sebagai masyarakat, pihaknya akan patuh terhadap apa yang menjadi peraturan yang ditetapkan pemerintah tingkat provinsi maupun tingkat daerah.
"Oke-oke saja. Di sana (acara) ada perizinan dari pihak kepolisian, ada juga panitia. Kalau ada salah satu kami melanggar aturan jangan langsung ditindak tegas tapi dijelaskan dan dibimbing. Namanya juga orang-orang kadang lupa," pintanya.
Baca juga: Raih Prestasi Olahraga, Kasat Reskrim dan 2 Polisi Mojokerto Dapat Penghargaan dari Kapolda Jatim
Sony tak menampik bahwa dari sisi penikmat, aturan tersebut kurang mengakomodasi keinginan, namun ia memilih untuk mentaati aturan sehingga acara bisa berjalan dengan lancar.
Walaupun tidak bisa bermain sound secara heboh hingga horeg, Sony menyebut bahwa mereka masih bisa atraksi lewat permainan lighting, adu tampilan videotron, barisan, hingga kostum yang dikenakan.
"Kita ciptakan acara agar meriah, dan seharusnya vibes-nya bagus ya," tuturnya.
Sebab, antusiasme masyarakat pun cukup tinggi untuk kegiatan karnaval sound yang telah digelar sejak dua tahun belakangan tersebut.
Baca juga: Kecelakaan Maut di Kediri, 2 Orang Tewas Tergencet Truk Gandeng dan Truk Colt Diesel
Sementara itu, terkait stigma negatif yang menjurus kepada pelaku maupun penikmat sound horeg, Sony menyebut bahwa perspektif orang bisa saja berbeda-beda.
Stigma negatif sound horeg disebutnya sebagai hasil pemikiran orang banyak yang kemudian dikerucutkan.
Padahal, para penikmat sound horeg menurutnya sudah taat aturan. Selain itu, mereka juga butuh wadah dan fasilitas untuk dapat menyalurkan kegemaran mereka.
Pihaknya pun berupaya agar kegiatan yang diikuti nanti tak bersinggungan dengan masyarakat yang kontra, yaitu dengan melengkapi seluruh perizinan mulai dari desa hingga kepolisian, serta mentaati peraturan yang ditetapkan pemerintah.
"InsyaAllah sudah memenuhi persyaratan. Semoga bisa menjadi acara yang baik tidak bertabrakan dengan aturan yang diterapkan supaya sama-sama enak," tandasnya.

Meski sound horeg tengah menjadi pro dan kontra di Indonesia, warga mancanegara ternyata justru menyukainya.
fenomena sound horeg yang identik dengan dentuman keras dari sound system raksasa kini turut menarik perhatian dunia.
Sulasno Babak Belur Dihajar Imbas Ngaku Petugas PKH, Beri Bansos Tapi Warga Harus Bayar Rp 700 Ribu |
![]() |
---|
Imbas Pembeli Kabur usai Diberi Rokok, Nenek Siti Lemas Ditusuk Pisau Dapur di Warungnya |
![]() |
---|
Tangis Kepsek SDN Lihat Sekolahnya Diterjang Longsor, Ketakutan Ada Siswa Jadi Korban |
![]() |
---|
Pengurus Sekolah Rakyat Pilu Target 100 Siswa Baru Dapat 9 Orang Meski Sudah Datangi Warga Satu-satu |
![]() |
---|
Pajak Naik 4 Kali Lipat, Joko Geruduk Kantor Bapenda Bayar Pakai Koin Celengan Anak |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.