Mungkin juga dengan sebait doa semoga ada rezeki halal yang bisa kubawa pulang.
Allah memang Maha Baik.
Saya mendapatkan amplifier bekas untuk direparasi.
Terbayang upah Rp 50 ribu atau seratus ribu.
Lumayan buat beli beras dan lauk.
Juga uang jajan bocah.
Kamu tahu kan, anak lima tahun biasanya lagi doyan jajan.
Sore itu, saya hendak pulang. Tapi adzan ashar memanggil.
Saya ingin berterimakasih kepada Allah yang selalu memperhatikan keperluan hambaNya.
Di sebuah musholla kecil saya mampir, sholat dan merapalkan doa.
Sebelum masuk musholla saya menurunkan amplifier rongsok dari motor.
Bukan karena saya tidak bertawakal kepada Allah, dengan membiarkan barang itu teronggok di atas motor.
Tapi karena saya yakin, tawakal juga butuh ikhtiar. Makanya amplifier itu saya bawa ke dalam mushola.
Justru itulah awal penderitaanku. Seseorang menuduhku mencuri amplifier milik mushola. Tanpa babibu mereka ramai-ramai meneriakkan : maling!
Aku sontak kaget.
Siapa yang bisa menjelaskan pada masa yang marah? Aku berlari menghindar tapi mereka memburuku seperti mengejar seekor babi.
Aku berlari semakin cepat tapi massa juga bertambah banyak. Kakiku terjerembab.